Part 12

3.7K 157 1
                                    

A Si yang tahu kalau Shan Cai dan Qing He tak bisa bermain bridge, dia menyuruh mereka untuk membuat aturan sendiri dalam permainan. Qing He mengusulkan agar ia bisa membandingkan kartu ditangan kemudian memilih kartu untuk kemenangannya.

Mai Zuo menganggap permainan macam itu seperti anak TK. Qing He tak perduli, mereka sendiri yang menyuruhnya membuat aturan. Baiklah, A Si menyetujui aturan tersebut tanpa pikir panjang.

A Si mengocok bridge dengan lihai. Tiba waktunya Shan Cai memilih kartu. Dia melorot dua buah kartu dengan banyak pikiran, dia khawatir kalah. A Si menghentakkan tangannya ke meja karena Shan Cai lama sekali.

Shan Cai yang tengah gugup pun terkejut dan menjatuhkan kartu ditangannya, kartu terbuka AS hati. Dia senang bukan kepalang, jadi kartunya cuma bisa dikalahkan kalau Mai Zuo bisa menunjukkan kartu AS Sekop.

Mai Zuo dengan santai menarik sebuah kartu, dan begitu dibalik, ia tepat mendapatkan kartu As Sekop. Qing He tak mau menerima hasil itu, ia mau mengacak kartunya dulu. Diam-diam ia menarik kartu as sekop dan menyembunyikannya di saku.

A Si mengocok kartunya. Dia membuka kartu ditangannya satu persatu dan Mai Zuo menyebutkan kartu apa yang A Si ambil tanpa harus melihatnya. Qing He tak perduli dengan kemampuannya, yang terpenting, dia harus mendapatkan As sekop untuk mengalahkan Shan Cai.

“Aku tak bisa mendapatkannya. Karena kartu as sekop ada disakumu.”

Dengan terpaksa, Qing He mengeluarkan kartu dari sakunya. Shan Cai yang tahu tak bisa memenangkan pertandingan pun mengaku kalah. Jadi, apa yang mereka inginkan darinya?

Xi Men tak bisa menjawab, ini adalah masalah Shan Cai dan A Si. Jadi, ia akan meninggalkan mereka berdua. Xi Men dan Mai Zuo menggeret Qing He yang bersikukuh ingin tetap berada diruangan.

Shan Cai gemetaran bertanya apa yang diinginkan A Si. A Si berdiri dari tempat duduk kemudian menyingkirkan meja yang menjadi penghalang. Shan Cai perlahan mundur namun A Si terus menghampirinya sampai Shan Cai terpojok.

A Si menyuruh Shan Cai untuk mentraktirnya dinner. Shan Cai terkejut dan mengulang pertanyaannya. A Si jadi kesal, kenapa dia pura-pura tak mendengarnya? Dia juga berpura-pura tak mendengarnya saat di bandara.

Malam harinya, Shan Cai tengah bersantai dirumah. Ponselnya berdering, A Si mengajaknya untuk bertemu di Stadion Jangwan Plaza jam 12 siang.

Tak lama, ponsel Shan Cai kembali berdering. Kali ini dari Qing He meneleponnya, dia bertanya apakah Shan Cai baik-baik saja. Apa mereka kembali menyuruhnya untuk makan sendal?

Shan Cai mendengus, akan lebih baik kalau disuruh makan sendal. Belum selesai dengan pembicaraan mereka, ponsel Shan Cai sudah error lagi dan mati. Shan Cai menggerutu sebal, A Si yang sudah merusak ponselnya. Pokoknya, dia tak akan datang besok siang. Lihat saja apa yang akan terjadi.

Esok siangnya, Shan Cai pergi menemani Ibu belanja. Super malas, sudah berjam-jam tapi Ibunya masih belum juga menentukan pilihan. Ibu menarik sebuah jas tebal, dia menyuruh Shan Cai mencobanya. Cocok sekali, tapi harganya cukup mahal.

Ibu tak masalah, lagipula cuaca sekarang dingin. Hujan tiba-tiba saja turun. Shan Cai ingat akan janjinya dengan A Si, apa dia masih menunggunya?

Shan Cai kontan meraih payung dan pergi dari toko. Ibu berteriak mengingatkan kalau dia belum membayar bajunya, mereka juga cuma bawa satu payung, bagaimana Ibu akan pulang nantinya?

Benar saja, A Si masih berdiri di stadion hujan-hujanan.

Shan Cai langsung menghampiri dia dan memayunginya. Tanpa banyak kata, A Si menghambur ke pelukan Shan Cai. Shan Cai terkejut, apa yang dia lakukan? Kenapa dia masih berdiri disana.

METEOR GARDEN 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang