30.

725 86 5
                                    

Ayo tekan bintang dulu di pojok kiri bawah.

Dan jangan lupa beri komentar guys.

***

Hampir empat jam telah berlalu dan aku sudah cukup merapikan seluruh ruanganku. Tempat tidur sudah rapi, pakaianku sudah aku simpan dan semua 'produk feminin'-ku sudah kutempatkan di kamar mandi yang telah dikosongkan untukku, atau selalu kosong.

Aku meletakkan kotak piring dan barang-barang lain yang tidak perlu aku bongkar di kantornya di sudut yang jauh dimana mereka tidak akan mengganggu. Ketika tidak ada hal lain yang harus aku kerjakan, aku mendorong tanganku masuk ke jaket, memasukkan kunci ke dalam sakuku dan mematikan lampu.

Aku berjalan dengan langkah ringan menuju pintu. Aku tidak tahu apakah Suho berada di rumah atau tidak dan aku belum pernah bertemu dengannya.

Entah bagaimana, setiap kali aku bekerja Suho tidak ada. Aku tahu dia dan Baekhyun memiliki shift yang berlawanan di klub dan aku hanya bisa berasumsi bahwa itu karena Baekhyun tidak mengijinkan aku bekerja tanpa dia disana, itu sebabnya aku belum pernah bertemu dengan Suho. Terlepas dari itu, aku tidak tahu apa yang diharapkan dari kakak Baekhyun, jadi aku tidak ingin bertemu dengannya di atas kaki yang salah. Ketika aku bertemu Suho, aku berharap aku bertemu dia dengan langkah kaki terus melangkah kedepan. Jika tidak, hal ini akan menjadi situasi yang sangat canggung dalam satu rumah.

Aku menghembuskan napas, aku bahkan tidak tahu kalau aku menahan napas saat aku melangkah keluar dari pintu depan dan merasakan udara malam yang kering. Aku punya waktu dua jam sebelum toko belanjaan tutup karena sudah malam. Aku membuka kunci Mazzy dan melesat menyusuri jalan.

Aku membeli semua yang kupikir aku akan memerlukannya sampai minggu depan. Untuk sarapan, kopi, teh dan makan siang. Aku membeli beberapa bahan untuk memasak makanan rumahan dan juga beberapa kebutuhan untuk membuat roti. Aku punya keinginan untuk membuat brownies karena tidak puas saat membeli di toko yang cuma dua gigitan. Aku butuh sesuatu yang nyata-aroma akan menyebar di dalam rumah dan rasa hangat meleleh dalam mulutku.

Aku telah selesai berbelanja dan melaju kembali ke rumah Baekhyun. Aku tidak bisa melupakan fakta bahwa sekarang itu rumahku juga. Aku tahu itu akan memakan waktu yang cukup lama dan aku tidak membantah untuk memberiku waktu beradaptasi.

Aku menempatkan belanjaan di tanganku dan berjalan menuju pintu depan. Truk Baekhyun tidak ada di depan rumah, jadi kupikir dia masih di club. Aku baik-baik saja dengan hal itu. Dia bersikap sangat aneh pada saat sebelum ia meninggalkan rumah. Aku khawatir ia menyesal aku pindah ke rumahnya. Aku tidak ingin menjadi beban dirinya dan aku berharap tidak begitu.

Aku mendorong kunci ke lubang kunci dan membuka pintu, berhati-hati agar tidak menjatuhkan salah satu kantungku. Aku melepaskan sepatu bootku dan berjalan memasuki dapur, berhenti sejenak saat aku tahu ada seseorang sedang duduk di kursi bar di meja dapur.

Dia berbalik dan jantungku mencuat di dadaku melihat kemiripan yang luar biasa antara dia dan Baekhyun. Dia terlihat hanya lebih tua beberapa tahun, dan aku tahu pasti yang aku lihat itu adalah Suho.

"Halo." Aku tersenyum," Aku pergi berbelanja bahan makanan."

"Kau Irene." Suaranya dingin.

Sial. Dia sudah memusuhi aku. Sama sekali tidak baik. Aku berharap dengan pasti memulai perkenalan agar menjadi lebih baik.

"Ya. Dan aku asumsikan kau adalah Suho."

Dia mengangguk, mata cokelatnya mempelajari setiap gerakanku. Dengan percaya diri, aku menempatkan kantong belanjaan di atas meja, membuka setiap item saat aku mengeluarkannya dari kantong.

"Apa yang kau lakukan dengan adikku?"

Aku merasa mataku semakin lebar saat mendengar komentarnya yang terus terang itu. "Um," aku tergagap. "Kami berteman."

Dia tertawa, kulit di sekitar matanya berkerut sama seperti Baekhyun ketika ia tertawa. Aku berharap dia berada disini. "Baekhyun tidak pernah berteman dengan siapapun-apalagi perempuan."

"Well," aku mengangkat bahu, langsung merasa defensif. "Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepadamu. Kami hanya berteman. Itu saja."

Dia menyandarkan sikunya di meja. "Huh," dia menatapku dan aku merasa seperti sepotong daging. " Apa yang kau tahu tentang dia?"

"Aku tahu semua yang dia ingin aku ketahui dan itu sudah cukup."

"Benarkah?"

"Benar." Kataku tanpa ekspresi. "Baekhyun temanku. Dia telah membantuku dengan memberikan aku tempat tinggal untuk sementara waktu."

"Bagaimana kau bertemu?"

"Aku bertemu dengannya di tempat parkir Universitas."

"Lari mendekatinya, huh?"

"Secara harfiah begitu." Aku tersenyum dengan memori itu sebelum aku ingat aku sedang diinterogasi Suho.

"Apa yang kau inginkan dari dia?"

"Aku tidak tahu apa yang kau maksud." Aku mulai membuka-buka lemari, menempatkan bahan makanan.

"Apakah kau ingin menjalin hubungan dengan dia?"

Aku mengangkat bahu. "Aku sudah punya satu."

"Maksudku asmara." Dia berbicara dengan kasar. "Karena jika kau melakukannya, lupakan tentang hal itu sekarang. Baekhyun tidak ingin berhubungan asmara."

"Itu adalah hal terbaik bahwa aku tidak tertarik dengan cara seperti itu pada Baekhyun. Bukankah itu maksudmu?"

"Kau baik-baik saja kalau dia meniduri wanita lain?"

Jantungku mencelos, tapi aku tetap menahan emosiku. "Kenapa tidak? Itukan yang selalu dia lakukan. Mengapa aku mengharapkan hal itu berubah?"

"Menarik." Matanya mempelajari aku dan aku menggeser tubuhku, merasa tidak nyaman.

"Dengar, jelas kau tidak menyukaiku. Itu tidak masalah. Aku akan menjauh darimu."

Aku menaruh bahan makanan yang terakhir dan langsung menuju tangga. Aku ingin sekali menyelamatkan diri ke kamar tidurku.

"Ini bukan berarti aku tidak menyukai kau." Suho mengatakannya dengan tegas, menarik perhatianku. Aku berhenti di anak tangga terbawah. "Aku hanya tidak mengerti."

"Kau tidak mengerti apa?" Aku benci bagaimana lemah lembutnya suaraku terdengar dan aku menegakkan bahuku, berharap untuk mengimbanginya.

Suho memiringkan kepalanya ke samping. "Aku tidak mengerti mengapa dia memilihmu."

Aku mengusap dahiku. "Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan."

"Dan itulah setengah dari apa yang begitu mengejutkan." Dia berdiri dari bangkunya dan berjalan ke arahku. "Baekhyun adalah adikku. Dia memiliki reputasi sebagai bad boy dan entah kenapa hal itu menarik para wanita. Mereka ingin mengubahnya. Mereka semua tertarik padanya, dan mereka berharap akan menjadi satu-satunya orang yang membuat Baekhyun berubah namun disinilah kau dan kau bahkan tidak peduli siapa dia atau apa yang dia lakukan. Kau pikir hanya persahabatan yang dia inginkan." Dia tertawa. "Kau salah. Dia ingin lebih dari persahabatan."

"Tidak," aku mulai membela hubungan kami, perasaan sepertilah yang selalu aku butuhkan.

Suho menginterupsiku. "Jika kau menyakitinya, aku akan menghancurkanmu. Ini adalah pertama kalinya aku melihat dia membuka diri pada seseorang sejak," ia berhenti sejenak, bibirnya bergetar karena emosi terpendam. Aku mulai tidak bisa memahami kata-katanya. "Aku memperingatkanmu. Jangan menyakitinya atau kau akan berhadapan denganku untuk menjelaskannya. Paham?"

Aku mengangguk, menahan napasku. "Aku mengerti."

.

.

.

TbC

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang