18

2.6K 334 7
                                    

Sudah hampir 5 bulan Soonyoung tak bertatap muka dengan Jihoon. Bukan karna ia tak ingin, namun tak sempat dan.. tak bisa. Hati kecilnya terus memberontak merindukan sosok pemuda pendek itu. Tetapi, gengsi dan juga labuhan Yoona mampu menahan hati kecilnya.

Jika dijelaskan lagi, sebenarnya sejak sebelum kejadian itu Soonyoung sudah mulai menyukainya. Tetapi, moto hidupnya membuatnya menahan pertumbuhan rasa itu. Ia sendiri yang menguncinya.

Akhir2 ini Soonyoung sering melamun. Setiap lamunannya, beberapa pernyataan Jimin terngiang kembali. Lalu wajah kusut Jihoon yang sekarang. Ia sekarang tak memiliki teman sedekat Jihoon. Ia hanya memiliki Yoona di sekolah dan juga salah satu teman kelasnya yang tak terlalu dekat.

Tingkah laku Yoona memang terlihat sangat baik. Tetapi hati kecilnya berkata dengan lantang, Jihoon tetaplah yang terbaik. Apa daya, gengsi tetaplah gengsi. Walaupun Soonyoung orang konyol dan blak2an, tapi ia termasuk orang penuh pikiran.

Yoona juga sering mengalihkan perhatiannya setiap mereka akan melewati kelas Jihoon. Terutama saat akan berpapasan. Itulah yang menbuat Soonyoung tak bertatap muka langsung dengan Jihoon.

Namun, entah karna dewi fortuna sedang memihak mereka berdua atau memang takdirnya, hari Minggu pagi ini di cafe langganan mereka. Akhirnya mereka dipertemukan.

Awalnya canggung, terutama bagi Soonyoung. Jihoon seperti cuek saja. Menganggap Soonyoung seperti teman lainnya. Soonyoung juga tidak terlalu peduli. Namun, karna beberapa pertanyaan yang sekian bulan ini mengganjal di tenggorokannya, mereka bisa mengobrol bersama.

"Um.. bagaimana kabarmu?" Jihoon mengerutkan alisnya. Bukankah Soonyoung membencinya? Bahkan menganggapnya jijik? Kenapa ia malah menanyakan kabarnya kalau bgitu??
"Ah.. jangan ge er. Aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan."

"Hum.. tanyakan saja, akan ku jawab semampuku."

'Ahh... aku merinduka- apa sehh! Gaje lu Soon' batin Soonyoung memantapkan hati.
"Pertama, bagaimana bisa kau di kelas 12-3? Bukankah biasanya kau tetap sekelas denganku??" Jihoon sedikit merasa aneh dengan pertanyaan Soonyoung. Untuk apa pemuda itu menanyakan hal yang sudah jelas?
"... seharusnya kau tau tanpa ku jawab pun."
"Humm... jd kau menyuruh appamu??" Jihoon mengangguk.

"Kedua, kau dekat dengan Youngjae sekarang. A-apa kau juga menyukai-nya? Jangan sebar penyakitmu i-itu!"
"Dia sahab- bukan, lebih tepatnya dia dan Jaebum hyung sudah seperti kakakku."
"Ohh... baguslah." Soonyoung menyuruput kopinya
"Sudah? Sekarang bolehkah aku yang bertanya??"
"Hum?" Soonyoung mengangguk.

"Bukankah... hyung.. membenc-"
"O.K2 .. aku hanya ingin menanyakan itu tadi." Soonyoung menghabiskan kopinya dan bersiap akan pergi. Sedangkan Jihoon hanya menunduk.

"Oh ya, hampir lupa. Ini," Soonyoung memberi sebuah scarf, "sebenarnya ini ingin kuberikan saat hari ulang tahunmu tahun ini. Aku memang sudah menyiapkan jauh2 hari. Bahkan sebelum insiden waktu itu. Karna aku tak butuh scarf, makanya tetap kuberikan. Dan untungnya aku membawa ini sekarang."

Jihoon blank. Sadarkan Jihoon cepat! Sebelum Soonyoung pergi.

"Ah, jeongmal gomawo. Tapi kenapa tak kau berikan ke yeojamu saja?"
"Ia tak suka warnanya. Dan aku tak ingin membuangnya," 'karna aku membuatnya sendiri.'

Jihoon hanya tersenyum tipis dan mengucapkan 'terimakasih' berkali2 kepada Soonyoung. Soonyoung tertegun beberapa saat. Lalu ia berdehem sebelum benar2 melangkah pergi dari cafe itu.

'Sepertinya ada yang kulupakan....' Jihoon mancari2 hal di otaknya yang mungkin ia lupakan.

"Astaga!" 'Mati aku, semoga Yoona nuna tak melihat ini.'

Jadi, beberapa minggu yang lalu Yoona sempat mengobrol dengan Jihoon lagi. Bukan mengobrol, mana sudi Yoona mengobrol dengan pemuda gay. Yoona hanya mencegatnya waktu berpapasan, tentu saat tak bersama Soonyoung. Ia menyuruh Jihoon untuk menjauhi Soonyoung dan tak berbicara ataupun  bertemu. Jika melanggar, maka Jihoon akan mendapat hukuman lebih parah lagi.

Sungguh, pertemuan dengan Soonyoung tadi hanyalah kebetulan. Dan Soonyounglah yang memulai obrolan tadi. Ia tak bermaksud mendekati Soonyoung lagi. Karna ia sendiri takut. Takut jikalau Soonyoung tambah membencinya.

Diremasnya scraf merah maroon pemberian Soonyoung tadi. Ia takut diapa2kan. Ia takut tak bisa berbuat apapun. Dan ia takut jikalau masalah ini sampai ke telinga ayahnya. Itu akan sangat berbahaya..

"Tenangkan dirimu Jihoon, ini tak akan ketahuan. Kali ini tak akan ketahuan. Maka dari itu, tenanglah..."



Tbc

✓Gay is Not My Style! (Ksy+Ljh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang