BAB 2

7.6K 492 18
                                    

Setelah kemarahan terparah terjadi sejak Morgan berpacaran dengan Rose, kemarin. Ya, ya, mereka bertengkar hebat dan aku seperti menonton drama thriller pertikaian sepasang kekasih yang berakhir tragis. Morgan marah pada Rose yang tertidur dan Rose menyemprot Morgan dengan berbagai umpatan kelas kakap karena membangunkan tidurnya. Reaksi obat tidur dari Jane begitu cepat dan gesit seperti ular. Morgan marah karena rencana awal kencan untuk kelima puluh kali gagal total.

Jane dan Oliver jelas cekikikan dan aku hanya termangu takut-takut terjadi hal-hal yang aku inginkan—yaitu mereka putus! Nyatanya, tidak. Morgan mengalah dan membiarkan Rose tertidur nyenyak di sofa.

Dan hari ini, aku berniat pergi ke sebuah toko kue. Aku benar-benar butuh banyak camilan untuk menulis cerita tentang aktor bad boy yang—cukup signifikan. Oke, pertama-tama aku membuka celenganku yang berisi sedikit uang, lalu pergi mengendarai mobil Renault peninggalan ayah. Toko kue itu cukup terkenal di mata masyarakat London, baik turis lokal maupun turis mancanegara.

Aku cukup terkejut ketika sampai di parkiran toko kue. Beberapa remaja mengenakan kaos putih bertuliskan 'Laskar Evan'. Mereka membawa spanduk bertuliskan Laskar Evan, Pecinta Evan, Evan is My Obsesion dan ada lagi yang membuat mataku membelalak—Evan Suamiku Hari Ini Dan Esok. Hari ini dan esok? Jadi, Evan hanya dua hari menjadi suami fans-nya, haha! Aku mengenakan sweater rajut tipis murahan, celana jeans dan sepatu keds milik Jane. Sepatu yang terlalu sportif dan ceria dengan warna-warna tabrak lari.

Aku tidak terlalu mempedulikan mereka yang berjajar di depan toko kue seperti orang-orang yang sedang berdemo. Di depan toko kue ada beberapa orang bertampang seram nan menyebalkan. Mereka berbadan besar dan mirip hulk kalau warna kulit mereka hijau.

"Hei, Anda mau kemana?" tanya seorang itu—pria ini memakai kacamata hitam dan rambutnya kosong. Maksudku, dia botak. Tak berambut di kepalanya.

"Masuk. Aku akan membeli kue di sini." jawabku polos.

"Tidak bisa."

"Kenapa? Pemilik toko kue ini saudara saya, lho." Dustaku. Aku cukup mengenal baik pemilik toko kue ini, tapi dia bukan saudaraku. Bukan temanku juga sih.

Si pria ini ragu sejenak sebelum akhirnya dia membolehkanku masuk ke toko.

Akhirnya, aku masuk dengan langkah ringan tanpa memiliki firasat apa pun dan aku cukup terkejut ketika toko begitu sepi. Ada Evan dan beberapa bodyguard bertampang seram. Para pegawai tampak terpesona pada pesona amatiran Evan. Pria itu mengenakan jaket kulit hitam, kacamata hitam dan tato-tato yang memenuhi lengan dan lehernya.

Dia mendekat dan aku seperti patung karena beku.

"Kau pasti salah satu dari Laskar Evan kan?" katanya dengan sombong dan angkuh. Aku heran kenapa banyak orang yang mengidolakan pria semacam ini sih?!

"Hah?" ujarku heran. Bahkan aku baru tahu ada Laskar bernama Laskar Evan.

"Aku tahu, tapi bagaimana kau bisa lolos masuk sini sih?"

"Aku mau beli kue."

"Oh, jadi kamu ke sini berpura-pura membeli kue."

Aku tambah bingung. Jadi dia mengira aku menerobos masuk dengan berpura-pura membeli kue kering?

"Tidak. Aku memang benar-benar mau mem—"

"Sudahlah, para wanita jaman sekarang ini pandai berdusta. Tapi kau hebat juga bisa masuk ke sini dengan alasan membeli kue padahal ingin bertemu denganku, hehe."

Apa-apaan dia? Pria macam apa yang tingkat kepercayaan dirinya di atas 100% ini?

"Baiklah, karena aku sudah mendapatkan kueku, kau boleh minta sesuatu padaku. Minta apa? Peluk, cium atau Cuma tanda tangan? Atau mungkin bertemu denganku pun kau sudah bahagia?"

Aku terdiam bego. Bertemu Evan membuat IQ-ku turun mendadak.

Cup.

Evan mengecup keningku.

Aku membelalak dan saking terkejutnya aku terdiam. Tidak tahu harus bagaimana dan mengatakan apa.

Dia melesat pergi bersama bodyguardnya.

Aku masih terdiam bego dan para pegawai menatapku iri.

"Kenapa Evan mencium Gigi sih?!" suara pemilik toko kue yang kukenal terdengar sedih.

Aku bahkan—sebenarnya lebih sedih dan menganggap diriku sebagai korban. Bagaimana mungkin pria itu mengecup keningku lalu pergi begitu saja dan menganggapku akan pingsan karena bertemu dengannya?

***
Ada artis kaya gini main cup cup aja 🙃
Evan itu terlalu percaya diri atau apa ya 🤣

Married With The Bad Actor (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang