Pertanyaan yang terasa beban kini sudah dapat jawaban walau menyakitkan.#Zeefanya ayudia
Aku sudah mendapat jawabannya. Ternyata ayah tidak pergi tanpa Alasan. Apa salahnya berkata jujur? Katakan saja yang sebenarnya walaupun menyakitkan, kalau sudah seperti ini? Sulit menyembuhkan luka lama yang sudah ada. Memori itu kembali terbuka, Anya sedih ternyata kapten kesayangan anya sakit. Ko anya payah ya? Sampai tidak tau. Anya bahkan tidak pernah peka pada gejala yang ayah alami. Di satu sisi anya juga lega, pertanyaan yang terasa beban kini sudah mendapat jawaban walau menyakitkan.
Aku keluar dari kamar ibu, ibu melihatku keluar dari kamarnya sambil terisak, ibu bertanya tanya, tanpa ku hiraukan. Aku keluar rumah meninggalkan rumah dengan memakai sepeda pemberian Ayah. Sepeda ini saksi bisu kenangan seorang anya kecil yang kekeuh tidak mau naik sepeda karena takut jatuh. Tapi ayah meyakinkan, bahwa jatuh itu tidak apa apa Itu adalah awal dari apa yang akan kita capai.
Aku sampai di suatu tempat, Ayah anya datang... Anya rinduu....
Aku berlari memasuki pemakaman masih sambil menangis. Entah dengan apa tangisan ini terhenti!
Aku berhenti tepat di sebuah makam, menatap makam itu penuh haru, penuh sendu, aku terduduk lunglai. Perlahan tanganku mengusap nisannya perlahan tangisanku pecah seketika. Ketika aku mencium nisan tetsebut..
Ayah, anyaa sayang ayaah
" ayah apa kabar? Sudah bertemu Tuhan yaa. Ayah anya minta maaf sama Ayah anya ga bisa jadi anak yang baik buat ayah, yang perhatian sama ayah anya minta maaf. Ayah kalau anya nyusul ayah sekarang boleh gak. Anya gak mau disini, gak mau! Mau sama Ayah " ucapku. Tangisku pecah
" kenapa gak ngomong jujur dari awal sama anya? Kan anya gak akan sampe suudzon gini sama ayah, ayah tau gak. Anya gak nurutin salah satu kemauan ayah, anya marah sama keadaan! Kenapa sih yah harus Anya yang kayak gini? Anya kan cape ayah, capek! " ucapku terisak
" tapi tak apa, anya tau ini sudah jadi rencana Tuhan pasti sudah skenarionya begini, iyakan Ayah? " ucapku
Di sela sela aku menangis. Bumi pun menumpahkan hujan menemaniku menangis, apa bumi juga sedih liat anya gini?
" anya pamit ayah, sayang Ayah " ucapku sambil berlalu pergi
Aku mendorong sepedaku di tengah lebatnya hujan. Merelakan diri diserbu rintikan air yang jatuh ke bumi. Benarkan bumi? Pasti bumi mau nemenin anya nangis, iya kan?
Langkahku berhenti tepat pada sebuah rumah, bukan rumahku. Tapi rumah seseorang yang sudah membantuku mengikhlaskan keadaan. Ladin...
Aku berdiri di depan pagar rumahnya, rumahnya sepi. Seperti tidak ada orang. Aku mengetuk pagar, tidak ada yang menyaut. Sampai datang seorang ibu menghampiriku mengatakan.
" sudah beberapa hari penghuninya tidak ada dirumah, kamu pulang saja ini hujan " ucapnya
Aku tidak merespon, tidak beranjak untuk pulang juga. Aku percaya sebentar lagi dia pulang! Kan bumi juga sudah mau menemaniku dengan hujannya.
Aku terduduk di depan gerbang, berteduh melindungi tubuhku yang sudah mulai menggigil, walau seperti itu aku tidak berniat pulang sampai dimana aku mulai lemas dan mataku menutup setelah aku mengucapkan
"
Ladin, pulaang "
Hayhay.......
Sudah baca? Dibantu dong. Vote dan commentnya. Ayoo, saran dan komentar teman teman sangat berharga buat sayaa..Salam dari aku yang mau bagi rapot:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Harte Frau
Teen FictionIni cerita klasik, tentang cinta anak remaja. Yang seharusnya sederhana, malah berjalan rumit untuk mereka. Ini tentang pengorbanan, seseorang yang mengorbankan dirinya tersakiti. Karena terus terusan mencintai tapi tak dicintai Ini tentang ses...