Suara monitor pendeteksi detak jantung memenuhi ruang rawat bernuansa pastel. Arin yang bersukarela menjaga Koeun di dalam tengah membersihkan ruang rawat Koeun dengan sebaik-baiknya.
"Nah, Eun. Aku udah selesai bersih-bersih." Arin seperti berbicara sendiri. Koeun sendiri dalam keadaan koma. Dua jam setelah menerbangkan lampion untuk ibunya.
"Eun, udah tiga hari kamu tidur." Arin mengelus tangan Koeun yang tersambung selang infus. "Kamu gak kangen sama Mark?"
Mark- yang berdiri di luar ruang rawat Koeun tanpa sepengetahuan Arin-tersentak kala namanya disebut untuk membangunkan Koeun. Mark sangat ingin masuk dan menemani Koeun disana.
Seperti waktu itu, Mark tidak ingin bertengkar dengan Lucas ataupun yang lainnya.
~
"Mungkin saat ini, harusnya anda bangga dengan kekuatan adik anda." Tangan Mark berhenti di udara saat suara Johnny terdengar jelas sampai keluar. "Eunji benar-benar gadis yang kuat. Kalau orang lain, tidak akan bertahan selama ini menghadapi penyakitnya."
"Ya, dia memang gadis yang kuat," suara June semakin mengejutkan Mark yang masih-tidak sengaja- menguping dibalik pintu
"Leukemia ternyata." Mark tersenyum miris mendengarnya.
"Apakah Mark sudah tau?" tanya June pelan.
"Aku tidak bisa menjamin itu." Johnny tersenyum sambil menepuk pundak June. "Tapi, anda yakin Koeun akan bahagia saat tidak melihat Mark?"
Mark beranjak meninggalkan pintu ruangan Johnny saat melihat Lucas berjalan menuju sebuah ruang rawat intensif. Tentu saja ruangan tempat Koeun dirawat. Jelas Mark akan mengetahui dimana Koeun dirawat dengan mengikutinya.
"Aku sudah bilang kalau akan mencari tau sendiri, kan?"
~
Saat Mark menyesal, orang-orang terdekat Koeun justru tidak mengijinkannya dekat dengan Koeun.
~
"Mark, ada saatnya lo ngelawan mereka." Johnny membuka suara setelah beberapa waktu lalu Mark berteriak marah pada Johnny untuk pertama kalinya. "June, Lucas ataupun temen-temen lo yang lain harusnya mau kasih kesempatan. Ya, walaupun ada banyak persyaratan yang diajuin."
Mark duduk dengan mata terpejam. Wajahnya masih memerah menahan marah. Kakaknya juga menyembunyikan soal ini padanya. Mark sendiri juga tak bisa melawan saat kakaknya berkata 'tidak bisa melawan kode etik kedokteran' yang jelas membuat Johnny tidak bisa memberikan banyak informasi padanya.
"Bang, Mark yakin gak lama lagi salah satu dari mereka bakalan nyariin Mark." Dengan percaya diri, Mark berucap. "Mereka ngira, Mark masih egois sama perasaan Mark sendiri.
~
"Salah satu dari kita harus bilang ke Mark."
"Biar dia sendiri yang sadar." Jun menanggapi dengan santainya.
Arin hanya diam memandangi Koeun yang masih terbaring koma. Yerim sendiri duduk di dekat jendela. Matanya menangkap Mark yang tidur di kursi taman sendirian. Tepat pada jangkauan penglihatan dari jendela ruang rawat Koeun."Gue ngerasanya Mark udah tau semuanya." Yerim membuka suara setelah hening karena ucapan Xiaojun. "Gak mungkin dia di sini tiap hari tapi malah gak ada di sini sama sekali."
"Dia takut kita bikin masalah di sini," ucap Arin dengan senyum mirisnya. "Gua sendiri bingung. Gue itu kasihan atau benci ke Mark?"
"Okedeh." Derry seolah berkata final. "Salah satu dari kita harus nemuin Mark. Tapi jangan gue ataupun Lucas. Bonyok yang ada itu bocah."
"Rin, temuin Mark buat Koeun. Besok," ucap Lucas Final.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandelier [COMPLETE]
RomanceBacanya dari angka besar ke kecil ya... :))) Underneath this chandelier shall I confess Behind that wings of yours I praise In the face of the hourglass I cried that I love you ... It was all worthless