Amara masih terbaring di ranjang tidur, dan belum sadarkan diri.
"Amara..". Panggil Farah. Gadis itu mendekati sahabatnya.
"Kamu kok belum sadar sih?...". Tanya Farah sembari memegangi tangan Amara.
"Ayo dong bangun..!! Biar kita bisa ketawa-ketawa lagi di sekolah, bisa kerjain tugas sekolah bareng. Aku juga nggak ada teman duduk nih, mar". Jelas Farah.
Farah menoleh pada Alif. "Alif," Panggil Farah.
"Hmm?".
"Lu nangis, ya?". Tanya Farah.
Alif yang tak sadar dirinya meneteskan air mata itu pun bergegas mengusap air matanya.
"Nggak... Gue nggak nangis".
"Ihh... Masa seorang trouble maker nangis?! Jangan nangis dong, lif...".
"Gue nggak nangis, far".
"Ya udah nih, lu mau ngomong-ngomong sesuatu nggak sama Amara?".
Alif mengangguk mengiyakan.
"Ya udah kalau gitu gue keluar aja deh, kayaknya lu mau bicara serius sama Amara. Bye Alif".
"Bye".
Farah pergi meninggalkan Alif di dalam ruang rawat inap Amara, agar Alif lebih leluasa untuk berbicara dengan Amara. Ya... Walaupun Amara belum sadarkan diri.
"Amara...". Panggil Alif.
"Bangun dong...".
"Maafin aku ya, mar. Kalau aja kemarin aku nggak mukul kamu, kamu pasti nggak akan kayak gini".
Alif mengusap pipi Amara sembari terus memegangi tangannya.
"Ayo dong bangun..!!!". Pinta Alif dengan volume suara yang pelan.
"Ya udah deh, kalau kamu nggak nya bangun, aku pulang aja".
Baru saja Alif melepaskan genggaman tangannya dari Amara, tiba-tiba saja jari-jari tangan gadis itu bergerak perlahan-lahan menandakan bahwa ia telah sadarkan diri.
Alif yang melihatnya pun segera meneriaki namanya.
"Amara...Amara...Amara... Kamu bangun, mar?!!!".
Amara terbangun. "Alif?".
"Iya, ini aku Alif".
Amara memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. "Aduh... Kepala aku sakit banget".
Alif memegang kedua tangan Amara yang sedang memegangi kepalanya. "Kamu nggak apa-apa kan, mar? Masih sakit, ya? Kamu mau apa, makan? Minum? Atau.. apa?".
"Aku nggak mau apa-apa, lif".
"Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bilang aku aja ya, karena aku akan selalu ada buat kamu, mar". Jelas Alif.
Baru saja Alif menawarkan sesuatu pada Amara, tiba-tiba Dimas masuk ke dalam dan menyuruh Alif untuk pergi dari sini sekarang juga.
"Alif!".
"Eh, lu tuh apa-apaan sih? Ini tuh di rumah sakit, boy!".
"Gue juga tau ini rumah sakit, mending sekarang lu pergi dari sini, lu jauhin Amara atau gue panggil satpam".
"Aduh... Si Dimas ngeselin banget sih! Tapi gue nggak mungkin ribut di sini sama dia, yang ada kasihan Amara nya, dia kan baru aja sadarkan diri". Pikir Alif.
"Oke..oke.. gue pulang, lu nggak usah segala panggil satpam, gue bisa kok pergi sendiri".
"Ya udah bagus lah".
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble maker, i'm in Love...
Teen FictionMengisahkan seorang siswi berparas cantik, lemah lembut dan sedikit jutek bernama Amara Nasywa Febriani. Dia tinggal di Bandung dan pindah ke Jakarta di rumah sepupunya. Karena orang tua nya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sekolahnya di Bandung s...