15.

594 85 1
                                    

Ayo tekan bintang dulu di pojok kiri bawah

.

.

.

.

.

.

Selamat membaca

***

Aku berdiri menonton saat Baekhyun berjalan langsung menuju pintu yang aku tahu itu akan mengarah ke kantornya. Dia tidak melihat ke belakang saat dia menghilang dari pandangan dan aku mendesah. Aku berharap apapun itu tentang saudaranya yang menekan dia bukan hal yang serius.

Aku ingin bertanya pada Mark apa maksudkan ketika dia mengatakan Suho ingin tahu mengapa dia mengambil tempat Baekhyun malam ini, tapi aku tidak cukup berani untuk bertanya. Aku selalu diberitahu untuk tidak ikut campur yang bukan urusanku karena mungkin itu akan membuat mereka marah. Itu sebuah moto yang aku pilih untuk hidup yang diajarkan kepadaku oleh ibuku.

Mengambil napas dalam-dalam, aku berbalik menuju bar dimana tiga gadis nyaris telanjang berkeliaran karena mereka menunggu Impact dibuka. Mereka semua sangat berbeda dalam penampilannya.

Seorang gadis dicat pirang dengan fitur runcing mengenakan gaun perak berkesan genit sedang menggandeng gadis tinggi berambut cokelat yang mengenakan rok kulit hitam dan blus putih dengan kancing yang banyak tidak dikancingkan. Aku bisa melihat renda merah bra-nya dan mau tidak mau aku menjadi malu sendiri melihat pakaiannya yang tidak senonoh itu.

Mereka berdua menatapku saat aku berjalan ragu-ragu ke sisi berlawanan dari bar dimana ada seorang berambut merah keriting sedang mengetik di teleponnya.

Dari tiga gadis itu, si rambut merah ini tampak lebih mudah didekati—padahal aku belum berkenalan.

Aku tidak akan terganggu oleh kaki dan payudaranya. Dia menutupi hampir dari kepala sampai kaki dan tampaknya dia menyukai gaya hidup seorang Gothic. Kemeja lengan panjangnya warna hitam diperindah dengan bagian yang strategis terbuka yang menunjukkan sekilas bra merah dan kulit pucatnya. Celana kulit hitam sangat rendah di pinggul, dengan asesoris sebuah sabuk bertabur pernak-pernik yang berkilau. Dia cantik—tapi dia terlihat mengintimidasi.

"Hei," aku menyapa. "Aku Irene."

Si berambut merah bahkan tidak mendongak dari teleponnya saat dia melanjutkan mengetik pesannya dan aku bersandar dengan canggung di bar, menghadap ke lantai dansa.

Dia menyelipkan teleponnya ke kantung celananya dan warna merah mencuat keluar dari celananya. "Aku Krystal."

"Senang bertemu denganmu Krystal." Aku tersenyum.

"Yang berambut pirang itu Jihyun dan yang cokelat Yejin." Dia mengangguk ke arah dua gadis yang lagi berdiri sepertinya sedang berbisik tentang aku—tidak diragukan lagi.

"Ya akan kuingat."

"Jangan khawatir tentang mereka," Dia memutar matanya. "Mereka hanya marah tentang kau dan Baekhyun."

"Aku dan Baekhyun?" Aku mengerutkan kening.

Dia tertawa. "Aku tidak tahu bagaimana kau mendapatkannya, tapi anak laki-laki itu melilit ke jari kelingkingmu, dia melakukan apapun untukmu."

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

"Apakah kau serius?" Dia menatapku seolah-olah aku telah kehilangan pikiranku dan aku mengangkat bahu. "Baekhyun bisa dibilang memperingatkan seluruh staf laki-laki untuk menjauh darimu."

Enraptured (Baekhyun><Irene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang