Chap ~ 27

1.3K 222 108
                                    

"Terimakasih, Jackson-ssi sudah mengantarku. Aku masuk dulu ya."

Jackson mengangguk kecil. Banyak hal yang ingin ia ketahui tentang Jinyoung, tetapi ini bukan saatnya. Pemuda itu tampak kelelahan.

"Jinyoung, jika kau mau, besok kau boleh mengambil cuti." Kata Jackson sebelum Jinyoung turun dari mobilnya.

"Akan aku usahakan masuk kerja."

"Bukankah kau berjanji akan menemani anak kecil tadi. Tidak apa, besok ambil cuti saja. Aku tidak akan memotong gajimu—"

"Jackson-ssi.."

Jackson memotong ucapannya cepat. "Istirahatlah, kau tampak lelah. Aku tidak mau karyawanku bekerja dalam kondisi tidak fit."

Jinyoung mengangguk pelan, ia membungkuk sedikit lalu turun dari mobil Jackson. Langsung berjalan masuk ke rumah. Ia butuh istirahat, hari ini melelahkan.

***

"Gak! Jinyoung hyung ga boleh pergi apalagi sama ajushi itu...hyung...hikksss...hyung bilang sayang sama Hyunjin kan? Hyung pernah bilang, hyung juga sayang sama Daddy..." Hyunjin menangis meraung dipelukan Jinyoung.

Tangan Jaebum yang berusaha menarik tubuh mungilnya, ia tepis kasar.

"Hyunjin, ini sudah malam. Jinyoung hyung harus istirahat, Hyunjin juga." Ujar Jaebum membujuk anak kecil itu.

Nihil, Hyunjin tetap merenggek, enggan melepaskan Jinyoung.

Jinyoung mengusap kepala Hyunjin, lalu mengecup pucuk kepalanya sebentar. "Besok hyung kesini lagi nemenin Hyunjin. Bahkan akan selalu nemenin sampai Hyunjin sembuh. Ini sudah malam, Hyunjin harus istirahat."

"Tapi hyung—"

"Hyung janji gak akan pernah pergi lagi, ga akan ninggalin Hyunjin lagi. Tapi Hyunjin juga harus janji harus cepat sembuh dan gak boleh nakal." Ujar Jinyoung dengan suara lembut penuh kehangatan.

"Hyunjin maunya hyung janji kembali ke rumah dan nemenin Hyunjin."

"Pokoknya Hyunjin sembuh dulu, baru hyung mau bahas masalah itu sama Hyunjin."

Hyunjin mengulurkan jari kelingkingnya. "Jinyoung hyung janji?"

Jari kelingking Jinyoung ikut terulur, bertaut dengan kelingking mungil itu. "Janji."

***
Jackson menghela nafas panjang, kemudian ia bergumam. "Mereka ada hubungan apa? Ibu dan anak?" Ia menggeleng cepat. Kejadian di rumah sakit tadi terflashback jelas di kepalanya.

Rasa penasaran bisa membunuh, sungguh. Jackson tidak suka perasaanya saat ini. Bingung, penasaran, cemburu— tunggu, apa baru saja ia berpikir bahwa dirinya cemburu?

"Hhh...cemburu— bodoh, aku memang cemburu. Ini pertama kalinya melihat Jinyoung dekat dengan pria lain selain Bambam dan Youngjae, sahabatnya kan?"

Jackson mengacak rambutnya kasar, kepalanya sakit memikirkan itu semua. Jika benar Jinyoung dan lelaki beranak satu itu maka saingan Jackson berat sekali. Pemuda idamannya itu tampak sangat menyayangi anak kecil bernama Hyunjin.

"Mungkin rambutku akan rontok jika terus berpikir dan menerka hubungan mereka." Erangnya kesal.

***
Seusai pulang kuliah, Jinyoung ke rumah sakit untuk menepati janjinya pada Hyunjin.

Ia masuk ke dalam ruang inap Hyunjin, menyapa Jaebum yang sedang mencoba menyuapi Hyunjin dengan membungkuk sopan.

"Jinyoung hyung." Seru Hyunjin semangat.

Identity (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang