"Glacie, sori banget aku baru sempat hubungi kamu."
"Napa lo? Udah kelar mabok?"
Dia terbahak-bahak. "Sejak sebelum akhir Desember aku sudah ke London, Glace. Saat orang libur, aku harus mempersiapkan presentasi dan perkara kerjaan sial lainnya. Sial banget, kan? Padahal aku sudah punya rencana ke Jakarta."
"Uhm ... gue mau ke London," ucapku sambil menatap Heath yang masih membaca koran. "Lo di London jalan apa?"
Dave ngakak dengan kurang ajarnya di telepon.
"Kamu pikir London itu apa?"
"Kan gue butuh alamat lo kalau kita ketemuan. Lo tinggal di jalan apa? Entar gue samperin."
Sekarang Heath ngakak sampai koran yang dibacanya jatuh dari tangannya.
"Diem lo!" desisku kesal. "Lo juga! Gue cuma tanya, Dodol!"
Sekarang kacamata Heath jatuh di lantai mobil karena dia ngakak sambil nunduk.
"Glacie, sori. Aku bukan merendahkan kamu, sih. Cuma, rasanya percuma aku kasih tahu kamu." Dave akhirnya berhenti ketawa. "Kamu ke London sendirian?"
"Sama Heath."
"Ciyeeee! Balikan sama mantan?"
"Sialan! Drey yang suruh Heath jemput biar ketemuan sama mereka di London."
"What the fuck? Dia juga mau ke sini?"
"Iya."
"FUCK! Jangan harap aku mau ketemuan."
"Eh, sosis sones, lo kira mereka ngajakin lo ketemuan? Yaelah, GR lo sampai ujung bumi, Dave. Lo kira-kira dong kalau halu. Jangan kebangetan."
"Terus, buat apa mereka ke sini?"
"Jenguk Martin kali."
"Martin? Sepertinya aku pernah dengar."
"Martin Johannson, bapaknya Claire. Yang nampung Savanna waktu di Surabaya. Dia kena kanker dan balik ke London."
"Wow! Mereka berteman?"
"Iyalah. Emang lo baperan?" Aku memperhatikan Heath yang memunguti lembaran koran dari lantai mobil. "Dave, lo jadi nggak mau kita kopdaran gitu?"
"Mau, dong. Aku mau ... dengar lagi." Dia tertawa kikuk kaya biasanya.
"Yaelah, tutup toples nastar. Lo tadi katanya nggak mau ketemu Drey. Sekarang minta diceritain. Mau lo apa sih? Labil amat!"
Dia tertawa. "Aku nggak mau ketemu orang itu. Aku mau ketemu Savanna."
"Mereka itu kayak dua katup jantung, Dave. Lo pisahin, mereka mati. Pipis aja barengan."
Dave jadi diam cukup lama.
Heath melipat kacamatanya dengan hati-hati, lalu memasukkan kacamata itu ke kotak bludru hitam. Setelah itu, dia melepas jas dan vest-nya. Kukira dia kepanasan. Ternyata dia malah melepas semua pakaiannya dan berganti baju di dalam mobil.
"Apa sih lo, Heath?"
"Kenapa? Aku cuma ganti baju. Aku tidak mau terbang empat belas jam dengan pakaian yang sudah penuh keringat."
"Nggak di sini juga kali."
"Lalu, di mana?" ucapnya tanpa berhenti melepas kemeja. "Bukankah kamu sudah pernah melihatku tanpa baju?" Dia mengerling. Kalau begitu tampangnya jadi nakal banget.
Aku cuma terdiam dan duduk merapat ke pintu mobil. Mana dia tahu rasanya jantung berdetak kencang kalau lihat bodinya yang luar biasa itu. Mana dia tahu kalau aku jadi pengin pipis dekat sama dia yang nggak pakai baju gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)
Storie d'amore(PART TIDAK DIHAPUS ) Gimana sih rasanya jadi cewek kaya mendadak? Bisa jalan-jalan ke luar negeri, punya bodyguard, bisa beli apa pun yang kamu mau (termasuk mulut orang yang nyinyirin kamu), dan masih banyak lagi keseruan lain yang bisa kamu bayan...