Syukuran Untuk Amara dan Sadarnya Ibu Alif-33

482 33 3
                                    

Waktu besuk telah selesai, Alif dan Alana bergegas keluar dari ruang ICU.

"Alif, nanti lu langsung bilang aja ya ke orang tua gue".

"Iya, lan".

"Tenang aja, gue bantuin kok".

"Makasih, lan".

Alif menghampiri orang tua Alana dengan ragu, baru saja Alif ingin mengangkat suara. Tiba-tiba...

"Tante, Om, sebelumnya saya mau minta maaf ya, karena saya-".

"Nak Alif, sudah kamu tidak usah minta maaf, saya dan ayahnya Alana sudah tahu kok yang sebenarnya, dan kami nggak marah sama kamu karena kami tahu kamu itu laki-laki yang bertanggung jawab".

Alif bingung. Siapakah orang yang telah memberitahukan hal ini kepada orang tua Alana?

"Udah lah, lif. Lu nggak usah bingung, gue udah jelasin kok semua ke tante dan om dan gue juga dibantu sama Sonia".

Alif melemparkan senyum pada Dimas. "Thanks ya, dim".

"Ya, terimakasih kembali".

Mereka semua pun berpamitan pada Amara lewat kaca jendela tersebut.

"Amara, kita keluar ya.. nanti kalau ada jam besuk, kita kesini lagi".

Amara menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya dengan pelan.

"Dah, Amara...". Semua melambaikan tangan kepada Amara.

*****
1 minggu kemudian...
Amara kini sudah boleh pulang ke rumah, dan hari ini akan ada syukuran atas lancarnya operasi Amara. Tapi, Amara masih harus memakai kursi roda.

Semua teman-temannya hadir dengan membawa sebuah hadiah masing-masing termasuk teman Alana, mulai dari Dimas, Farah, Sonia, Aldo, Dion, Marcella, Evelyn, Ridho, Melva, Marwa, dll.

Dan yang paling ditunggu Amara sedari tadi, adalah Alif. Tapi, sayangnya laki-laki itu belum datang.

"Apa aku bilang! Alif pasti akan berpaling dari aku, karena kondisi aku yang kayak gini. Buktinya hari ini dia nggak datang". Batin Amara.

"Kak". Panggil Alana.

"Kakak kok malah bengong disini? Ayo kita masuk, teman-teman kakak udah ada di dalam, teman-teman aku juga, bentar lagi ngajinya di mulai".

Amara mengangguk mengiyakan, Alana pun mendorong kursi rodanya.

***
Acara telah selesai..
Tapi, Alif belum datang juga. Amara semakin yakin kalau Alif itu pergi meninggalkannya, karena kondisinya yang seperti ini.

Amara melamun di halaman rumah dan Alana yang melihat pun bergegas menghampirinya.

"Kak, kak Amara kenapa?". Tanya Alana.

"Kakak sedih lan, kenapa Alif nggak datang? Padahal udah kakak ingetin, Apa dia udah lupain kakak, ya?".

"Nggak mungkin lah kak, kakak nggak boleh negative thinking gitu, mungkin aja dia lagi ada urusan mendadak dan urusan itu penting".

"Tapi, lan-".

"Amara". Seseorang laki-laki tepat di depan Amara menggunakan jaket dan topi dan membawa setangkai bunga mawar ditangannya.

"Alif?".

"Maaf ya, aku telat".

"Kamu datang?".

"Aku pasti akan datang, mar".

"Ehem... Ehem... (Nada batuk) kayaknya aku masuk aja kali ya, kalau disini takut ganggu". Ucap Alana.

"Permisi..". Alana pergi meninggalkan Alif dan Amara.

"Maaf ya mar, aku udah buat kamu nunggu".

"Iya deh, aku maafin".

"O'iya mar, nih bunga untuk kamu". Alif memberikan bunga mawar tersebut.

"Makasih". Amara menghirup aroma bunga mawar ditangannya.

"Dan satu lagi".

"Apa?".

"Kamu tau nggak, ibu aku udah sadarkan diri".

"Hah?! Serius?".

"Iya, aku seneng banget deh mar. Sampe aku lupa kalau hari ini syukuran kamu".

"Ohh.. jadi kamu ngaret gara-gara ini? Kalau gara-gara ini sih aku maklumi lah..".

"Makasih, mar".

"Aku ikut seneng lho ibu kamu udah sadar, oh iya aku boleh nggak ketemu sama ibu kamu? Sekali-kali aku pengen ngobrol sama beliau".

"Boleh, tapi jangan sekarang, ya! Ibu aku lagi istirahat, lain kali aja ya..".

"Yahh... Ya udah deh nggak apa-apa".

"Lagipula kondisi kamu kan masih kayak gini, mar".

"Iya, lif. Makasih ya, udah perhatian sama aku".

"Nggak usah bilang makasih, ini itu udah menjadi salah satu kewajiban aku".

Amara tersenyum manis, tergambar raut wajah bahagia pada dirinya.

Trouble maker, i'm in Love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang