Please play : Beautiful - Wanna One
.
.
."This foolishly regret-filled song. I hope it reaches the sky," suara Koeun mengalun lembut dari ruangan tempatnya dirawat. "My prayer that spent all night in tears. I hope it reaches your heart." Ia duduk di dekat jendela menatap langit mendung yang menghalangi sinar matahari masuk kesana.
"I was young, I didn’t know I’d be like this. I thought it was a given back then." Ada suara lain yang menyambung lagunya. Suara ini sangat tidak asing masuk ke telinganya.
"Mark?" Koeun langsungg berbalik menghadap pintu yang menampakkan Mark yan tersenyum membawa sebucket bunga tulip putih yang dipadu dengan baby's breath.
"The smile you left behind. Still remains in my heart." Mark semakin mendekati Koeun yang hanya diam menatapi Mark bingung. "Honestly, I think I still need to receive love..."
"The longer I’m left alone, the more afraid I get. I miss those days, I miss you so much, yeah," lanjut Koeun menyadari jika Mark yang ada di hadapannya adalah nyata.
"Udah, aku gak mau nyanyi lagi." Mark menangkupkan kedua tangannya di pipi Koeun yang sudah semakin menirus.
Koeun tertawa kecil, menelusuri wajah Mark dengan jari-jarinya. Tiba-tiba senyumnya luntur saat menatap tepat di mata Mark. Mata itu, untuk pertama kalinya menatap sedalam ini masuk menjalar pada kinerja jantungnya.
"Eun," Mark menatap Koeun penuh penyesalan. "Forgive me. Not just about my attitude to you, but everything."
Koeun menggeleng keras sambil berurai air mata. Tangannya meraih tangan Mark yang masih berada di pipinya. "No, it's not your fault," ucap Koeun sambil terisak kencang.
"So, do you have to hide everything from me?" Mark menyatukan dahi mereka dengan dadanya yang luar biasa sesak. "Kalo ini bukan salahku."
"Aku gak tau." Koeun makin terisak. Alasan yang sudah dibuatnya sejak awal, hilang sudah saat menatap mata Mark berkaca-kaca.
"Eun, aku boleh peluk kamu?" Mark menjauhkan wajahnya meminta ijin pada gadis di hadapannya.
Lengan Mark secara otomatis melinggkari punggung Koeun dan mendekapnya erat, saat Koeun menganggukan kepalanya. Bagi Mark, tak masalah jika bajunya basah dengan air mata Koeun.
"Hey, there something you should know..." Mark berkata sambil mengecup pelan puncak kepala Koeun yang sudah tak tertutup rambut sehelaipun. "I love you."
"I know," jawab Koeun sambil mengangkat wajahnya. "Kamu sempet mau bilang ke Lucas soal itu kan? Tapi Lucas keburu pergi ngambilin obatku."
"Eh? Kenapa gak bilang?" Mark menampakkan raut terkejutnya. "Oh iya, kamu keburu ngilang."
"Aku gak ngilang pun, aku gak bakalan kasih tau kamu." Senyum Koeun kembali. Terasa lebih cerah dari sebelumnya.
"Kamu jahat." Mark kembali mendekap Koeun erat. "Tapi aku lebih jahat."
"Udah deh. Aku gak suka Mark yang gini." Koeun mencuri kecupan di rahang tegas Mark.
"Eiy... Berani ya?" Mark tersenyum lebar sambil menggoda Koeun.
"Kamu dari tadi cium-cium, masa aku gak boleh?" Koeun cemberut lucu yang membuat Mark gemas dengan keimutannya.
"Lucu banget sih? Baru sadar, masa." Mark mencubit gemas pipi Koeun.
"Ya kan kamu liatnya ke Arin terus."
"Soalnya..." Mark menarik tangan Koeun menuju dada kirinya. "Aku takut ini makin kenceng dan semua orang denger."
~
Lucas, dan yang lain jelas melihat bagaimana kembalinya tawa Koeun saat bersama Mark. Hanya Yerim yang menangis di sana. Dalam pelukan Jooe dan Arin, Yerim tak hentinya menangis.
"Yer," panggil Jun. "Jangan nangis." Tangan Jun mengsap air mata Yerim yang tak hentinya mengalir.
"Kalian tau, waktu Koeun baru sadar dari komanya," ucap Yerim sambil sesekali terisak pelan. "Dia cerita kalo dapet mimpi rambutnya kembali panjang dan jalan bareng ayah sama bundanya."
"Kita gak bisa apa-apa lagi. Kalian harus belajar ikhlasin Koeun." June hanya tersenyum dengan sayu sambil menepuk pelan pundak Hendery dan Lucas.
"Maafin semua kesalahan Koeun juga. Dia sangat butuh maaf kita semua," imbuh Lucas sambil menatap Koeun dan Mark di dalam sana.
"Sekarang kita siapin sesuatu yang di minta Mark, deh."
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Woy
Gua butuh komen gak cuma vote doangUntung project
Kalo gak paling juga gak gue lanjutin
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandelier [COMPLETE]
RomanceBacanya dari angka besar ke kecil ya... :))) Underneath this chandelier shall I confess Behind that wings of yours I praise In the face of the hourglass I cried that I love you ... It was all worthless