2.

1.8K 183 0
                                    

Ayo tekan bintang dulu di pojok kiri bawah.
.

.

.

.

.

Selamat membaca

***

"Apa kau akan bekerja lagi nanti malam?" Kata Jisoo sambil meniup permen karet peppermintnya menjadi gelembung putih kecil sebelum menghisap kembali ke dalam mulutnya. Rambutnya pirang dan panjang, diikat menjadi ekor kuda tapi ikatannya agak rendah jatuh di atas bahunya. Hampir sepenuhnya bisa menyembunyikan bukunya.

"Yup." Aku menghela nafas. "Aku bekerja setiap malam, minggu ini."

"Serius?" Dia terdengar stress. "Kau akan kelelahan."

"Aku harus bekerja." Aku mengingatkannya dengan lembut. "Kalau aku tidak bekerja, aku tidak punya tempat tinggal."

"Kau bisa tinggal denganku." Jisoo tersenyum dan menggoyang-goyangkan alisnya. "Kau tahu kau menginginkan hal itu."

"Tidak mungkin kita bertiga bisa tinggal di kamar asramamu" Aku memutar mataku. "Tapi kau selalu bisa tinggal bersamaku."

Dia menggelengkan kepalanya. "Kau tahu aku tidak bisa. Aku sudah dijatuhi hukuman seumur hidup untuk tinggal di asrama—itu satu-satunya cara ayahku membayar kuliahku. Dia pikir aku akan mendapatkan masalah lebih sedikit bila tinggal di asrama."

"Dia tidak tahu apa-apa." Gumamku.

Jisoo begitu bermasalah kemanapun dia pergi. Dengan perilaku kecanduannya pada pusat kebugaran dan mudah tersenyum, dia seperti magnet bagi laki-laki dan dia menyukai hal itu setiap menitnya. Kasihan para pengagumnya, dia benar-benar mencintai Sehun, pacarnya. Mereka pasang kekasih SMA di perguruan tinggi.

Jisoo menjadi sahabatku pertama kali orientasi tiga tahun yang lalu. Tak satupun dari kami bisa menelusuri bangunan yang besar ini dan kami mempelajarinya dari peta sekolah yang sudah diberikan pada kami semua. Kami bertemu waktu makan siang pada hari itu dan saling bertukar nomor ponsel dan kami menjadi tidak terpisahkan sejak saat itu.

"Aku harus menuju ke kelas."

Dia cemberut. "Beritahu aku kapan kau bebas dan kita akan pergi melakukan sesuatu seperti berpesta sampai dini hari."

"Okay." Aku menjawab saat kami berpisah. Jisoo tidak cukup pandai, tapi dia percaya diri. Dia ingin menjadi dokter anak jadi kami sama sekali tidak memiliki kelas yang sama. Aku akan menjadi sarjana bahasa Inggris.

Aku sudah tiga minggu kembali kuliah dan sekarang aku sangat bersimpati pada siswa yang harus membayar dengan cara mereka. Untungnya, pembayaranku sudah lunas untuk setahun dan begitu juga mobilku. Tapi tagihan sewa apartemenku seribu seratus dolar dan fakta bahwa aku harus menabung untuk membayar kuliahku pada tahun berikutnya dan tahun terakhir dari universitas telah membunuhku.

Memikirkan hal itu aku menjadi stress dan nilaiku turun. Masih di atas rata-rata—tetapi masih dibawah rata-rata yang biasa aku peroleh. Hal itulah yang membuatku frustasi karena semua hal sialan itu.

Saat aku duduk di kelasku, aku mencoba untuk menyusun sebuah anggaran. Aku mendapat pekerjaan di sebuah tanning salon dekat apartemenku meskipun faktanya kulitku tidak pernah kecokelatan dalam satu hari selama hidupku. Tapi di situ keadaan begitu tenang dan aku diizinkan untuk belajar selama shift-ku jadi aku betah.

Satu-satunya masalah adalah upahku. Hal inilah nyaris membuatku terombang-ambing. Sewa apartemen membunuhku, tapi pada tahun ajaran baru, tidak banyak apartemen yang tersisa untuk disewakan. Aku berada dalam posisi yang sulit dengan apartemenku karena aku tidak bisa menemukan teman sekamar, karena yang aku tempati adalah studio apartemen dan hanya satu ruangan besar. Aku orang yang sangat perhitungan dan masih tidak memiliki cukup uang untuk membeli makananku—apalagi memanjakan diri untuk sesuatu yang sepele seperti kehidupan sosial.

.

.

.

.

.

.

TBC

note:  tanning salon; salon yang menawarkan sinar ultra violet buatan untuk merubah kulit menjadi kecokelatan.



Jangan lupa tinggalkan jejak

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang