Ternyata benar!-26

510 32 0
                                    

Kamar Amara.
Amara baru saja selesai memakai pakaiannya sehabis ia mandi, dan sekarang gadis itu mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer miliknya.

Tok..tok..tok..

"Kak Amara?". Panggil Alana.

Amara tak mendengar suara Alana karena suara hair dryer yang sedang digunakan membuatnya tak mendengar apa-apa.

Alana pun langsung masuk ke kamar Amara.

Alana menepuk bahu Amara dan membuatnya terperanjat, diatambah lagi ketika Amara melihat wajah Alana yang ditutupi oleh masker (kecuali mata) berwarna putih, seakan Amara di kejutkan oleh hantu seperti di dalam film horror.

"Kak!". Panggil Alana.

"Astagfirullah..". Teriaknya.

Amara spontan loncat dari tempatnya duduk tadi.

"Ihh... Biasa aja kali!".

"Ya ampun, Alana... Ngagetin kakak aja sih!".

"Sorry lah..".

"Kamu nih ya, kalau masuk ke kamar orang itu, harus ketuk pintu dulu!".

"Iya..iya.. maaf, abisnya kakak aku panggilin dari tadi diluar nggak nyautin, ya udah aku masuk aja". Jelas Alana.

Amara menghela nafasnya. "Ya udah, kamu mau apa kesini?".

"Mau pinjam sisir dong, soalnya kemarin sisir aku nyemplung ke selokan".

Amara menggelengkan kepalanya takjub. "Lagian ada-ada aja sih, sisir segala nyemplung".

"Hehehe..".

"Ya udah sana, ambil aja tuh di meja rias".

"Oke deh kak, makasih".

"Ya. By the way lu mau kemana, lan?". Tanya Amara.

"Ada Aldo di bawah, dia ajak gue jalan". Jawab Alana sumringah.

"Ohh.. ceritanya mau malam mingguan?".

"Iya lah.. biar kayak orang-orang".

"Iya deh iya".

"Ya udah kak, kalau gitu aku pinjem sisirnya dulu ya".

"Ya".

Alana bangun dari posisi duduknya dan bergegas keluar kamar Amara.

"Eh, Alana!". Panggil Amara.

"Haduhh... Ada apa lagi, kak?".

"Bentar deh, aku mau nanya".

"Tanya apa?". Alana kembali ke posisi duduknya.

"Nama lengkap Dimas pacarnya Sonia, siapa ya?". Tanya Amara.

"Ohh... Namanya kalau nggak salah itu Dimas Ardi Devano, deh".

"Hah? Serius?".

"Iya kak, serius... Emang kenapa sih kakak kok tumben tanyain soal Dimas? Emang kakak kenal dia?".

"Ng-nggak kok, kakak cuma mau tanya aja. Kamu punya fotonya?".

"Kayaknya ada deh, waktu dia lagi sama Sonia. Bentar ya, kak..".

Alana mengambil ponselnya dan mencari foto Dimas dalam ponselnya tersebut.

"Nih kak, ketemu fotonya".

Alana menunjukkan foto Dimas dengan Sonia.

   Alana menunjukkan foto Dimas dengan Sonia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu di post di akun Instagram Dimas". Ucap Alana.

Amara melihat jelas bahwa itu adalah sepupunya.

"Ternyata apa yang dibilang Alif benar, kalau Dimas yang dimaksud musuhnya adalah sepupu gue". Batin Amara.

"Kak, kenapa?," Tanya Alana. "Kakak kenal atau pernah liat Dimas?". Lanjutnya.

"Mmm... Aku mau bilang sesuatu sama kamu, tapi pliss jangan bilang ke siapa-siapa, apalagi sama Alif".

"Mau bilang apa, kak?".

"Dimas yang selama ini kamu ceritain ke aku, adalah sepupu aku".

"What? Serius?".

"Ya serius lah".

"Oh my God, sumpah aku percaya nggak percaya lho". Alana menyisir rambutnya. "Lagi pula kakak nggak pernah tuh kenalin aku sama sepupu kakak si Dimas itu". Lanjutnya.

"Iya.. aku emang belum pernah kenalin ke kamu, abisnya selalu nggak sempat".

"Ya ampun... Kenapa bisa kebetulan gini, ya?". Tanya Alana.

Amara menaikkan kedua bahunya. "Entah...".

"O'iya lan, tolong jangan kasih tau soal ini ke anak sekolah, ya".

"Emang kenapa, kak?".

"Ya... Pokoknya jangan! Terlebih lagi Alif".

"Hmm... Oke deh".

"Eh kak, udah dulu ya. Nanti Aldo nunggunya kelamaan lagi".

"Iya, ya udah sana".

Alana pergi dari kamar Amara, sementara Amara merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya. Tak lama kemudian, gadis itu memejamkan matanya.

Trouble maker, i'm in Love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang