Chap ~ 14

1.1K 221 76
                                    

Hidup dalam kewaspadaan dan jantung yang terus berpacu cepat setiap harinya, sungguh membuat Jinyoung akan segera mati muda.

Bukannya Hyunjin selalu bilang, Jaebum jarang di rumah dan hampir selalunya tidak ada, dan ia percaya. Karena dulu, hampir setiap malam Jaebum bersama Nara.

Lalu, kenapa sekarang malah Jaebum sering di rumah dan membuat kerja jantungnya tak menentu.

Sarapan bersama, makan malam bersama, bahkan di hari minggu mereka bertiga entah sejak kapan memiliki jadwal nonton film bersama.

Ini gila, sangat gila! Sebulan sudah, dan semua tampak begitu indah juga menakutkan.

Jaebum dan Hyunjin memperlakukannya dengan baik. Sungguh seperti berada di tengah keluarga sendiri. Hyunjin begitu manja dengannya, dan Jinyoung tidak masalah. Jinyoung menyayangi Hyunjin seperti adiknya sendiri. Dan Jinyoung bahagia.

Hanya saja masalahnya, hati Jinyoung yang gila. Ia tidak kuat jika terus seperti ini karena semakin hari ia semakin jatuh pada pesona Jaebum. Diam-diam perasaanya malah semakin besar, bukannya move on.

Jinyoung mengakui dirinya memang sudah jatuh cinta pada Jaebum dan sangat merindukan pria itu. Jinyoung rindu saat-saat dimana Jaebum memeluknya, menciumnya, menyayanginya.

"Aah~ my heart!!"

"Kenapa Jinyoung?"

Jinyoung memegang dadanya dan tersentak. Sudah ia katakan, dirinya akan mati muda karena Jaebum sering mengejutkannya seperti ini.

Jinyoung tertawa canggung. "Gakpapa hyung. Aku..."

Jaebum tertawa kecil. "Kau lucu. Pasti karena nonton drama lagi."

"Filmnya sedih hyung, jadi aku kepikiran." Jinyoung berkilah. Sebulan ini ia selalu berpura-pura nonton drama agar Jaebum percaya.

"Sebaiknya kau nonton kartun dengan Hyunjin saja. Berhenti nonton drama Thailand itu. Apa kau seperti mereka? Maksudku—"

"G-gay? A-aku hanya suka nonton hyung." Jawab Jinyoung terbata. Ia tidak mau Jaebum merasa tidak nyaman dengan dirinya. Berbohong demi kebaikan gak dosa kan?

Memang yang ia tonton adalah drama gay Thailand. Entah sejak kapan ia malah menikmati film-film itu. Setidaknya dengan nonton itu, ia tahu di dunia ini bukan hanya dirinya saja yang gay.

"Aku harap juga begitu. Manusia di ciptakan berpasangan, lelaki dan perempuan, Jinyoung. Walau terkadang cinta menyakitkan, tetapi kita tidak bisa melawan kodrat itu."

Jinyoung ingin membakar dirinya didalam api neraka saja. Ucapan Jaebum menohok sampai ke akar hatinya. Sakit, tapi tidak berdarah. Menyesakkan dan membuat Jinyoung ingin menangis saat ini juga.

Jaebum tersenyum, ia mengusak rambut Jinyoung sebentar. "Aku berangkat ke kantor dulu. Nanti kau ke kampus bareng Hyunjin saja ya. Hari ini aku tidak bisa mengantar kalian berdua."

"Iya hyung."

Hati Jinyoung sakit, perih, hancur. Jaebum bukan gay, dia normal dan menyukai perempuan. Ia menyukai Nara, dan hanya menganggap Jinyoung adik. Itu juga karena Jinyoung mengaku dirinya adalah kembaran Nara.

Apakah aku harus operasi plastik?

Tak jarang Jinyoung berpikir sampai kearah sana. Tetapi hati kecilnya menolak, ia tetaplah seorang pria dan ia tidak mau menolak kodratnya. Hanya saja, soal hati dan cinta, Jinyoung tidak bisa mengontrol semua itu.

Mencintaimu sesakit ini, hyung. Kau di depanku tapi tidak bisa aku gapai. Kau berada dekat tetapi aku tidak dapat merengkuhmu. Terlihat, namun tak terasa. Begitulah dirimu, hyung. Aku lebih suka memanggilmu oppa. Karena setiap kali aku memanggilmu oppa, kau akan tersenyum begitu lembut, begitu hangat padaku. Kau selalu merengkuhku erat dan menghujamiku dengan cinta.

Identity (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang