Sesuai dengan janji temu yang aku buat dengan Jane dan Oliver, kami sekarang berada di Round Pound. Memandangi burung-burung yang beterbangan kesana dan kemari. Kami duduk di tepi kolam di tanah.
"What? Are you kidding?!" komentar Jane, lalu mulutnya kembali mengunyah permen karet. Dia mengenakan celana pendek army dan kaos oblong warna hitam. Oliver membelalak terkejut setelah mendengar ceritaku soal novel yang diganti Rose.
"Kita perang sekarang dengannya," ajak Jane, cela hitam di bawah matanya membuatnya tampak horor dengan poni rambut yang berantakan.
"Jangan perang terbuka," Oliver berkata dengan kedua mata yang berputar-putar mengawasi burung yang terbang di sekeliling kami. Burung itu hanya berputar-putar di sekeliling kami.
"Kita susun rencana." Jane tampak antusias seakan Rose telah membuatnya malu juga.
"Ngomong-ngomong soal novelmu jadi bagaimana? Apa si Mr. Bruggs itu memberi kesempatan apa langsung menolak?" tanya Oliver yang kini mulai abai terhadap burung yang sepertinya sedang mabuk.
"Langsung menolak. Aku sudah merasa tidak punya kesempatan lagi agar karyaku diterbitan penerbit mayor. Aku sering gagal, padahal itu novel yang bagus—bukan karena aku penulisnya ya." Aku memandangi Jane dan Oliver secara bergantian.
"Itu bukan cerita soal satwa yang aneh. Itu cerita seorang putri dari masa lampau." Aku menyesali kenapa semua ini terjadi. Aku benar-benar menyesal dan sedih. Kenapa Rose setega itu padaku?
"Kelinci vampir, lucu juga." Ucap Oliver.
Aku menatapnya dengan tatapan menegur.
"Maksudku, kau bisa memasukkan kelinci di ceritamu yang baru." Dia nyengir.
"Jadi, apa rencana kita?" Jane menatapku dan Oliver secara bergantian.
"Dan, ya ampun... kalian tidak akan percaya ini."
"Kenapa?" Jane bertanya penasaran.
"Morgan berhutang pada Evan."
"Berhutang pada selebritas?" Oliver tampak tercengang. Aku mengangguk.
"Evan..." Jane seakan melihat sosok Evan yang sempurna di pelupuk matanya. Aku tahu meskipun tomboi Jane adalah wanita dan dia jelas menyukai keromantisan tiada batas.
"Ya, dan Morgan tidak bisa membayar hutangnya dan dia menjualku pada Evan!" seruku agak kesal melihat ekspresi Jane.
"Apa?!" Jane dan Oliver berseru secara bersamaan.
"Kau jadi teman tidurnya semalam? Dua malam? Tiga malam? Atau sebulan?" Jane bertanya dengan antusias, wajahnya kini benar-benar dekat denganku hingga aku bisa merasakan embusan napasnya.
"Jane kontrol dirimu," aku mendorong Jane.
"Tapi, bagaimana bisa Morgan berhutang pada Evan. Morgan punya pekerjaan dan yang kulihat kehidupan finansial kalian baik-baik saja meskipun sederhana dan lebih banyak kekurangan."
"Oliver, Morgan berhutang pada Evan karena Rose. Wanita itu hidup dengan glamour dan uang yang dia pakai adalah uang Evan. Dan aku juga baru tahu kalau Morgan dan Evan saling kenal dan bahkan berteman."
"Ya ampun, dunia memang sempit." Jane tampak terpukau. "Jadi, kau kapan akan menjadi teman tidurnya?" dia meneruskan.
"Bukan hanya teman tidur." Jawabku yang membuat mata Jane makin membelalak, terkejut dan penasaran.
"Lalu apa?" tanyanya tidak sabar.
"Istrinya."
"Apa?!" mereka kembali berseru secara bersamaan.
Lalu, Oliver merasa ada sesuatu yang jatuh dari atas ke kepalanya. Sesuatu itu sedikit, lembek dan itu kotoran burung.
"Ah, dasar burung sialan!" umpat Oliver pada burung yang sekarang terbang menjauh. Mungkin burung itu sudah sadar dan tidak mabuk lagi apa mungkin dia panik ingin pup sehingga tadi dia hanya terbang di sekitaran kami.
"Kalau begitu berarti mimpiku soal kau menikah dengan Evan itu benar?"
***
Akan dinext secepatnya kalo komentar sudah banyak 😄😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With The Bad Actor (21+)
RomanceAdult Romance ❤ Romance comedy ❤ Gigi merasa sial ketika ia harus dijadikan alat untuk membayari hutang kakaknya--Morgan pada Evan yang notabene terkenal dengan label Bad Actor. Evan mengira Gigi adalah fans fanatiknya ketika Gigi berhasil masuk ke...