3.

1.4K 151 2
                                    

Ayo tekan bintang dulu di pojok kiri bawah

.

.

.

.

.

.

Selamat membaca


***


"Bae Irene." Profesor Nam berteriak ketika kelas sudah berakhir. Ini kelas terakhirku pada hari ini dan aku sendiri sudah mengalokasikan waktu yang cukup antara kelas terakhir dan shift-ku di tanning salon. Aku tidak punya waktu untuk berbasa-basi—ataupun yang dia inginkan. "Tolong temui saya sebelum anda meninggalkan kelas."

Sebelumnya dia tidak pernah berbicara denganku dan aku tidak tahu apa yang ingin dia bahas sekarang. Aku tidak gagal di kelasnya dan aku selalu hadir, jadi aku benar-benar tidak mengerti.

Dengan cepat, aku menumpuk kertas-kertasku lalu menyelipkannya ke dalam buku cetakku sebelum menutupnya dengan kasar. Aku meraup buku-buku itu ke dalam pelukanku dan melirik jam tanganku.

"Sial." Aku menarik napas. Sekarang sudah jam 14.45. Jika dia tidak melakukan hal ini dengan cepat aku akan terlambat masuk kerja—lagi.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk anda, Profesor Nam?" Aku mencoba menutupi ketidaksabaran dalam suaraku, tapi gagal.

"Apakah anda kesulitan dengan materi kuliah saya, Miss Bae?"

Aku mengerutkan kening. Jantungku mulai berontak di dadaku dan hampir bisa dipastikan aku berkeringat. Syarafku begitu sensitif. "Saya tidak berpikir begitu."

"Nilai anda telah mengalami penurunan yang signifikan sejak anda kembali dari liburan." Dia memiringkan kepalanya ke samping. "Jelas anda mengalami kesulitan dengan sesuatu?"

Apakah dia tidak tahu orangtuaku tewas dalam kecelakaan mobil? Apakah dia tidak menyadari sebab dia begitu yakin waktu aku tidak masuk kuliah karena ingin liburan? Aku merasa pipiku tersengat karena tersinggung tapi aku menahan kata-kata cacianku. Aku tidak punya waktu untuk ini.

"Maafkan saya. Saya akan menyediakan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mempelajari materi ini."

"Kau harus melakukan itu, Miss Bae. Saya tidak punya waktu bagi orang pemalas di kelas saya dan saya telah melihat potensi anda. Saya tahu anda mampu dan saya tidak akan menerima kekurangan apapun."

Aku mengangguk dengan drastis dan memasukkan lagi air mataku. Oh, sialan aku begitu marah, tapi tidak ada yang bisa kulakukan.

Dia adalah profesor-ku dan aku tidak dalam posisi untuk mengatakan padanya bagaimana alasanku. Dia jelas mengharapkan lebih dari aku dan karena aku orang yang menetapkan standarku sendiri, maka hal itu merupakan pekerjaanku untuk mempertahankan nilai-nilaiku.

"Semoga sore anda menyenangkan, Profesor Nam." Aku berbicara dengan nada gemetar dan dia mengangguk. Jelas, dia tidak menyadari cara dia menegurku telah melukai aku. Tapi sekali lagi itu bukan tugasnya menanggapi perasaanku.

Aku membalikkan tubuhku darinya dan bergegas menuju pintu keluar. Aku bisa merasakan matanya yang kecil bercahaya di punggungku saat aku berjalan dan ketika akhirnya aku sampai ke lorong dan keluar dari pandangannya, aku membebaskan napasku yang terpendam dari paru-paruku.

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang