5

888 112 0
                                    

Ayo tekan bintang dulu di pojok kiri bawah

.

.

.

.

.

.

Selamat membaca

***

Aku memikirkan pekerjaan itu selama tiga hari kemudian. Aku berdebat, merencanakan dengan diam-diam dan memetakan antara pro dan kontra, tapi aku masih ragu-ragu.

Teleponku bordering nyaring, mengagetkanku dari tidur di hari Sabtu pagi.

"Halo?" Gumamku masih setengah tertidur.

"Irene, ini Ailee."

"Hai,"

"Kau tidak perlu masuk sampai jam lima sore ini." Aku bisa mendengar senyumnya dan kulit tubuhku terasa mengencang karena kejengkelanku telah berkembang.

"Shift-ku seharusnya dimulai pada siang hari, Ailee. Kau tahu aku membutuhkan jam kerjaku." Aku mencoba untuk menjaga agar kejengkelanku tidak terdengar tapi gagal total.

"Well, kami tidak membutuhkan kau siang ini."

Aku hampir bisa mendengar senyum dengkinya melalui telepon. Begitu menyebalkan. Aku marah. "Sampai nanti."

Aku tidak menunggu jawabannya. Aku menutup telepon. Ketika aku melihat ke arah jam, kemarahanku melejit. Sekarang jam delapan pagi. Dia baru saja membuka salon dan dia langsung meneleponku. Aku sangat marah dan aku tidak berpikir dua kali untuk mengirim pesan singkat pada Sehun.

Apakah klub masih mencari seseorang?

Yup. Kau ingin mencobanya?

Ya.

Malam ini?

Apakah tidak ada proses wawancara? –balasku. Jantungku berdebar-debar dan aku takut. Aku sangat ketakutan berada di klub dan keramaian dan anak laki-laki yang mabuk. Itu bukan duniaku.

Aku akan menjemputmu pukul sebelas. Bersiaplah.

Aku bisa menyetir sendiri. Aku membalas sms-nya. Aku tidak membutuhkan pendamping—terlepas dari kenyataan bahwa aku menginginkan orang yang satu itu.

Aku yang mengemudi, Irene. Bersiaplah pukul sepuluh.

Baik.

Aku melemparkan telepon di tempat tidur saat aku menendang selimut dari tubuhku. Aku terjaga jadi mungkin sebaiknya aku harus segera bangun dan menjadi produktif.

Aku mengatur rambutku menjadi messy bun dan mulai membersihkan apartemenku. Pada saat pukul 10.30 tepat, ruanganku sudah bersih. Bahkan cucianku juga sudah selesai. Aku melangkah menuju dapur ke lemari es dan mengeluarkan salah satu dari dua wadah yogurt yang kubeli pada malam sebelumnya. Mereka menjadi makananku saat melewati masa sulit sampai aku mendapat cek-ku pada hari Senin.

Aku menuangkan yogurt pink rasa ceri ke dalam mangkuk dan mengirim pesan singkat pada Jisoo.

Gym?

Kapan?

Setengah jam lagi?

Sampai bertemu di sana, Bae.

.

.

"Hei," Jisoo melambai. "Senang kau mengirim pesan untukku. Aku makan nachos dengan Sehun tadi malam dan aku merasa badanku seakan bertambah lima pound."

"Kau konyol."

Tatapannya seakan-akan memperingatkan aku. "Aku serius."

"Aku tahu kau." Aku tertawa. Dia pandai mengalihkan perhatian. "Tapi itu sangat konyol."

Dia memutar matanya dan aku mengatur napasku. Aku baru saja keluar dari pekerjaanku tapi belum memiliki pekerjaan pengganti. Sial! Apa sih yang aku pikirkan?

"Jadi," dia melingkarkan lengannya padaku. "Sehun bilang kau akan pergi untuk wawancara… dia khawatir kau akan mundur."

"Katakan padanya dia tidak perlu khawatir." Kataku dengan tegas.

Jisoo menatapku dengan kebingungan. "Kenapa tidak perlu khawatir?"

Aku mengambil napas dalam-dalam dan menatap ke langit. "Aku baru saja berhenti dari pekerjaanku."

Jisoo menjerit. "Kau tidak melakukan itu!"

Sial. Aku merasa mual. "Ya, aku melakukan hal itu."

Jisoo mulai melompat-lompat di sampingku dan karena tangan kami terkait, aku terpaksa menyerah ikut ke dalam perayaan konyol—tarian ala cewek.

"Kau keluar dari gubuk jalang itu." Dia bernyanyi, menarik-narik tanganku. "Ayolah, Irene! Rayakan denganku."

"Ji, berhentilah, benar-benar tidak bertanggung jawab." Aku menelan ludah, syarafku mulai menggelembung lagi muncul ke permukaan. "Aku harus menunggu sampai aku punya perkerjaan di klub."

"Oh, terserah." Dia mengangkat bahunya. "Kau pasti akan mendapatkan pekerjaan itu."

"Bagaimana kau tahu?" Aku sepenuhnya menyadari kalau aku terdengar kurang percaya diri, karena aku sedikit gugup.

"Karena kau menakjubkan, Bae. Kau bisa melakukan apapun yang ada dalam pikiranmu."

Aku mengangguk. "Well, aku sudah berniat untuk berolahraga. Ayo kita masuk."

.

.

.

.

.

.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang