Pertama

636 25 4
                                        

Multimedia: Storm Smith (Devalexa Jeann Black)

 *-----*

          "Devalexa!!!! Mau pergi kemana lagi Kau hah?" Devalexa atau yang akrab dipanggil dengan Alex karena kelakuannya yang hampir serupa dengan kaum lelaki itu mengurungkan langkahnya dan kembali duduk manis ditempat semula.

Gadis itu menyengir tanpa dosa saat melihat gurunya berkacak pinggang "Gagah banget dah Pak!! Ganteng pokoknya!" sambil membuka buku catatan yang masih kosong, Alex mulai mencontek teman sebangkunya yang bernama Chelsea karena gadis cantik itu sudah menyelesaikan hampir seluruh dari latihan yang diberikan oleh Mr. Sharp.

Lelaki yang sedaritadi kelelahan dengan tingkah laku seorang muridnya itu kini kembali terduduk. Seharusnya ia sadar kalau Alex akan selalu mengacau jika ia lengah, maka dari itu Mr. Sharp sekarang tengah berusaha untuk terus-terusan memperhatikan tingkah bocah absurd itu.

Setelah melihat kalau Alex mulai anteng dengan kegiatannya yang sedang menyalin catatan Chelsea secepat kereta ekspres, akhirnya Mr. Sharp pergi meninggalkan kelas untuk ke toilet. Namun belum sempat lelaki yang mengenakan seragam putih itu sampai di toilet, ia bisa melihat kalau Alex melarikan diri dari kelasnya --lagi untuk yang kesekiankalinya. Hal yang tentu saja membuat lelaki itu menggeleng-geleng tidak percaya.

          Berjalan secara perlahan, Alex yakin betul kalau dia tidak akan tertangkap oleh gurunya yang membosankan itu. Gadis tomboy itu kemudian mengikat rambutnya menyerupai ekor kuda saat ia berjalan menuju Kantin.

Sepertinya kegiatan di Kantin akan lebih menyenangkan dibanding dengan kegiatannya didalam Kelas bersama dengan guru super duper menyebalkan seperti lelaki senja itu. Kaki jenjang Alex menyusuri lorong-lorong kelas dengan lamban, gadis itu sesekali menjelajah lorong sepi dengan mata birunya yang terlihat bersinar sampai akhirnya gadis itu pun sampai di tempat yang dituju. Kantin sekolah dimana setiap makanan kesukaannya menunggu.

Senyum cerah seketika menghampiri wajah Alex dan akhirnya gadis itu mendekat pada salah satu meja kosong yang terlihat bersih dan rapi.

Melihat ada beberapa pisau yang tidak tersusun rapi, gadis itu pun menyusun semuanya dari yang terkecil sampai yang terbesar lantas menata setiap bumbu agar berada pada tempatnya "Kau tidak seharusnya melakukan itu. Karena itu pekerjaanku" seorang wanita tua berumur sekitar empat puluh tahun mengatakan itu sambil membantu tangan-tangan cekatan Alex untuk menyusun sisa-sisa dari peralatan makan yang tidak tersimpan di tempatnya.

Kening Alex mengerut saat ia melihat wanita itu meletakkan salah satu pisau bergagang hitam kedalam kumpulan pisau bergagang perak "Kau tidak boleh meletakannya disana" protes Alex pada wanita senja itu sambil mengambil pisau bergagang hitam dan memasukannya kedalam kelompok pisau bergagang hitam "Begini terlihat lebih baik bukan?" dan wanita senja itu mengangguk sambil lalu menyerahkan buku menu ke depan hidung Alex

*--Riska Pramita Tobing--*

          Alex berlari cepat saat ia mendengar suara debuman keras dari toilet lelaki. Gadis tomboy itu menutup kedua telinganya saat ia kembali mendengar suara itu dibelakang tubuhnya dan ia terlalu takut untuk melirik ke belakang "Jangan!" teriak Alex kepada angin yang malah mempertawakannya "Pergi!!!" teriak Alex lagi-lagi kepada angin.

Sampai akhirnya gadis tomboy itu terjungkal karena pintu kelas tiba-tiba terbuka di depannya. Tangan-tangan panjangnya beralih fungsi menjadi pelindung di atas kepala "Pergi!! Jangan!! Jangan ganggu Aku!! Please!!"

"Hey! Get up! I'm not gonna hurt You"

Mencoba memberanikan diri, Alex akhirnya membuka belitan tangan dari kepalanya dan mulai membuka mata untuk melihat celana jeans bermotif robek-robek di bagian lutut dan untuk melihat gadis berrambut blonde dengan mata berwarna biru persis seperti apa yang Alex miliki "Kau baik-baik saja?" gadis itu menunduk untuk membantu Alex berdiri dan Alex menerimanya dengan sukacita.

Senyum gadis itu terukir indah saat Alex berhasil menubrukkan mata mereka berdua dan Alex jadi ikut tersenyum karenanya "Kenapa Kau berlari seperti tadi?" gadis cantik itu menyerahkan tangannya untuk membenarkan poni milik Alex yang menutupi sedikit dari wajahnya "Aku hanya mendengar sesuatu di belakang sana" jawab Alex kikuk.

Gadis berrambut blonde itu tersenyum "Aku Zytca, Kau?" Alex memiringkan kepalanya ke satu sisi seperti anjing kecil yang kebingungan, gadis tomboy itu juga menggaruk belakang kepalanya sebentar sebelum akhirnya terkekeh dan menjawab "Devalexa. Panggil saja Alex"

Zytca tersenyum "Alex, eh? Pantas saja Kau terlihat berandalan" gumam Zytca yang terdengar jelas diantara kedua telinga milik Alex. Gadis tomboy itu hanya tertawa saja saat ia mendengar gumaman Zytca "Jadi, apa yang Kau dengar di belakang sana?" gadis itu sedikit mengintip ke belakang punggung Alex dan Alex hanya menyengir saja karena sadar kalau di belakang sana tidak ada bahaya seperti apa yang dikatakan oleh isi kepalanya.

OCD sialan! Umpat Alex didalam kepalanya.

"Entahlah, Aku hanya mendengar suara debuman" bisik Alex setelah ia melihat kalau Zytca terus-terusan mencari ke belakang punggungnya. "Mungkin imajinasi" lanjut Alex masih dalam bisikan. Zytca tersenyum kecil "Imagination? Seriously?" tampang Zytca terlihat bingung sungguhan saat ia mengucapkan kata-kata tadi dan Alex jadi berasumsi kalau Zytca memiliki bakat dalam akting.

Alex mengangkat bahunya tanda tidak mengerti "Kadang-kadang, Aku memikirkan sesuatu yang buruk hanya karena hal sepele" jujurnya kemudian. Zytca hanya mengangguk saja saat ia di beritahu demikian "Ada kelas bahasa dan sastra? Karena sebentar lagi Aku berangkat ke sana" dan Alex langsung menyengir saat ia juga memiliki kelas yang sama dengan Zytca.

Mereka berjalan beriringan menuju lantai dua dengan langkah perlahan dan sesekali dengan ceritaan konyol "Apa Kau pernah mendengar kalau ikan mas sekarang bangkrut dan jadi ikan perunggu?" celetuk Alex yang langsung saja dihadiahi tawa menggelegar dari Zytca "Bagaimana mungkin Kau bisa mengetahui kalau ikan mas berubah jadi ikan perunggu hanya karena dia bangkrut?!!! Bercandaan macam apa itu?" ujar Zytca tanpa henti-hentinya mengeluarkan tawa.

"Ku pikir Kau tidak menyukai candaanku, tapi lihatlah! Aku membuatmu menangis hanya karena joke murahan seperti itu" jemari milik Alex tiba-tiba saja berseluncur di pipi Zytca dan hal itu berhasil membuat Zytca kehilangan sisa-sisa tawanya. Sentuhan tangan lembut Alex membuat Zytca kehilangan semua kesadarannya dari atas muka bumi.

Alex menarik tangannya perlahan dan kemudian berbisik lembut "Kau memiliki mata yang sangat indah" hal itu tentu saja membuat pipi Zytca merona merah dengan seketika "Kau memiliki warna mata yang serupa denganku. Jadi bicarakan hal itu pada dirimu sendiri" dan Alex hanya melemparkan senyum menungging untuk membalas perkataan Zytca padanya.

Alex kembali melenggangkan langkah pendek dan meninggalkan Zytca di belakang sana dimana gadis itu masih terguncang karena merasakan out of the moment untuk sesaat.

"Hey! Yo! Girl! Do you wanna come with me or not?" teriak Alex yang langsung menampar kehilangan Zytca dengan seketika dan membuat gadis cantik berrambut blonde itu langsung mengikuti jejak Alex seperti anak anjing yang kehilangan arah.

*------*

Riska Pramita Tobing.

Note: Kalau kalian ingin mengerti banyak soal OCD yang dimaksudkan di cerita ini, kalian boleh mencari referensi sendiri, I love you guys.

Also, don't forget to subscribe to my youtube channel hehe.

BIGGEST FEAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang