6

771 107 2
                                    

Ayo tekan bintang dulu dipojok kiri bawah

.

.

.

.

.

.

Selamat membaca

***

"Duh, aku benar-benar takut." Aku menunjuk ke bangunan (klub) itu. "Aku hampir percaya bahwa kalian adalah dua orang gila yang mengajakku memasuki sebuah bangunan tanpa nama yang tampak seperti tempat setting film horror. Padahal aku pergi untuk wawancara kerja." Aku tertawa gugup. "Seakan-akan apa sih yang aku pikirkan?"

Jisoo melingkarkan tangannya di sekelilingku. "Kau merasa putus asa, Irene."

"Yap," aku mengangguk. "Aku pasti putus asa."

"Aku akan melindungimu." Jisoo berjanji saat dia mengarahkan aku ke pintu.

Sehun menggedor pintu dengan kepalan tangannya dan pintu langsung terbuka. Bau minuman keras, parfum dan keringat menyerang indraku dan musik menggelegar di sekelilingku.

Pria setengah baya yang membukakan pintu mengangguk pada Sehun dan Jisoo sebelum menatapku dengan rasa ingin tahu. Detak jantungku semakin cepat dan telapak tanganku menjadi basah.

"Bagaimana kabarmu, Sehun?" Dia bertanya dengan kasar.

"Baik." Sehun segera menjabat tangan pria itu setelah dia membiarkan pintu itu tertutup sendiri di belakang kami.

"Siapa orang baru ini?"

"Namanya Irene. Dia di sini untuk bertemu dengan salah satu Byun bersaudara untuk mencoba satu posisi pekerjaan itu." Sehun menjawab dengan lancar.

"Dia di sini untuk mengisi satu posisi pekerjaan itu?" Pria itu mencibir dan rasa percaya diriku langsung menurun drastis. "Apakah mereka mengharapkan dia?"

"Ayolah, Mark." Suara Jisoo begitu sangat manis. "Jangan memberi kami waktu yang sulit. Tentu saja mereka mengharapkan dia."

Sehun menggelengkan kepalanya. "Siapa yang ada disini malam ini, Mark?"

"Malam ini Baekhyun." Pria bernama Mark Tuan itu menjawab, akhirnya dia mau bekerja sama.

Pembuluh darah di leher Sehun berdenyut dan Jisoo menatap ke lantai, cengkramannya di lenganku mengetat.

Siapa sih Baekhyun itu dan mengapa Sehun menjadi bereaksi seperti ini?

"Suho tidak di kantornya malam ini?" Suara Sehun dengan penuh harap dan mata Mark Tuan berkilauan saat dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak." Dia menyilangkan tangannya yang besar. "Malam ini hanya Baekhyun."

"Katakan padanya aku menunggu di bar." Sehun mengatakannya dengan tegang.

Aku menarik lengan Jisoo. "Apa sebegitu buruknya tentang Baekhyun?"

Secara pribadi aku berpikir Suho terdengar lebih mengintimidasi, tapi apa yang kutahu? Aku hanya menilai orang berdasarkan namanya.

"Baekhyun, orangnya," dia melihat ke arah Sehun tetapi dia tidak berbalik untuk menawarkan bantuan yang diam-diam dia tanyakan. "Baekhyun berbeda."

Aku menggelengkan kepalaku. "Apa maksudnya itu?"

"Baekhyun agak menakutkan." Dia mengatakan setelah beberapa saat sebelum menyadari bahwa kata-katanya mengenai The Impact itu akan menakuti aku. Sangat terlambat pada menit-menit terakhir untuk memperbaikinya. "Aku tidak bermaksud seperti itu."

Aku memelototinya. "Aku ingin kau jujur padaku, Ji."

"Okay," Dia mendesah. "Aku bersungguh-sungguh bagaimana tepatnya rumor itu muncul. Baekhyun sialan menakutkan. Tidak ada seorangpun berani macam-macam dengan dia, Irene. Dia licik, suram dan kejam dan dia tidak peduli pada siapapun kecuali saudaranya, ayahnya dan klub ini. Kau harus berhati-hati di sekelilingnya. Dia tidak memiliki rasa hormat pada perempuan. Dia menyetubuhi mereka lalu meninggalkannya dan entah bagaimana mereka semua melemparkan dirinya sendiri padanya seakan dia seorang dewa. Hanya bersikaplah baik dan dapatkan pekerjaan ini."

"Wow." Aku menarik napas. "Jadi dia pemilik klub ini?"

"Baekhyun, kakaknya dan ayah mereka, memiliki klub ini bersama-sama. Atau itulah yang aku dengar."

"Bagaimana perasaan Sehun tentang Baekhyun?"

Jisoo mengangkat bahu tidak sepenuh hati. "Dia lebih suka Suho. " Dia tertawa. "Oh yeah," dia mempercepat langkahnya agar tidak tertinggal jauh dengan Sehun. "Kau tidak perlu khawatir tentang apapun dengan Baekhyun tapi fokus saja pada pekerjaan ini."

"Mengapa kau berkata begitu?" Aku mengerutkan kening.

"Kau bukan tipenya. Aku bahkan berpikir dia tidak akan melihat dua kali padamu, girl. Kau akan baik-baik saja."

Aku merasa pipiku berubah menjadi merah. "Apakah aku begitu buruk, ya?"

"Tidak sama sekali." Dia mengangkat bahu. "Kau masih polos dan itu sangat jelas. Kau orang yang bertanggung jawab untuk mengetahui mana yang benar atau salah dan itu bukan apa yang Baekhyun cari pada seorang gadis."

"Oh." Aku mengangguk. "Apa yang dia cari?"

"Well, apa kau tertarik?" Dia menyipitkan mata padaku.

"Aku tidak akan tertarik. Tapi dia calon bosku-atau aku berharap dia menerimaku, aku ingin tahu sebanyak-banyaknya tentang dia."

"Dia menyukai mereka yang cabul. Pelacur yang lebih disukai." Dia memutar matanya. "Dia orang yang suka berhubungan seks lalu meninggalkannya. Tidak ada ikatan untuk Baekhyun. Pria itu tidak memiliki hati."

"Aku sudah paham." Aku yakin mukaku terlihat masam. Baekhyun persis semacam pria dimana aku tidak akan respek dan tidak ingin berhubungan dengannya. Dan dia akan menjadi bosku-jika aku diterima di posisi itu.

.

.

.

.

.

.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang