16

3K 350 28
                                    

J i h o o n

Malam yang dingin namun aku suka dengan celana pendek ini. Aku berjalan menuju balkon, ingin merasakan angin yang semakin dingin karna aku suka udara dingin. Apalagi musim dingin sebentar lagi datang.
Aku melihat langit malam yang penuh dengan bintang. Sepertinya bintang2 itu mengajakku bersenang2. Jujur saja, aku tak suka mengurung diri. Namun aku malas untuk keluar rumah. Kenapa liburan terasa lama sekali? Masih ada 1 minggu sebelum masuk sekolah.

Aku membuka ponselku. Tak ada pesan masuk. Kecuali spam-an dari Jimin hyung. Aku benar2 malas untuk mengetik. Bahkan aku tidak mood untuk memberi sapaan pagi untuk orang2 terdekatku. Termasuk Youngie hyung.

Eh... memangnya dia sudi membaca pesanku?
"Hahaha.. menyedihkan..."

Aku melihat2 isi kontakku yang hanya ada beberapa orang. Namun, ada 1 nama yang kurasa tak akan bisa kuhubungi.

Tentu saja, 'Youngie Hyung'.

Apa aku harus memblokir IDnya? Sepertinya iya. Tapi aku bimbang juga. Apa dia akan semakin marah? Tapi dia kan tak peduli lagi denganku.

Sudahlah Ji, blokir saja dia. Bukankah kau ingin melupakannya juga? Lagian dia tak mungkin menghubungimu lagi..

"Huft.. mianhae hyung."

.

S o o n y o u n g

"Soon, bangun! Bantu appamu itu! Jangan bermalasan. Kau ini sudah tua!"
"Aishh iya iya eomma. 10 menit."
"Ga ada 10 menit! Kau ini, libur sekolah malah tidur sampai sore begini."
"Hehe~ kan enak mma~" Aku memberi cengiran tak bersalah kepada eommaku. Dan beliau hanya mendengus lalu keluar dari kamarku.

Aku pun melihat jam mejaku. Ternyata sudah pukul 3 sore. Aku mengambil ponselku dan membukanya.
Tumben ponselku sepi, biasanya banyak chatan dari Yoona ataupun.. huft.. . Ngomong2 Yoona kemana yah. Ku telpon sajalah, kangen juga aku.

Tutt tutt tutt

Kok lama?

Maaf, nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi.

Ck, sok sibuk. Beberapa hari terakhir ini Yoona emang sering batalin kencan kami. Entahlah, dia bilang ada acara keluarga. Aku gabisa bantah karna ini masalah keluarganya.

Huft.. bahkan dia tak memberiku sapann pagi seperti Jihoon?
.. Jihoon.. apa kabar dia? Dia pasti masih kecewa denganku..

"Apa yang kau pikirkan, Soon?? Jangan percaya dengan perkataan Jimin hyung tempo lalu! Dia juga sama saja ingin mempengaruhimu. Jihoon itu menj-"
"Dia tak menjijikkan, hanya dia sedikit berbeda"
"Aishhh sama saja! Dia itu menjijikka-"
"Tapi kau juga sudah terkena racunnya"
"Sialan! Kenapa kata2 Jimin hyung selalu menghantuikuu?!"

"SOON! CEPAT TURUN! ATAU EOMMA JEWER TELING-"
"IYA EOMMA BENTARR" Sialan kenapa aku punya eomma cerewet amat sih. Semoga istriku besok tak secerewet eommaku.

.

"Soon, kami pergi sebentar. Jaga adikmu, dia sedang demam. Minho ku suruh untuk datang besok siang saja. Jadi kau tak ada alasan untuk menolak."
"Sebentar? Seminggu itu tak sebentar. Ck, kenapa Jisung harus seperti dia??"
"Maksudmu Jihoon? Apa kalian bertengkar?" Appaku bertanya. Kenapa appa tau siapa yang kumaksud? Namun, aku diam saja.

"Soon, jawab appamu." Eomma mendesakku
"Tidak apa. Tapi ingat pesan appa. Baik2lah dengan Jihoon. Jangan sampai kalian bertengakar." Kukira appa juga akan mendesakku.
"Yasudah, kami berangkat."

Dan mobil mereka bergerak menjauhi rumah kami. Sebenarnya aku sedikit bingung dengan kalimat2 mengenai Jihoon jika itu appaku yang berbicara. Karna, semakin kesini appa sering membicarakan hal2 yang menggantung.

Seperti tadi, kenapa 'jangan sampai bertengkar'. Dan ekspresi yang sedikit waspada? Tapi aku tak pernah berani untuk bertanya. Entahlah, seperti ada sesuatu yang mengcegahku.

Daripada memikirkan hal2 tak penting seperti ini, lebih baik aku kekamar adikku. Dia memang demam sejak kemarin. Mungkin karna terlalu banyak makan es. Padahal dia sendiri tau kalau tubuhnya tak terlalu tahan dengan es. Apalagi sekarang sudah memasuki musim dingin.

Aku masuk kekamarnya. Kulihat adikku yang sedang tidur dengan kompresan dari eomma di dahinya.
Aku jadi ingat, saat Jihoon juga dalam keadaan seperti ini. Wajah pucat, kompresan di dahi, dan selimut yang menutupi tubuhnya. Waktu itu aku sangat mengkhawatirkannya. Bahkan aku menjenguknya tiap hari sampai dia bisa beraktivitas seperti biasa lagi.

Ekhm.. apa sekarang dia juga demam? Biasanya kalau banyak pikiran dia juga makan eskrim.

"Uhm..hyung?" Jisung membuka matanya sedikit.
"Hmm"
"Eomma mana?"
"Kerja."
"Appa?"
"Sama."
"Yahhh..."

"Ck, jangan ngepout. Tetap saja lebih lucu pout Jihoon- eh bukan2 maksudku pout Yoona."
"Tijel kau hyung. Jujur saja denganku. Kau itu menyukai Jihoon bukan Yoona2 itu. Jimin hyung kan juga sudah mengingatkanmu, hyung."
"Kau ini sedang sakit tetap cerewet ya."
"Apa kau tak merindukan Jihoon?"

Aku terdiam. Otakku seperti berhenti. Aku tak bisa berkata apa2. Lebih tepatnya aku tak tau harus berkata apa.

"Apa dia masih memberimu sapaan pagi?"
"Bagamana kau-"
"Telpon dia atau beri pesan kepadanya sebelum kau dibuang dari kontaknya."
"Itu tak mung-"
"Aku tau perasaan seorang submisif, hyung."
"Hei, kau tak sopan memotong kalimat hyungmu!"

Adik sialan, dia hanya mengedikkan bahunya? Walau hanya selisih 1 tahun lebih dikit, tetap saja dia seorang dongsaeng yang harus menghormati hyungnya.
Namun, perkataannya ada benarnya juga sih. Sepertinya aku harus menelpon Jihoon.

"Hh.. aku ke dapur sebentar."
"Halah, bilang aja mau menelpon Jihoon."

Aku keluar dari kamar Jisung dan berjalan kekamarku untuk mengambil ponsel. Aku mencari namanya, namun tak ada. Apa aku udah diblokir? Tapi Jihoon tak mungkin melakukannya.

Ku telpon sajalah.

Tutt.. tutt..

Tumben ga diangkat? Apa dia sibuk? Tapi Jihoon biasanya tetap ngangkat telpon dariku. Apa dia masih marah? Apa dia takut denganku?
Haruskah aku tanya dengan Yoongi hyung? Tidak tidak. Aku masih ingin hidup. Apa ke Jimin hyung saja? Jangan! Nanti dia bisa2 malah mengejekku.

Huft.. kutanyakan besok di sekolah saja.

Seminggu lagi, Soon.


Tbc

✓Gay is Not My Style! (Ksy+Ljh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang