Kedua

398 23 0
                                        

Multimedia: Madison Sophia Clark (Zytca Ella Ivanca)

*-----*

          Tidak! Bagaimana mungkin lelaki itu bisa mengetahui tempat persembunyianku? Bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau Aku berada disini? Sialan! Harus bagaimana Aku sekarang? Aku tidak bisa bersembunyi! Aku tidak mungkin bersembunyi! Dimana Aku harus bersembunyi?! Hentikan! Kumohon hentikan! Jangan mendekat! Tolong!! Tolong!! Jangan!! Tolong!!

Zytca terbangun dengan napas panjang pendek dan dengan disertai keringat disana-sini. Gadis itu mencoba untuk menarik napas panjang dan menahannya perlahan agar napasnya lebih teratur. Setelah melakukannya beberapa kali, Zytca baru bisa menjaga napasnya agar tidak memburu. Gadis cantik berambut blonde itu kemudian menyingkapkan selimutnya hanya untuk mendapati kalau ia basah oleh keringat "Sialan!" umpat gadis itu kemudian.

Zytca berjalan perlahan menuju kamar mandi lantas segera melucuti pakaiannya dengan gerakan lamban. Gadis itu kemudian menubrukkan penglihatannya pada pangkal pahanya, dimana terletak luka samar yang mengingatkannya pada banyak luka di masalalu.

Mengambil napas dalam, Zytca lebih memilih untuk tidak memikirkan hal-hal buruk itu dan mulai membasahi badannya dengan air dingin dari shower. Ia terpejam menikmati kucuran lembut dari atas yang terasa seperti hujan dan ia segera menghapus semua ingat buruknya dengan air.

*-----*

           "Deva!!" bangun!!" Alex mengernyitkan keningnya dengan cepat saat ia mendengar suara tidak asing dan juga panggilan itu. Hanya satu orang yang memanggilnya sebagai 'Deva' dan itu adalah Ibunya. Merengut malas, Alex kemudian menindih kepalanya dengan bantal agar ia bisa menghiraukan panggilan dari bawah tangga yang semakin keras.

Meskipun bersusah payah menutupi telinganya, tetap saja nona Jeanny Black yang terhormat itu bisa memasuki kamar putrinya dengan mudah dan segera membuka garden tidak lupa dengan selimut yang membungkus Alex persis seperti kepompong dan segera membuat Alex mengaum seketika. "Mom?!!" teriak Alex saat ia merasakan sesuatu yang basah menimpa wajahnya.

Jean menarik kembali handuk basah yang ia tempelkan di wajah putrinya "Wake up!!" dan dengan itu Alex menyerah. "Angin apa yang membawa Mama pulang kemari?" ujar Alex saat ia baru sadar kalau Ibunya mengenakan seragam formal. "Kalau Kamu sudah mengerti, silahkan turun dari tempat tidur dan segeralah bersiap"

"Alex harus pergi sekolah, Ma" rengek gadis itu saat melihat Ibunya hampir membuka gagang pintu kamar untuk keluar "Kamu harus ikut ke rapat perusahaan Ayahmu, Devalexa" nada tidak bersahabat yang dikeluarkan oleh nyonya besar membuat bulu kuduk Alex meremang tiba-tiba "Aku akan pergi, tapi sebagai diriku sendiri. Jangan paksa Aku untuk mengenakan baju konyol seperti yang Kau pakai itu" Jean melengoh pergi tanpa menjawab pernyataan dari Alex dan hal itu membuat Alex nyengir tanda kemenangan.

Membersihkan diri selambat mungkin agar bisa mengurangi kegiatannya di kantor milik Ayahnya, Alex justru kedinginan di dalam bathub dan membuat kulit-kulitnya sampai keriput meskipun gadis tomboy itu memakai air hangat untuk merendam tubuhnya.

Maka meskipun tidak ingin untuk segera berpakaian, gadis tomboy itu tetap beranjak dan mengeringkan dirinya dengan gerakan lambat yang sengaja ia buat. Alex tidak pernah ingin untuk pergi ke perusahaan besar yang dimiliki oleh Ayahnya, tapi apa boleh dikata? Ayahnya memiliki kuasa lebih besar untuk menggusur Alex agar menghadiri rapat kekeluargaan yang biasanya dilakukan perusahaan besar Ayahnya dengan perusahaan yang bekerjasama dengan Ayahnya di setiap bulan.

Enam belas tahun mungkin terlalu muda untuk mengerti bisnis yang ditekuni Ayahnya selama puluhan tahun. Namun sebagai satu-satunya penerus perusahaan, Alex harus berlatih sedini mungkin untuk mengurus perusahaan yang kelak nanti akan ia pimpin.

Melangkah malas ke luar rumah, Alex mendapati empat lelaki dengan setelan yang sama menyambutnya tepat di depan pintu. Gadis itu jadi mendengus bosan saat ia melihat salah satu dari lelaki itu membukakan pintu mobil untuknya "Kapan Aku bisa hidup normal?" gumam gadis itu seraya melangkah mendekati mobil dan masuk ke kursi belakang.

Gadis tomboy itu kemudian memasang headphone untuk menghilangkan rasa jenuh di perjalanan. Sesekali, gadis tomboy itu melirik ke luar jendela untuk melihat kota Los Angeles yang tidak pernah sepi.

Menggumamkan lagu berjudul 'I'm low on gas and you need a jacket' kepunyaan 'Pierce the veil' gadis itu sesekali menghentakkan kakinya mengikuti irama dan membuat lelaki yang menyupirinya jadi menggeleng.

Mobil berhenti tepat di depan perusahaan atas nama Jacob Black yang berdiri gagah dan tinggi juga megah. Bangunan yang terdiri dari kaca berwarna hitam itu terlihat sangat mencolok dan berbeda dari bangunan yang berada di sekelilingnya. Gedung yang paling menjulang, paling megah dan paling mewah bernama BLACK yang sesuai dengan nama akhir milik Jacob itu menyambut Alex yang enggan melihat bangunan megah itu sama sekali.

Hidup sebagai penerus perusahaan besar adalah beban terberat milik Alex, karena sejatinya pemimpin itu harus memiliki pribadi yang sempurna atau setidaknya bisa menutupi kekurangannya. Hal yang tentu saja tidak bisa dilakukan Alex karena gadis itu memiliki sejuta kekurangan termasuk OCD sialannya yang selalu membuntuti.

Jean berjalan di paling depan deretan disusul oleh Alex dan asisten perusahaan disamping mereka sebagai penjagaan. "Kapan perusahaan ini sepi?" bisik Alex yang tentu saja tidak dibalas. Melirik kesana kemari, gadis itu hanya disuguhi dengan pemandangan mengerikan berupa para pekerja yang saling fokus pada pekerjaan mereka masing-masing.

Alex menggidig malas saat ia diseret ke ruang rapat, gadis itu enggan mengikuti pembicaraan soal pekerjaan yang memusingkan. Jesus crist! Usianya bahkan baru menginjak enam belas tahun! Siapa yang ingin dibebani oleh hal-hal seperti itu di usia semuda ini? Tidak ada. Termasuk Alex didalamnya.

Melihat putrinya akan mengacau, Jean segera mendekati gadis tomboy itu dan membisik "Kau harus ingat siapa dirimu" dan hanya dengan ucapan kecil itu Alex menyerah. Gadis itu sudah sering diperingati kalau ia harus memiliki wibawa besar karena memiliki pengaruh besar terhadap perusahaan milik Ayahnya dan Alex tidak ingin perusahaan Ayahnya hancur hanya gara-gara Alex adalah wanita bar-bar yang tidak memiliki etika.

Gadis tomboy itu kemudian menunduk pasrah dan segera memasuki ruangan dimana setiap pemimpin perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan BLACK berkumpul untuk bertukar pikiran. Alex tidak pernah memahami apapun yang mereka bicarakan karena dalam setiap rapat, Alex selalu saja kesulitan konsentrasi dan merasa gugup berlebihan. Kadang-kadang, gadis tomboy berrambut brunette itu hanya menyetuh pensil terus menerus agar pikirannya tidak jatuh ke arah berbahaya.

Saat Alex mengangkat pandangan dari pensilnya yang sedaritadi ia sentuh secara terus menerus, gadis itu menjatuhkan dagunya karena disana tepat di sebrang meja yang ia duduki gadis itu menatap kepadanya dibarengi dengan wajah tidak percaya yang serupa dengan yang di tampakkan Alex pada gadis cantik dihadapannya.

"Zytca?"

*-----*

Riska Pramita Tobing

Note: Keyboard laptop saya macet :(

Notepartdua: Cek cerita saya yang lain di profil :)

Noteparttiga: Follow saya di berbagai media massa ya huhahahaha #Laludigebukireader 

BIGGEST FEAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang