32

2.6K 315 41
                                    

"Akhhh... tuangkan lagi!"
"T-tuan, anda sudah mulai mabuk.." seorang bartender itu tak ingin mengambil resiko. Pelanggannya ini telah berpesan kepadanya untuk melarangnya terus menambah minuman saat sudah mulai mabuk karena dia masih pemula.

"Tuangkan sajalahh!" Dia memang belum terlalu mabuk. Tapi untuk ukuran anak dibawah umur seperti dirinya, itu sudah kelewatan.

"Tapi anda tadi memperingati saya agar anda tidak kelew-" Soonyoung tak sengaja menyenggol ponselnya. Sang bartender pun memiliki ide. Ia meminta maaf sebelum akhirnya membuka hp Soonyoung yang tidak terkunci.

Ia mencari kontak yang terakhir kali Soonyoung telpon. Saat menemukannya, ia langsung menelpon orang tersebut.

"Yeoboseyo?"
"Saya yakin anda teman pemilik ponsel ini. Saya mohon-"
"Siapa nama pemilik ponsel ini?"
"Uhh..
"Maaf.. saya tidak tau pasti, yang terpenting dia memliki marga Kwon."
"Kwon Soonyoung? Ada apa dengannya?!Sekarang di mana dia berada??!"
"Ah iya itu namanya. Dia berada di Bar XXX. Teman anda sudah mabuk berat. Saya tak-"
"Alamat jelasnya?!!"
"Jalan xx, No. xx, xxx."
"Tunggu."

Tut tut tut

.

Tanpa sepengetahuan sang bartender tadi, Soonyoung mengambil botol hijau di meja sang bartender. Karena merasa belum melupakan masalahnya, Soonyoung meminum habis isi botol itu.

"Astaga! Tuan, saya sudah memperingatkan anda. Jangan salahkan saya ketika anda sadar nanti."

Soonyoung meletakkan botol itu dan menunduk.
"A-aku hanya hik ingin melupakan ini sejenak.. satu botol lagi dan aku akan pergi!"
Sang bartender sedikit bingung sebenarnya. Baru kali ini ia bertemu dengan pemula tapi tetap kuat minum bahkan sudah 5 botol.

Sang bartender pun memberikan 1 botol lagi kepada Sooyoung.

"S-soonyoung hyung!"

Deg

Seketika Soonyoung menghentikan gerakannya saat mendengar suara yang sangat ia rindukan. Terdengar sangat nyata. Namun, ia hanya tersenyum tipis. Menganggap hanya suara yang mirip atau mungkin hanya pikirannya. Ia pun melanjutkan kegiatannya menghabiskan isi botol terakhirnya.

"Sudah, hyung!" Jihoon mengambil paksa botol itu dan menaruhnya. Soonyoung pun menoleh ke arahnya. Sedikit menyipitkan matanya saat pandangannya mulai kabur.

"Jihoon? Hik. Haha.. seperti  ini  ya rasanya mabuk." Soonyoung sedikit memijat kepalanya yang terasa mulai berputar2.

"H-hyung.." Jihoon memeluk Soonyoung erat. Ia hanya ingin, tidak apa jika nanti ia dipukuli -lagi.

Soonyoung sedikit terkejut saat ia merasakan pelukan itu lagi. Ia pikir ia hanya berhalusinasi sejak tadi. Tapi saat ia membalas pelukan itu, begitu terasa nyata. Setetes air bening terjatuh dari matanya.

"Hik.. m-mah.. hik maaf.." dan selanjutnya terdengar dengkuran halus yang menggelitik telinga Jihoon.

Jihoon hampir goyah saat tak siap menahan tubuh yang lebih besar darinya itu. Ia kemudian melirik sang bartender. Mengisyaratkan agar membantunya.

.

Beruntungnya Jihoon karena rumah Soonyoung tak terlalu jauh dari lokasi bar tadi. Namun, tetap saja terasa jauh karena ia harus hati2 agar Soonyoung tak jatuh di boncengannya.

Sesampainya di depan rumah Soonyoung, Jihoon mempersiapkan diri terlebih dahulu. Pertama, menelpon Jisung dan menjelaskan kejadian ini. Kedua, mempersiapkan kalimat penjelasan jika orang tua mereka ikut terbangun. Dan ketiga, memastikan Soonyoung tak terbangun.

Setelah siap semua. Ia pun menunggu Jisung membukakan pintu untuk mereka. Tak lama kemudian pintu utama itu terbuka. Menampilkan sesosok yang hampir mirip dengan Soonyoung dengan keadaan -sok- acak2an.

"Tidak usah akting, hyung. Aku tau kau belum tidur."
"Hehe, kau tau saja. Mana si bodoh itu?"
"Jangan seperti itu, bagaimanapun juga dia itu hyungmu. Ayo bantu aku membawanya!" Jihoon menunjuk Soonyoung yang masih tertidur dengan tidak elitnya di motor yang Jihoon pakai tadi.

Satu tangan Soonyoung di leher Jisung dan satunya yang lain di leher Jihoon. Mereka membawa Soonyoung dengan sangat hati2 agar tak menimbulkan bunyi. Sampai di kamar Soonyoung, Jisung merebahkannya di kasur  dengan sedikit bantingan.

"Huft.. dasar. Dia akan terkena masalah jika appa dan eommaa tau." Jihoon hanya mengangguk pelan menanggapinya.

"Nah, Jihoon. Lebih baik kau temani dia dulu. Maksudku, ini sudah malam. Lebih baik kau tidur di sini. Setidaknya sampai fajar." Lama Jihoon tak menjawab. Namun, akhirnya ia mengangguk juga.

"Baiklah, aku akan pulang sebelum fajar. Tapi dengan satu syarat."
"Jangan katakan aku yang membawanya. Jangan katakan aku yang datang. Gantilah aku menjadi dirimu." Jisung hanya mengangguk tanpa menanggapi lebih.

"Nanti lewat pintu belakang aja Ji biar eomma galiat walaupun udah bangun." Dan kemudian Jisung meninggalkan mereka.

Jihoon menatap Soonyoung sebentar. Kemudian ia mulai melepas sepatu, jaket, baju dan celana panjang Soonyoung. Menggantikannya dengan baju tidur yang lebih nyaman.

Kembali menatap wajah yang selama ini ia puja. Menatap setiap inci wajah lucu juga tampan itu. Seperti.. berusaha merekam. Kemudian tangannya tergerak merapikan rambut Soonyoung. Meraba pelan wajah itu. Lalu mengelus pipi gembul milik Soonyoung.

Jihoon tersenyum tipis.
"Kenapa tadi kau minta maaf kepadaku, hyung? Ah atau itu bukan untukku?"

"Jika itu untukku, kau tak salah apa2 kepadaku, Hyung. Justru akulah yang salah. Dengan lancangnya mendekatimu. Bahkan aku belum bisa memaafkan diriku sendiri." Jihoon menggenggam tangan hangat itu. Sungguh, ia merindukan sentuhan dari tangan itu.

"Kau terlalu jauh, Hyung. Teramat jauh untukku gapai. Aku.. aku akan pergi secepatnya. Bukan berarti aku menyerah. Namun, untuk kebahagiaanmu." Tanpa sadar setetes demi setetes air mata Jihoon terjatuh.

"Aku tak tau ini benar atau salah. Namun, sekali lagi aku ingin egois. Aku harap kali ini aku melakukan hal yang benar."



Tbc

✓Gay is Not My Style! (Ksy+Ljh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang