"Irene, hari sudah malam. Sampai kapan kau hanya akan memandangi Taehyung?" Park Hyung Sik menegur Irene saat ia tengah membuka lemari pendingin.
"Eh, jam berapa sekarang?"
"Jam 10 malam."
"Boleh aku menginap?"
"Menginap?" Park Hyung Sik memutar bola matanya ke arah Irene sembari menenggak minuman sodanya.
"Irene, aku tidak menyarankannya. Sebaiknya kau pulang. Akan ku antar dirimu."
"Tapi..."
"Besok kau bisa kesini lagi. Tapi, kau tidak bisa masuk tanpa diriku. I mean, aku yang memegang akses masuk keruangan ini dan tidak sembarang orang."
"Oh begitu. Huhuhu."
"Ayo kita pulang."
Irene mengerucutkan bibirnya karena kecewa, kini ia menatap Kim Taehyung lalu berbicara sendiri,
"Kim Taehyung."
"Taehyung ah."
"Aku pulang."
"Kim Taehyung."
"Kau akan baik-baik saja, aku yakin."
"Kau harus bangun kim Taehyung."
"Aku menunggumu."Setelah mengucap salam perpisahan, Irene mengambil tasnya lalu menyakol di bahunya. Ia berjalan mengekor Park Hyung Sik dibelakang. Sesuai janji Park Hyung Sik, Ia akan mengantar Irene pulang kerumah.
***
Hari-hari berikutnya, Irene dan Park Hyung Sik selalu datang kerumah sakit. Sudah berjalan satu minggu, dua minggu dan tiga minggu namun belum juga ada perubahan signifikan dari kondisi Kim Taehyung. Tidak ada yang tahu sampai kapan, tidak ada yang tahu kapan Kim Taehyung akan sadar.Sekarang sudah menemui bulan Oktober. Musim Gugur telah datang. Langit biru ditambah dengan hiasan Pohon-pohon dengan daun-daun yang jatuh tertiup angin. Pohon Gingko dan Maple yang daunnya telah menguning membuat suasana kota Seoul sangat Indah. Pada siang hari cuaca sedikit panas dan kering namun dimalam hari berubah menjadi cukup dingin. Penduduk Korea bersuka cita menyambut musim gugur. Namun, tidak dengan Irene. Hari-harinya tak seindah suasana disekitarnya. Harinya cenderung suram. Berat. Dan penuh harap, berharap bahwa Kim Taehyung akan segera membaik.
Irene duduk disebuah kursi menghadap sungai. Ia duduk sendiri. Dipenuhi dengan pertanyaan dan cerita yang penuh dikepalanya. Ia terdiam sembari menyeruput minumannya. Pikirannya melayang saat beberapa hari lalu ketika ia bertemu dengan Kim Jong In di kampus. Terasa canggung dan aneh. Irene memutuskan untuk memaafkan Jong In. Hatinya tidak menjadi damai, jika ia harus membenci Jong In seumur hidupnya. Dan itu Hanya akan membuat dirinya susah. Tidak mudah membuat keputusan besar. Memaafkan orang lain yang berbuat salah. Namun itu yang harus dipilih.
Irene berpikir jika Ayahnya yang menabrak Jongin, itu juga akan membuat susah. Ayahnya akan ditangkap dan dipenjara dan malah membuat dirinya menderita."Kenapa terkadang harus terjadi pada hidup kita?"
"Kenapa kita harus kehilangan orang yang kita sayang?"
"Kenapa rasanya hidup tidak selalu berpihak pada kita?"Lamunan Irene terhenti, saat ponsel di sakunya bergetar. Panggilan dari Park Hyung Sik.
"Ya halo."
"Irene."
"Ya."
"Irene, aku tidak tahu bahwa..."
"Bahwa?"
"Bahwa Kim Taehyung akan dipindah ke jepang."
"HAH? KAU BERCANDA? UNTUK APA KE JEPANG? KU PIKIR PENGOBATAN DI KOREA SUDAH CANGGIH." Irene emosi saat mendengar berita dari Park Hyung Sik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze [complete]
FanficStart Write (20 juni2018) (My first ff-tidak sebagus yg kalian kira-i am just a beginner) Akankah sebuah pertemuan adalah awal dari sebuah kisah? Warning 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita. Every title part is bts and redvelvet songs ? #12 i...