26.

669 81 5
                                    

Ayo tekan bintang duluh di pojok kiri bawah

.

.

.

.

.

.

***

Ponselku berdering nyaring di meja nakasku, langsung membangunkan tidurku. Aku melepas lenganku dari sekeliling punggung Baekhyun dan meraih ponselku. Aku melirik layar dan jantungku langsung merosot.

"Nana?"

"Hei Irene," dia terdengar tegang dan aku langsung waspada.

"Ada apa?" Mendengar nadaku dan tubuhku tiba-tiba menegang, Baekhyun mengangkat kepalanya. Alisnya berkerut dan dia melihatku dengan penuh perhatian. Semua jejak tidur telah hilang dari wajahnya.

"Aku sudah lama ingin menghubungimu," keluhnya. "Aku hanya tidak tahu bagaimana."

"Apa yang terjadi?" Aku menahan napas.

"Aku bertemu dengan makelar hipotek orang tuamu,"

Aku mengangguk pada diriku sendiri. Cukup masuk akal kalau Nana memiliki kontak dengan makelar itu. Aku menandatangani namanya untuk semua masalah peninggalan orang tuaku karena aku tinggal terlalu jauh untuk berurusan dengan semua itu. Dia telah membantuku menangani semuanya.

"Tidak ada uang yang tersisa untuk menutupi hipotek dan jika rumah tidak laku dalam waktu tiga bulan, bank terpaksa akan menyitanya."

Tenggorokanku terasa sesak karena emosi. "Mereka tidak bisa," kataku serak. "Mereka tidak bisa melakukan itu."

Baekhyun menggelengkan kepalanya. "Melakukan apa?" Bisiknya. "Apa yang terjadi?"

Aku mendorong dadanya, tetapi ia menolak pindah dan aku menjatuhkan diri di atas bantalku, merasa putus asa dan terpukul saat Nana berbicara.

"Maafkan aku, Irene. Sebenarnya aku tidak ingin memberitahumu. Aku tahu kau sudah begitu tertekan."

"Tidak apa-apa." Suaraku bergetar. "Aku akan mencari jalan. Terima kasih banyak kau telah menangani itu dan melakukan semua yang kau bisa. Aku sangat menghargainya."

"Kau tahu aku akan selalu membantumu, baby girl." Suaranya begitu lembut dan itulah gelombang yang memecahkan bendungan.

Air mata bergulir jatuh di wajahku dan Baekhyun tampak ngeri. Tangannya menyelinap di bawah punggungku dan aku tahu dia melakukan semua yang dia bisa untuk menunggu sampai aku menutup telepon. Aku bisa mendengar suara otot di rahangnya karena ia kesulitan menahan diri.

"Aku akan bicara lagi nanti." Aku menutup telepon dan mendorong dada Baekhyun lagi, tapi dia memelukku erat-erat.

Penolakannya untuk melepaskan aku, akhirnya mengirimku ke ketepian dan aku jatuh ke dalam semburan air mata. Dia membenamkan wajahku di dadanya dan mencium puncak kepalaku saat dia memelukku.

"Ceritakan apa yang terjadi."

"Bank akan menyita rumah orang tuaku dalam tiga bulan. Uang orang tuaku untuk membayar hipotek telah habis." Aku menghirup napas dalam-dalam. "Aku harus mencari tempat tinggal. Aku tidak bisa membiarkan mereka menyita rumah. Hanya itu peninggalan orang tuaku yang aku miliki. Aku tidak bisa,"

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang