Chap ~11

1.2K 239 88
                                    

Membuat keputusan dalam hidup itu sulit. Tidak ada yang mudah, apalagi jika sudah menyangkut hati.

Jinyoung Menggigit kukunya; gugup, takut dan khawatir. Ia menatap nanar benda persegi di depannya saat ini. Layar itu berkedip dan bergetar, nama Jaebum tertera memanggil disana. Ya, Jaebum meneleponnya sejak tadi tetapi Jinyoung tidak mengangkatnya sama sekali.

Jinyoung tahu Jaebum ada di luar, tetapi ia meminta teman-temannya mengatakan dirinya tidak masuk kerja. Bahkan Jinyoung memohon pada Mino untuk berbohong, mengatakan dirinya sudah mengundurkan diri dan pulang ke kampung.

Tiba-tiba menghilang bukanlah hal yang baik, ia tahu. Jinyoung tidak bermaksud menyakiti Jaebum seperti itu. Apalagi malam terakhir mereka bersama begitu manis, mesra dan panas. Namun, Jinyoung tidak bisa melanjutkan hubungan yang di bagun atas dasar kebohongan.

Jinyoung memang berencana mengundurkan diri tetapi Mino memintanya bekerja sampai akhir minggu ini. Karena tidak enak hati, Jinyoung menyanggupi. Tapi, ia harus memulai menghindari Jaebum.

Jinyoung begitu merindukan Jaebum, ia mengintip Jaebum dari tempat persembunyiannya. Di lihatnya pria itu begitu frustasi, ia meminum banyak alkohol dan terus mencoba menghubungi nomor telepon Nara atau alias Jinyoung sendiri.

"Maafkan aku oppa~ aku tidak pantas untukmu. Mencintaimu membuatku lupa, bahwa kau terlalu sempurna..."

***
Jaebum tidak mengerti kenapa Nara menghilang. Apa sebenarnya yang terjadi sampai gadis itu pergi tanpa menghubunginya. Telepon Jaebum tidak pernah di angkat, sms tidak pernah di balas.

Sudah tiga hari Jaebum ke bar, tapi gadis itu tidak ada disana. Mino, pemilik bar memberitahunya, Nara telah berhenti bekerja. Sulit untuk Jaebum percaya, hatinya mengatakan Nara ada di dekatnya.

Apa Nara marah padanya karena kejadian di mobil waktu itu? Apa Nara menyesal setelah melakukan itu? Atau ada yang salah dengannya? Mungkin bagi Nara ukurannya terlalu kecil? Tidak, mana mungkin. Jaebum memiliki junior cukup besar. Atau malah, Nara takut karena aku terlalu besar? Pikir Jaebum.

Jaebum gila, berpikir sejauh itu!

Dia gila, sampai tidak fokus bekerja, tidak fokus melakukan apapun. Dan yang ia lakukan tiap malam adalah mabuk-mabukan.

Jaebum menjadi tempramental dan mudah marah. Ia sering bertengkar dengan Mark karena masalah sepele.

"Ada apa denganmu Jaebum? Jika kau punya masalah, jangan di bawa ke kantor?! Kau tahu betapa susahnya mereka untuk membujuk investor setuju berinvestasi pada proyek kita?!"

"Proposal seperti itu tidak akan menguntungkan perusahaanku sama sekali Mark!"

"Apa kau sudah membaca dengan teliti proposalnya??! Kau membuatku kecewa Jaebum! Jika cara kerjamu seperti ini, lebih baik aku mengundurkan diri!"

"Mark, jangan mengancamku!!"

"Aku tidak mau bekerja pada seseorang yang tidak menghargai hasil kerja karyawannya! Coba kau pikirkan baik-baik. Bukan, aku mau ikut campur urusan pribadimu, tetapi kau memang berubah setelah bertemu gadis yang bernama Nara!"

Jaebum menghembuskan nafas kasar. "Biarkan aku sendiri Mark, aku tahu aku kacau belakangan ini."

Mark memutar mata malas dan pergi. Ia juga malas bertengkar dengan Jaebum. Sungguh sangat merepotkan.

****
Seharian Jinyoung mengurung dirinya di kamar, Bambam menyerah menyuruh Jinyoung keluar rumah. Sejak ia berangkat ke kampus sampai ia pulang, Bambam melihat Jinyoung hanya bergelut di kasur tanpa melakukan apapun.

"Jika merindukannya, sebaiknya kau hubungin. Katakan padanya terjadi sesuatu mendadak di kampung, jadi kau mendadak pulang." Komentar Bambam.

Jinyoung menepuk tangan kuat, bangkit, terduduk. Bambam terkejut, ia mengelus dadanya dan melotot ke arah Jinyoung. "Kau mengagetkanku!!"

Identity (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang