13.

606 80 0
                                    

Ayo tekan bintang dulu di pojok kiri bawah

.

.

.

.

.

.

Selamat membaca

***

Aku baru saja selesai ber-makeup ketika Baekhyun mengetuk dengan buku jarinya ke pintu. "Apa kau baik-baik saja disitu?"

"Yeah." Aku melirik sekali lagi diriku di depan cermin. Aku menyembunyikan fakta bahwa aku sudah menghabiskan waktu setengah dari satu jam untuk hal terbaik di dalam kamar mandi yaitu menggunakan kosmetik untuk menyembunyikan dan menutupi mukaku akibat menangis.

Aku memeriksa diriku di depan cermin dan menyeringai. Aku terlihat panas dan aku berharap seseorang membuatku merasa senang tentang diriku malam ini.

Aku membutuhkan itu. Aku butuh minuman yang bisa membuatku menjadi lebih baik... dan siapa tahu, mungkin aku akan bertemu seorang pria yang tertarik lebih dari persahabatan. Aku butuh itu juga—karena aku butuh menghibur pikiran yang tidak pantas tentang Baekhyun yang pasti akan menghancurkan apa yang tersisa dari hatiku.

Aku membuka pintu dan mata Baekhyun melebar. "Apakah itu yang kau kenakan?"

Aku mengangguk, memutar tubuhku untuk memberinya efek penuh. "Kau suka?"

"Tidak." Dia menggelengkan kepalanya, bibirnya cemberut. "Kurasa kau harus berubah."

Aku membeku. "Apa?"

"Kau banyak memperlihatkan bagian tubuhmu, Irene."

"Tidak!" Aku mendorong melewatinya ke tempat sepatu boot kulit bertumitku berada."Apakah kau melihat gadis lain di klub, Baekhyun?"

Dia melipat lengan berototnya di dadanya. "Seluruh punggungmu terbuka."

"Yeah, dan itulah satu-satunya bagian tubuhku yang aku pamerkan." Aku menarik ritsleting sepatu bootku ke atas. "Jangan berlebihan. Kau bertindak seolah-olah aku dibesarkan di biara."

"Tidak." Dia merengut. "Dan kau memperlihatkan lengan dan bahumu juga."

Aku menyipitkan mata seolah mengatakan 'jangan menguji aku' kepadanya. "Ini disebut tank top."

"Itu tidak menutupi punggungmu." Ia menjelaskan lagi. "Kau bahkan tidak mengenakan bra."

"Aku tahu." Aku memaksakan diri untuk tersenyum. "Itulah intinya."

"Aku tidak menyukainya." Katanya lagi—seolah-olah aku tidak mengerti.

"Anggap saja dirimu beruntung aku memadukannya dengan celana panjang. Aku punya gaun dengan model yang sialan sama dengan itu."

Matanya melebar dan dia mengatupkan bibirnya. "Pakailah jaket."

"Aku akan melakukannya." Aku tersenyum polos. "Udaranya dingin di luar."

"Kau akan menjadi kematianku." Baekhyun menginformasikan saat aku berjalan melewati pintu terbuka yang dia tahan untukku.

Aku menusuk perutnya. "Berhentilah bertingkah seperti kakakku." Godaku dan dia mundur menjauh dari aku seolah-olah kata-kataku telah membakarnya. "Dan terima kasih karena sudah membersihkan dapur." Aku menambahkan setelah berpikir sejenak.

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang