5. Ladin saja

40 10 3
                                    

Kali ini, aku sedang di perpus habisnya aku kesel. Bisa bisanya tuh izza cuekin aku. Eh dia malah sibuk ngobrol sama bang babas. Seperti nyamuk bukan?

Suasana kali ini, best sangat. Sepi, sunyi seperti nya pengunjung perpus kali ini hanya aku, tapii

" udah nonton demonsnya? " ucapnya.

Dia lagi, iya yang tadi kita bahas di bagian sebelumnya.
Disitu hanya ada aku dan dia, berarti dia bertanya padaku.

" eh, iya  kak. Lagi bosen saja " jawabku
" padahal saya gak nanya loh kenapa kamu pergi dari lapangan" jawabnya sambil tersenyum.

Bisa bisa nya dia berkata seperti itu! ,tunggu. Aku yang salah menjawab ?

Aku hanya diam fokus pada buku puisi yang ku ambil

" memang suka puisi ya ? Tanyanya

Ah, dia basa basi saja

" iya" jawabku tanpa mengalihkan pandangan.
" kalo lagi diajak bicara tatap orangnya " katanya
" maaf saya lupa kak," jawabku
" tidak apa " jawabnya
"Falladin cahya putra " katanya.
" itu nama kakak?" tanyaku
" bukan tapi nama tetangga saya " ucapnya sambil tersenyum
Aku hanya menjawab " tapi saya gak tau orangnya kak "
Di tertawa. " itu nama saya "

Aku malu sumpah!

" ladin saja " ucapnya.
" ladin?" ucapku dengan sedikit nada bertanya.
" iya, apa? " ucapnya
" suka Aladin ? " kutanya dia
" tidak, tapi mama yang suka aladin " jawabnya. " kamu suka membalikan pertanyaan ya" tanyanya dengan tersenyum.
Aku hanya diam.
" boleh aku jadi pacarmu "

Siapapun tolong cubit aku.

" kita baru saja kenal " ucapku
" yang tidak saling kenal saja bisa jatu cinta " jawabnya.
" terlalu cepat, saya rasa " jawabku.
" berarti kamu hanya butuh waktu?" tanyanya
" bukan bukan seperti it,,"
" aku akan menunggu " jawabnya memotong ucapanku.  Kemudian dia pergi.

Tolong dong beri tahu aku. Tadi aku habis bertemu dengan makhluk sejenis apa?  Bisa bisanya dia dengan mudah meminta jadi pacarku.

Harte FrauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang