"Kenapa diary lo, lo namain 'Eun's Last Days'?"
Koeun bingung dengan pertanyaan Mark kali ini. Mungkin kalau itu Lucas, kakaknya, Arin ataupun Yerim akan dijawabnya dengan mudah. Tapi, ini Mark. Ia tak tau harus menjawab apa.
"Ji? Kamu..." Lucas membuka pintu kamar Koeun pelan. Sebenarnya kamar itu sudah terbuka, hanya dilebarkan lagi oleh Lucas. "Lo, ngapain?" tanya Lucas saat melihat Mark di dalam kamar Koeun.
"Cuma nemenin Koeun." Mark meletakkan kembali diary Koeun. Diam-diam Koeun bernapas lega. "Tenang aja, gue gak apa-apain 'sahabat' lo kok."
Koeun hanya tersenyum dan mengangkat gulungan kabel yang sedari tadi sudah dirapikannya. Ia menatap Mark sebentar, mengisyaratkan Mark untuk turun dan kembali dengan teman-temannya. "Biar gue yang bawa." Mark mengambil gulungan kabel di tangan Koeun.
"Cas, Koeun udah minum obat?" Suara Junhoe terdengar cukup keras dari arah tangga. Koeun yang mendengarnya langsung membulatkan mata terkejut. Takut jika Mark berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.
"Lo sakit apaan sih?" tanya Mark masih penasaran.
"Kan aku udah pernah bilang, Aku anemia akut, Mark," jawab Koeun selembut mungkin.
~
Koeun sedang berbaring di brankar rumah sakit saat ini. Matanya menatapi tiga perawat, yang dua diantaranya sering dilihatnya. Mereka melempar senyum manis pada Koeun, berusaha mengantarkan semangat lewat senyuman itu.
"Koeun, hari ini kamu diantar kakakmu lagi?" tanya perawat ber-tag name Lisa.
"Sama Lucas juga, Nurse." Koeun menjawab santai, walaupun sebuah selang mulai dimasukan ke lengan kanannya.
"Lucas itu sahabat rasa pacar, ya?" celetuk suster lain yang baru dilihatnya. "Oiya, namaku Sandara. Lisa sama Rose hobi banget omongin kamu."
"Gapapa, Nurse. Eun seneng bisa kenal kalian."
"Kamu itu orang baik, Eun. Sampe-sampe, Tuhan sayang banget sama kamu." Rose mengelus puncak kepala Koeun yang mulai menipis rambutnya.
Koeun hanya bisa tersenyum. Diam-diam ia bersyukur atas apa yang diucapkan perawat bernama Rose itu. Bersyukur jika Tuhan memang sangat menyayanginya.
~
Mark berjalan sendirian di rumah sakit yang besar itu dengan santai. Sesekali menjawab sapaan beberapa suster yang mengenalinya. Bagaimana bisa? Salah satu sepupunya bekerja sebagai dokter di rumah sakit itu.
"Bang John!" Mark berteriak tidak cukup keras tapi mampu membuat seorang dokter yang bermain dengan ponselnya menoleh. "Sibuk nih bang?"
"Tumbenan lo kesini?" tanya si dokter heran.
"Gatau deh bang, Mark rasanya pengen banget jalan-jalan lagi di tempat kerja, abang." Mark menjawab dengan entengnya.
"Oh, oke. Tapi gue gak bisa nemenin lo dulu." Johnny menatap Mark sebentar. "Gue ada pasien kemo hari ini. Btw cewek loh Mark."
"Ya, bodo amat sih bang. Abang tau sendiri Mark sukanya sama siapa." Mark menimpali dengan hati yang sedikit kesal dengan ucapan Johnny.
"Eunji? Kaya namanya Koeun. Alah, marganya ketutupan jempolnya bang Johnny. Mungkin aja marganya beda." Mata Mark melirik iseng pada data yang dipegang Johnny.
"Yaudah deh, Bang. Mark ke tempat kak Wendy dulu."
Johnny mengangkat jempolnya ke atas mengiyakan ucapan Mark. Tanpa Mark sadari, data yang dipegang Johnny adalah data milik Koeun.
Bruk.
"Eh, sorry-sorry-sorry." Mark berucap cepat saat tidak sadar menabrak seseorang. "Lucas?"
"Eh, elo Mark." Orang yang ditabrak Mark ternyata Lucas yang sedang fokus dengan ponselnya.
"Ngapai lo di sini?" Lucas hanya menaikkan bahunya acuh menjawab Mark.
"Ini tempat umum, dan gue lagi jenguk orang sakit."
"Siapa yang sakit?"
"Sorry, gue gak bisa kasih tau." Lucas mengangkat tangannya. "Gue duluan."
Mark menatap punggung Lucas yang semakin menjauh. Hatinya merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan Lucas saat ini.
"Iya, Rin. Kemonya udah mau mulai. Ntar gue telfon lagi kalo udah selesai."
"Siapa yang kemo?"
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandelier [COMPLETE]
RomanceBacanya dari angka besar ke kecil ya... :))) Underneath this chandelier shall I confess Behind that wings of yours I praise In the face of the hourglass I cried that I love you ... It was all worthless