"Aku bagaikan pondasi yang patah saat melihatmu tak bahagia. bisakah aku mengubah waktu dan takdir? Membuatmu bahagia tanpa ada yang namanya penderitaan dan kekangan yang begitu memenjarakanmu. Karena aku tak sanggup melihat betaku terpenjara apalagi terpenjara di dalam sebuah penderitaan...."
-Yoongi-
.............
(Yoongi **** POV)
Entah aku sudah terbangun atau belum, tapi nyatanya aku melihat semua bagaikan mimpi buruk di pagi hari. Seharusnya aku bisa duduk disini dan memakan sarapan seperti biasanya, menikmati sarapan dengan kedua orang tua seperti biasanya. Meski yang kutahu tak ada hal menyenangkan saat sarapan bersama keluarga. Jika boleh berkata aku mengharapkan ketidakadaan dua orang dengan wajah sombong yang tak lain adalah ayah dan ibuku.
Biasanya aku akan menikmati sarapanku dengan semangat, berada di dekatnya dan duduk di bangku sebelah kanan. Tempat dimana seseorang yang selalu menjadi prioritasku duduk di sampingku, tak ayal jika memang dirinyalah yang menjadi pengisi hari-hariku, sebagai seorang namja yang menyandang status anak pertama dari keluarga 'Jeon'.
.
Bunyi sendok yang membentur piring sudah menjadi salah satu khas sarapan dari orang-orang kami, rumah besar yang nampak elegan dan nyaman adalah salah satu fasilitas yang diwariskan orang tua kepadaku, menjadi tempat berteduh dan tinggal bagi diriku juga adikku. Banyak orang yang mengatakan jika rumah adalah Surga. Tapi, kenyataannya tidak begitu. Mengingat masih ada aura neraka yang menyiksa seseorang yang berarti bagiku. Ya, bagiku sikap mereka sama saja membuat rumah yang nampak bagaikan Surga sama dengan Neraka.
Berkali-kali aku melirik ke arah samping, memastikan bangku yang kosong itu terisi oleh kedatangan seseorang. Berharap jika yang kutunggu mau mendengarkan ucapanku, berharap jika dia akan menuruti ucapanku seperti biasanya. Aku hanya tak bernafsu untuk makan, memikirkan keadaan dan situasi saat ini membuat diriku tak mempunyai selera makan dan yang kulakukan hanya memainkan sendok diatas lauk yang sudah berantakan karena ulahku.
"Kenapa kau tak makan sayang, apa makanannya kurang enak?" satu kata penuh dengan perhatian dan kasih sayang, suara lembut yang dulunya sering menyanyikan sebuah lagu Nina Bobo kala aku hendak bermimpi. Dan suara yang penuh dengan kenangan indah saat aku masih bocah yang polos dan belum mengerti apapun.
Setiap orang pasti akan senang mendapatkan perhatian seperti itu, apalagi ibumulah yang memberikan perhatian itu. tapi... tidak bagiku, hanya karena Jungkook tak mendapatkan perhatian yang sama sepertikulah yang membuat diriku sedikit membenci rasa sayangnya. Membenci segala perhatian yang tersirat akan perbandingan Jungkook dengan diriku, bahkan sesekali ibu sering menjelekan Jungkook di depanku. Tak tahukah ia bagaimana rasa sakit adikku ketika seorang ibu kandung malah menjelekan dirinya? Dan bukannya memberi dukungan atau koreksi yang membuat kejelekan itu berkurang dan menjadi hal bagus. Sepertinya tidak....
Bahkan aku berpikir mungkin karena aku lahir di tengah keluarga ini, adikku yang menjadi korbannya. Korban dari kurangnya kasih sayang dan perhatian.
Mengingat bagaimana tabiat kedua orang tuaku.
"Yoongi jika kau tidak suka, eomma bisa memesan makanan kesukaanmu."
Lagi lagi dia bersuara, membuatku diam-diam merasa muak, berpikir bahwa tak pernah sekalipun Jungkook adikku mendapatkan perhatian seperti ini. jangankan perhatian, aku jamin ibuku tak tahu apa makanan favorit adikku. Membuatku berpikir bahwa orang tua macam apa yang tak tahu kesukaan anaknya. Dan orang tua macam apa yang membenci anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Beta (Sad Story Yoonkook) [Spesial Tears]
Fanfiction'Tidak ada alasanku untuk berhenti mempedulikanmu, karena yang kutahu bahwa kau adalah Beta bagiku. Maka aku katakan dengan lantang di depan dunia, bahwa aku menyayangimu... sangat menyayangimu. Betaku sekaligus adikku. Ya, tentu saja... Karena seor...