7

214 58 24
                                    

"Ko Eunjiiii~" suara khas Jooe mengalun mengisi ruang rawat intensif hingga dua orang yang ada di dalam sana menoleh.

"Jooe?" Koeun terlihat begitu ceria saat teman-temannya datang. Orang sakit jika dijenguk, bisa menjadi semangat tersendiri untuk orang itu, bukan?

"Kak Koeun~" suara manis gadis yang lebih muda dari mereka membuat Koeun berkaca-kaca. "Lami rindu."

"Jangan rindu, berat." -Koeun

"Biar Jaemin aja." Hina menyahuti sambil mengerling seringai pada Jaemin yang di sebelahnya.

"Lah, kok gue?" Jaemin bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa jadi gue sih, Na?"

"Ya lo kan dilan palsu," jawab Hina yang membuat seisi ruang rawat Koeun tertawa.

~

Mark duduk di ruangan kakak sepupunya dengan wajah murung. Menghadap Johnny yang sibuk dengan berkas-berkas pasien kanker yang ditanganinya.

"Mark, lecek amat itu muka?" tanya Johnny yang sesekali melirik Mark yang hanya bersandar di sofa ruang kerjanya tanpa minat.

Mark tidak memperdulikan Johnny yang menggodanya. Dalam pikirannya saat ini hanyalah penyakit apa yang sebenarnya di derita Koeun. Iseng, Mark meraih salah satu berkas yang ada di meja depan sofa yang didudukinya.

"Bang, ini punya pasien Leukemia?" tanya Mark saat membaca cover dari berkas pasien itu. "Lee Chan, masih stadium pertama?"

"Iya, kesempatan hidupnya lebih gede. Semakin kedepan semakin parah tingkatan stadiumnya." Johnny menjawab santai. "Sebenernya berkas itu yang pegang bukan cuma gue. Dokter Kim(Seokjin) sama dokter Jang (Wooyoung) yang ikut nanganin mereka."

"Oh gitu." Mark mengangguk sambil membolak-balik berkas berkas itu. "Yang abang tanganin sendiri yang mana?"

"Halaman pertama, dua belas, tiga puluh sama Lee Chan tadi."

Mark penasaran siapa saja yang ditangani langsung oleh kakak sepupunya yang satu ini.

"Halaman tiga puluh ada Song Yunhyeong. Leukemia stadium dua?" Mark menatap Johnny untuk memastikan.

"Yap, bagi gue dia beruntung. Keluarganya kasih dukungan penuh sama dia buat sembuh total. Termasuk biaya dan moral."

"Halaman dua belas ada Chit-Chittapon. Leechaiyapornkul. Namanya susah amat nih orang, panggilannya siapa?"

"Ten."

"Anjir ngeselin. Jangan bilang orangnya ngeselin juga?" Mark mulai bisa terbawa dengan candaanya dengan Johnny

"Ya gitu, tapi dia jadi bisa bertahan sama penyakitnya."

Melupakan si halaman pertama, Mark dan Johnny mulai membicarakan soal Ten tadi. Beginilah Mark, suka menyembunyikan masalahnya dari orang lain. Bahkan keluarganya sendiri.

"Udah ah." Mark menutup berkas pasien milik Johnny. Dibukanya kembali berkas itu untuk melihat siapa pasien lain yang ditangani langsung oleh Johnny.

"John, Mark. Waktunya makan siang, ayo."

Mark meletakan berkas itu di atas meja tanpa sempat membaca siapa pasien Johnny. Meninggalkannya dalam keadaan terbuka dan sempat di lirik oleh Johnny.

"Ko Eunji, cinta pertama lo jadi salah satu pasien gue, Mark."

~

"Jun, tadi beneran Mark atau bukan sih?" Yerim memecah keheningan setelah beberapa saat terdiam.

"Iya, itu tadi Mark sama dua kakak sepupunya. Jadi jangan khawatir dulu kalo dia bakalan nemuin Koeun secepet itu." Xiaojun berusaha menenangkan Yerim yang gusar karena melihat Mark di cafetaria beberapa waktu lalu.

"Sepupunya Mark itu, dokter Seo kan? Berarti bisa jadi dokter Seo yang bakalan kasih tau Mark soal Koeun kan?" Yerim semakin panik.

"Santai, Yer. Lucas sama kak June udah kasih tau dokter Seo biar gak bocorin ini ke Mark." JooE yang sebenarnya kesal karena berada diantara Xiaojun dan Yerim, semakin kesal karena kepanikan Yerim.

"Cepet atau lambat, Mark bakalan tau semuanya."


.

.

.

.

.

.

.

Tbc

Chandelier [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang