BAB 9

4.5K 340 2
                                    

Cerita malam itu membuatku penasaran akan kehidupan Evan. Ya, cerita Evan soal sensasi yang dibuat pelayan bar itu tentang dirinya berhasil menyita isi pikiranku pagi ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa sensasi itu bukanlah persetujuan kedua belah pihak. Wanita itu jelas membuat image Evan sebagai selebritas makin buruk. Salah satu cerita menarik yang bisa kusisipkan di novelku. Barangkali ini adalah maksud Tuhan mendekatkan aku pada Evan agar novelku terasa lebih menarik dan realistis dengan kebenaran yang menimpa Evan.

Ponselku berdering.

Evan?

Sejak kapan aku menyimpan nomor Evan? Aku bahkan tidak pernah meminta nomornya. Aneh!

"Ya, halo."

"Selamat pagi, Gigi." suara Evan di sana. Terdengar serak dan berat.

Aku terdiam beberapa detik sebelum membalas ucapannya. "Pagi."

"Bagaimana kau kaget tidak aku menelponmu pagi-pagi begini setelah makan malam romantis yang membuang waktuku selama 3 jam?" dia tertawa.

"Bagaimana bisa nomormu aku save? Aku bahkan tidak pernah meminta nomor kontakmu?"

"Ya ampun, jawab dulu pertanyaanku yang tadi." pintanya.

"Pertanyaan apa? Kau tidak bertanya apa pun."

"Masa lupa? Baru beberapa detik aku ucapkan tadi. Penulis novel ingatannya tajam."

Aku mendesah kesal. "Aku kaget karena tiba-tiba kau menelponku dan aku menyimpan nomormu."

"Hahaha," dia tertawa.

"Saat kau ke toilet aku mengambil ponselmu dan menyimpan nomorku."

Pantas saja. Dasar keparat!

"Hei, aku akan pergi ke Itali hari ini. Kau mau oleh-oleh apa?"

Entah kenapa pertanyaannya membuat dadaku menghangat. Ya Tuhan, jangan-jangan ini adalah trik Evan untuk membuatku jatuh cinta. Pria semacam Evan pasti memiliki trik untuk membuat wanita jatuh cinta. Dia tidak mungkin tulus. Ingatkan aku Tuhan, kalau Evan hanya menginginkan aku bekerja sama sebagai istrinya demi harta warisan.

"Tidak. Aku tidak mau apa-apa."

"Oke, baiklah. Itu membuatku lebih berhemat." dahiku mengernyit mendengar pernyataannya.

"Semoga harimu indah setelah mendapatkan telepon dariku dan tetaplah bersamabr menunggu menajdi istriku." ucapnya, lalu telepon terputus.

"Sinting!" gumamku seraya melempar ponsel.

***

Aku tidak tahu menghabiskan hari ini dengan apa. Aku malas menulis. Aku malas mandi. Aku malas membuat kue. Aku malas melakukan semuanya. Pandanganku tanpa sengaja tertuju pada buku usang yang menguning di makan zaman yang berada di atas meja riasku. Itu adalah buku tua milik nenek. Nenekku seorang penulis amatir. Dia suka menulis menggunakan pena dan tulisannya tak pernah diterbitkan. Aku menemukannya dua hari yang lalu. Buku itu ada di kamar almarhum nenek yang selalu kukunci. Setiap kali aku merindukan nenek, aku akan ke kamar itu dan tertidur di sana.

Aku bangkit dari ranjang dan mengambil buku usang itu. Membukanya perlahan di halaman pertama.

Aku akan memiliki dua cucu. Dia bernama Morgan dan Gigi. Morgan dan Gigi adalah dua karakter yang berbeda. Morgan curang dan culas dan cucuku yang satu lagi terlahir sebagai pribadi yang sedikit sembrono dan sedikit pemarah. Meskipun begitu kelak mereka akan saling menyayangi meskipun saling membenci karena mereka berdua memang sama-sama egois.

Morgan akan berpacaran sebanyak 16 kali sebelum dia menikah dengan jodohnya dan Gigi hanya butuh 3 kali pacaran sebelum dia benar-benar menikah dengan jodohnya.

Cucu perempuanku akan tumbuh sebagai wanita keras kepala dan ambisius. Meskipun begitu kisahnya di sekolah cukup muram. Dia adalah bahan bullyan para teman-temannya karena mereka membenci Gigi yang selalu tampil sok pintar. Harus diakui Gigi memang pintar dan itu membuat teman-temannya iri hingga gadis tomboi yang berasal dari Sussex datang dan menjadi sahabatnya dan anak laki-laki konyol yang lucu.

Aku menutup buku usang itu dengan perasaan tak percaya. Nenekku seorang peramal? Benarkan? Nenek meninggal ketika usiaku sembilan tahun dan dia menuliskan cerita hidupku di sini. Soal karakter Morgan dan aku itu benar. Soal sahabatku juga benar. Dan soal jodohku? Aku sudah berpacaran tiga kali dan Morgan sudah berpacaran 14 kali. Apakah... apakah Evan akan menjadi suamiku? Oh, no shit, Gigi!

***

Married With The Bad Actor (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang