30

3.1K 344 10
                                    

S o o n y o u n g

2 hari setelah acara perpisahan itu, aku belum bertemu dengan Yoona. Ini memang rencanaku. Aku akan mengejutkan dirinya hari ini, Sabtu malam. Aku belum menghubunginya dari hari itu. Hehehe aku ingin melihat ekspresi rindunya. Pasti nomu kiyowo seperti biasanya. Lalu ia akan merengek meminta ini itu sebagai gantinya. Aku sangat tidak sabar.

Aku menaiki motorku setelah berpamitan dengan orang tuaku. Namun, saat aku akan menggunakan helm, ponselku berbunyi. Hufft.. masih lagu itu, aku tak ada niatan untuk menggantinya. Entahlah...
Kubaca nama orang yang menelponku. Jimin hyung?

"Yo-"
"Aku memiliki bukti lebih kuat. Sekarang. Kemarilah, ke cafe langgananmu."
"Bukti apa? Apa itu penting?  Aku sedang sibuk!"
"Hanya sebentar. Tapi ya, terserah kau sih. Aku tunggu sampai pukul 8. Jika kau tak kemari, jangan pernah tunjukkan wajahmu di depan keluarga Lee lagi."
-Tut tut tut

'Aishh... siapa dia beraninya mengancamku' batinku. Namun, aku tetap menurutinya. Entahlah, aku merasa itu benar2 penting. Lagipula aku tak ada waktu jika harus ke rumah Yoona dulu. Karna sekarang sudah pukul 7 kurang sedikit.

Benar2 sialan. Awas saja jika hanya jebakan.

Akupun melajukan motorku dengan kecepatan sedang. Tidak perlu terburu2. 1 jam itu lebih dari cukup untukku. Lagi pula cafe itu tak terlalu jauh dari rumah.

Aku juga menyempatkan diri untuk berhenti sebentar di taman dekat cafe itu. Hanya untuk menghirup udara taman sebentar. Entahlah, aku merasa belum siap mendengar bukti yang dimaksud.

Apa kalian tau, seberapa pentingnya itu hingga aku harus mengetahuinya?

.

A u t h o r

"Sudah kubilang, kan. Dia tak akan datang."
"Aku akan menunggunya sampai pukul 8. Ini masih pukul 7.45."
"Ck. Biasanya aku yang keras kepala. Kenapa sekarang jadi kau, Jim?"
"Hehehe~"
"Huhh.. Kalau sekiranya dia tak datang, tak usah menunggunya. Nanti pulang ke rumahku saja biar besok lebih cepat."
"Iya sayang~ aduh udah kaya istri nunggu suami aja."
"Gembel. Kututup, sampai nanti, saranghae." Yoongi buru2 mematikan sambungan teleponnya sebelum Jimin menjawab pernyataannya. Jimin tersenyum. Dan berpikir bahwa kekasihnya itu pasti sedang tersipu.

Jimin menatap pintu masuk cafe itu sedari tadi. Ia juga menghembus napas bosan sesekali. Sepertinya, Soonyoung akan mepet. Padahal sebenarnya dia sudah di cafe ini sejak pukul 5.30 tadi. Dia sengaja menghubungi Soonyoung lebih telat karna tau jika anak itu akan mepet seperti ini
"Kenapa tadi aku tak jadi mengajak Jongin saja? Hufft.."

Kling

Suara lonceng pintu masuk cafe itu terdengar, menandakan seorang pelanggan baru telah masuk. Jimin cepat2 melihatnya. Ternyata hanya seorang pemuda. Pemuda itu terlihat ramah dengan para pelayan.

'Eh!'
"Soonyoung!"

Yang diteriaki pun menoleh melihat ke arah Jimin. Terlihat Soonyoung sedikit mengerutkan alisnya. Mungkin dia lupa jika Jimin seorang selebriti.

'Tapi kan dia fansku. Apa karna pakaianku?'

Tebakannya mungkin benar. Karna Jimin sedang menyamar menggunakan masker murahan, hoodie hitam tanpa merk, dan sepatu putih. Sepertinya hanya sepatu itu yang bermerk.

Soonyoung berjalan mendekatinya. Lalu duduk di depan Jimin. Tanpa basa basi, Soonyoung to the point.
"Bukti apa yang kau maksud, hyung?"

Saat melihat wajah serius Soonyoung, Jimin tak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia mengalihkan pandangannya dan memanggil seorang pelanyan di sana. Mempersilahkan Soonyoung memesan sesuatu terlebih dahulu.
"Americano panas." Tak ada pesanan lain, pelayan itu pun pergi membuatkan pesanan Soonyoung.

✓Gay is Not My Style! (Ksy+Ljh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang