Munculnya Sebuah Keakraban & Makan Malam Bersama-10

596 36 1
                                    

   Setelah selesai mandi, Amara membuka ponselnya dan melihat notifikasi dari whatsapp.

Tok..tok..tok.. "Amara?". Panggil Tante.

"Iya, Tan". Amara membukakan pintu kamarnya. "Ada apa, Tan?". Tanyanya.

"Itu lho, temen kamu masih di ruang tamu. Kamu harusnya temenin dong". Jawab Tante.

Amara menepuk jidatnya. "O'iya tan, aku lupa. Ya udah kalau gitu aku turun dulu ya".

"Iya". Jawab Tante singkat.

*****
Ruang Tamu.
   Alif sedari tadi hanya bisa duduk diam menunggu Amara. Tak lama, Alana pulang...

"Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumsalam". Jawab Alif.

"Lho?, Generasi mecin, lu ngapain disini?". Tanya Alana sangat kaget ketika melihat laki-laki berandalan itu berada di rumahnya.

"Kenapa? Kaget? Gue tadi abis anter Amara pulang, terus pas gue mau balik, di suruh emak lu mampir dulu". Jelas Alif.

Alana menghentakkan kakinya. "Kenapa lu nggak tolak?!". Tanya Alana lagi.

"Ya nggak enak lah, lagian juga kasian Amara nya, kayaknya dia itu masih mau berlama-lama sama gue". Jelas Alif percaya diri.

Alana mengernyitkan keningnya. "Ihh... Najis banget, emang sepupu gue mau sama lu!".

"Alana..". Teriak Amara dari tangga.

"Eh, kak Amara". Jawab Alana.

"Udah pulang?". Tanya Amara.

"Iya udah. Tadi kakak katanya mau ngomong, udah aku tungguin pas istirahat, kak Amara nya malah nggak datang-datang". Keluh Alana.

Amara menepuk jidatnya. "O'iya, lan. Sorry-sorry, ya udah ngobrolnya nanti di kamar aku aja ya".

"Ya udah deh, aku mandi dulu ya kak".

"Iya". Jawab Amara singkat.

   Alana pun pergi ke kamarnya. Sementara Amara terpaksa harus menemani Alif yang masih betah menunggunya di rumah Alana.

"Lu kok masih di sini sih?". Tanya Amara heran.

"Gue kan mau pamitan sama lu dulu, mar". Jawab Alif.

"Ya, nggak usah sih. Kan lu bisa pamitannya sama ibu Alana". Amara sepertinya tak suka dengan keberadaan Alif.

"Ya kan, gue juga masih mau ketemu sama lu lagi". Alif berkilah.

Amara mengernyitkan keningnya.

"Apaan sih? Kan besok juga ketemu di sekolah. Udah deh lu mending pulang aja sekarang".

"Iya deh iya, gue pulang. Tapi, lu jangan kangen ya...". Pinta Alif.

Amara menggidikan bahunya. "Nggak!, Nggak akan!". Jawabnya.

"Ok deh. Kalau gitu gue pamit". Alif bangun dari posisi duduknya. Begitu juga dengan Amara.

"Eh... Nak Alif mau kemana?". Tanya Tante yang tiba-tiba saja muncul entah dari arah mana.

"Mau pulang, tan". Jawab Alif.

"Ihh... Jangan pulang dulu, ayo kita makan malam bersama dulu disini. Baru kamu boleh pulang, kan kasian tuh kamu pulang sekolah langsung kesini, pasti belum makan, kan?!". Jelas Tante.

"Iya, Tante. Saya emang belum makan". Jawab Alif sembari melirik pada Amara.

"Ya udah, ayo kita ruang makan. Kamu juga ya Amara". Ajak Tante.

"Iya, tan". Jawab Amara & Alif bersamaan.

"Perasaan tiap gue mau ngusir Alif, pasti ada aja deh halangan nya!". Pikir Amara bingung.

   Saat Amara sedang berpikir, saat itu juga Alif menampakkan raut wajah kemenangannya.

*****
Ruang Makan.
   Di meja makan sudah ada ayah Alana, ibu Alana, Amara dan Alif. Hanya tinggal satu orang lagi yang belum datang, yaitu Alana.

"Yeayyy... Makan!". Teriak Alana dari lantai atas ketika melihat banyak sekali makanan di meja makan.

   Saat ingin turun dan menemui keluarganya di ruang makan. Seketika Alana menjadi murung. Karena melihat si trouble maker itu masih berada di rumahnya.

"Kok lu masih disini sih?". Tanya Alana pada Alif.

"Ehh... Alana, nggak boleh gitu dong sayang... Dia tuh ibu yang ajak untuk makan bareng dulu disini". Jelas ibu Alana.

   Alana berdecak jengkel dan segera duduk di kursi meja makan. Alana duduk tepat di samping Amara.

"Kakak ngapain sih lagian segala acara pulang bareng sama dia?!". Bisik Alana.

"Ih... Bukan aku yang mau, dia nya aja yang ngikutin aku terus". Jawab Amara dengan berbisik.

"Eh... Kok lagi makan bisik-bisikan sih? Nggak sopan dong... Ada tamu nih". Ibu Alana sedari tadi memperhatikan anak & keponakannya itu.

"Iya, Bu. Maaf...".

"Iya, Tante. Maaf juga...".

*****
Kamar Amara.
Setelah selesai makan, dan Alif juga sudah pulang. Amara & Alana berkumpul di kamar Amara. Terlihat Alana sedari tadi hanya mondar-mandir, sementara Amara sibuk membaca novel genre fantasi sembari tengkurap di atas ranjang tidurnya.

"Iihhh....". Tiba-tiba saja Alana berteriak.

Amara menutup novelnya. "Kamu kenapa sih, lan?". Tanya Amara heran.

Alana menggertakkan giginya. "Argghhh, aku kesel banget!!... Ih... Kesel..kesel.. kesel...".

"Kamu kenapa?, Jangan kayak orang gila gitu deh!". Tanya Amara semakin heran.

"Aku kayak gini tuh gara-gara Alif!. Emang sialan banget tuh anak, ibu aku kok bisa-bisanya jadi akrab sama dia?!". Tanya Alana tertegun.

"Ohh... Alif toh". Jawab Amara.

"Oh doang? Kak mara masih waras, kan?". Tanya Alana.

"Masih lah. O'iya Alana, tau nggak?". Jawab Amara dengan pertanyaan.

"Tau apa?". Tanya Alana.

"Aku tau lho, kelemahan si trouble maker itu". Jawab Amara.

"Emang apa kak, kelemahannya? Apa kak? Apa???". Tanya Alana lagi penasaran.

"Takut ayam". Jawaban yang sangat singkat. Tapi, berhasil membuat Alana merasa puas dengan jawaban itu. Hingga dia tertawa terpingkal-pingkal.

"Hahaha... Anjrit. Dia takut ayam? Demi apa, kak?". Tanya Alana tak percaya.

"Serius deh, gue nggak bohong. Tadi tuh di angkot ada ayam, terus muka dia panik setengah mati gitu deh. Dan kebetulannya tuh ayam lompat ke badannya". Jelas Amara sembari tertawa terbahak-bahak.

Alana semakin bertambah saja tertawanya. Membuat suaranya itu terdengar sampai ke telinga ibunya.

"Alana... Kamu ngapain sih?, Anak perempuan kok ketawanya sampai kayak gitu?". Tanya ibu Alana dari ruang keluarga.

"Nggak kok, Bu. Maaf-maaf...". Jawab Alana yang mulai lebih mengecilkan suara tawanya.

Amara melanjutkan membaca. Sementara Alana, sepertinya dia mendapat sebuah ide yang bagus untuk membalas perbuatan Alif yang sudah mengambil hati ibunya.

Trouble maker, i'm in Love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang