22. 2 tahun itu

29 5 31
                                    


Lagu selamat ulang tahun mengalun indah diiringi petikan gitar.

Ini hari bahagianya. Hari jadinya yang ke 17.
Waktu memang berjalan begitu cepat.

Tanpa terasa, seorang Anya yang pendiam dan lugu. Kini tumbuh menjadi seorang remaja putri yang sangat luar biasa.

Dua tahun yang lalu adalah masa masa tersulit baginya.
Menerima sebuah kenyataan pahit, mengenai ayahnya yang ternyata meninggal karena leukimia.

Baru saja ia menerima kejelasan. Lagi lagi, semesta membuat dia kebingungan.
Laki laki itu, sudah menghilang tiba tiba dari hidupnya. Tak ada kabar, tak pernah terdengar. Layaknya manusia yang tiba tiba hilang dari peradaban.

Jangan kira Anya tak ada usaha mencarinya. Dua tahun lalu. Saat dia berlari kesana kemari, dari satu orang ke orang yang lain. Tak pernah ada yang memberinya penjelasan. Tak ada satupun pertanyaan yang terjawab.

Hingga dimana Anya merasa patah, hancur. Dia baru bisa melihat seorang laki laki. Yang ternyata selalu mendampinginya. Membantu anya mencari ladin kesana kemari, mencari cari informasi dimana laki laki itu berada. Yaah, Anya baru sadar bahwa ada Rico yang selalu ada ketika Anya memilih putar balik tidak melanjutkan pencariannya.
Anya baru sadar ada Rico yang selalu mengunjunginya. Ada Rico yang jelas jelas mau menerimanya, bahkan ketika dia tau bahwa gadis yang disayanginya. Ternyata masih mengharapkan kepulangan seorang laki laki yang disayanginya.

"Make a wish dulu dong mbak" Izza berucap dengan riang.

Anya tersenyum tipis lalu memejamkan matanya. Merapalkan sebuah do'a untuk dia juga orang orang terdekatnya.

Tuhan, tolong bawa dia kembali pada saya. Saya mohon.

Anya meniup lilin dengan angka 17 itu, disusul suara balon yang meledak ledak disusul dengan umapatan dari Aland pada Babas yang menusuk balon itu tepat disamping telinga Aland.

"AN-----"

"Bicara kotor, gue doain gagal move on dari yang kemaren" Babas menyela sebelum Aland melanjutkan umpatannya.

"JING. Kaget gue, bambang" Aland menoyor kepala Babas.

"Iih udah deh udah. Ngapain berantem sih!" Izza bersungut sungut kesal.

Babas memulai alay alay clubnya.

"Za pegang deh. Aduh sakit banget aku ditoyor Aland". Babas mengadu mencari perhatian.

"Kamu sih. Jailnya udah akut. Rasain tuh!" Izza malah balik kesal.

Aland tertawa
"Rasain lo, An--"

"Bacot lo, Mr. Toxic" Sela seseorang yang sedari memegang kue ulang tahun.

"Ayo nya, potong kuenya" Ucap laki laki itu.

Anya mengangguk dan memotong kue tersebut.

"Ayo, suapan pertama buat siapa nih?" Izza terkikik tidak jelas.

"Seharusnya buat Bunda. Tapu Bunda belum pulang, jadii buat izza aja" Ucapan Anya diprotes Izza.

"Iiih ko aku dulu?. Ada pacar kamu loh. Masa aku dulu?" Izza memprotes.

"Kamu lebih dulu kenal aku izza" Ucap Anya.

"Gak bisa. Rico harus dapet pertama." Izza masih bersikukuh.

Yap, sebenarnya ini upaya izza supaya Anya gak terlalu kaku.

Dipegang tangan sama Rico aja udah grasak grusuk.

"Ko Kamu malah repot si?!" Anya ngegas sendiri.

"Gini aja kok rep---"
Ucapannya terpotong ketika seseorang melahap kue dengan entengnya.

Babas sedang nyengir sambil asik mengunyah kue suapan pertama.

"Persetan pada pacar dan sahabat" Ucap Babas dengan pelafalan yang belepotan.

Tiba tiba HP Aland berdering.

"Hallo Afdal"

"....."

"Jangan becanda anjir"

"....."

"Kita omongin sekarang".

Aland mematikan sambungan telfonnya. Lalu berbisik pada Babas membuat raut mukanya tegang seketika.

Aland langsung pamit pulang tak lupa Babas dan Izza ikut bersamanya.

"Mereka berdua kenapa si?" Tanya Anya

Rico menggeleng sebagai jawaban.



******

"Kamu jangan diluar. Hujan" Rico memperingati Anya.

Karena setelah 1 jam teman temannya pulang tiba tiba saja Hujan turun begitu derasnya.

Anya mengabaikan Rico.

Ini momen yang selalu meyeretnya pada kejadian dua tahun lalu.

Dimana Tuhan menjatuhkan hujan ke bumi. Membantu Anya menyamarkan air matanya. Membantu Anya menyamarkan tangisannya.
Menemani Anya saat duduk disamping nisan Ayahnya. Menemani Anya berjalan mendorong sepedanya hingga tiba di depan rumah laki laki itu. Menemani Anya memejamkan matanya sambil kedinginan didepan pagar rumah laki laki itu.

Percayalah semakin dipaksa lupa maka semakin ingat.

Tapi Anya memang menolak lupa. Anya tak pernah mau melupakan, Anya membiarkan dirinya dikelilingi sesuatu yang abu.
Tidak jelas.

"Aku gak pernah paksa kamu buat lupain dia" Akhirnya Rico bersuara.

"Tapi kalau dengan ingat dia buat kamu sakit. Aku berharap dia enyah dari ingatan kamu" Anya melihat Rico sudah ada disampingnya.

"Jangan terlalu menyiksa diri kamu sendiri. Biar aja waktu yang jawab semuanya. Semua yang abu akan terlihat jelas nantinya. Semua yang mau kamu tau, akan terlihat jelas kalau sudah masanya" Rico menasehati Anya.

"Aku gak tau kamu sayang aku apa enggak" Akhirnya, Rico mengucapkan sesuatu yang dia ingin tau jawabannya.

"Ricoo, Kamu kenapa ngomong gitu?" Anya bertanya sambil menatap mata Rico.

Rico menatapnya. Mencoba menerawang tatapan pacarnya itu. Sampai dia menemukan jawaban.

"Karena aku gak bisa lihat itu dari pancaran mata kamu" Rico mengelus rambut Anya. Menghembuskan nafas.

"Tapi gapapa. Aku gak masalah, yang penting kamu tau. Ada aku disini yang gak pernah mau pergi walau aku tau perasaanku belum terbalas" Rico tersenyum diakhir kalimatnya.




















Hallooo. Lama tak jumpa. Heheh, banyak yang buat saya sedikit lama melanjutkan cerita ini. Sebetulnya, cerita ini sudah full chpter alias tamat. Tapi, aku ubah lagi plotnya. Aku ubah lagi bagian konfliknya. Daaan, baru sekarang bisa Up. Gaenak juga sama yang sering nagih ini cerita.

BTW, NYA & LA ganti judul.
Judul yang sekarang artinya wanita tanguh.
Kenapa ganti? Karena tidak ada lagi Anya dan ladin mueheheh...

Jan lupa commentnya.

Ada yang mau ditanyakan?


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Harte FrauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang