3

1.9K 234 8
                                    

Tak terasa sudah chapter 3..
Mueheheheheheh...

Kita buka untuk ganguro pencinta oppai ini. Mungkin kalian akan berfikir disini Aomine terlihat serius.
Tapi aku suka Ahomine yang sedikit serius ini..

Mari kita baca...

___***___

Aomine POV.

"Akashi apa yang kau lakukan. Dia bisa saja mati."

Kata dan pemandangan mengerikan itu berputar lagi dikepalaku. Entah kenapa itu mengganggu pikiranku akhir-akhir ini. Melihat kapten tim yang selama ini aku kagumi, dengan bringas memukuli orang sampai babak belur dan bersimbah darah. Padahal mangsanya sudah pingsan, tapi Akashi masih terus memukulinya. Apalagi melihat keadaan Tetsu yang sama mengenaskannya. Aku tak tahu apa yang mereka lakulan, lebih tak tahu lagi apa yang terjadi.

Aku mungkin orang yang tak sabaran. Selalu mengandalkan kepalan tangan daripada otak. Selalu menganggap diri sendiri orang paling kuat, berbakat, dan hebat. 'Yang bisa mengalahkan aku, hanyalah aku' itu motto hidupku. Tapi semua berubah ketika Tetsu berhasil mengalahkanku kemarin. Aku hancur saat pertama kali merasakan kekalahan, bahkan aku sampai menginap di rumah Kise selama 4 hari untuk menenangkan diri. Mungkin aku orang yang kuat, tapi aku juga butuh orang lain untuk sekedar berbagi.

Akashi adalah orang yang menyemangatiku kala itu. Dia kapten tim SMP Teiko yang arogan, menepuk pundakku ketika aku menangis. Tanpa berkata apapun, hanya tersenyum. Tapi entah kenapa aku merasa saat itu semangatku datang kembali. Seperti ada dorongan yang berkata aku masih bisa latihan lagi dan mengalahkan Tetsu di pertandingan lain nanti.

Tapi sekarang. Tetsu ada dirumah sakit, koma. Dengan luka tusukan yang cukup dalam diperutnya. Memang bukan luka fatal yang mengancam nyawanya, tapi dia kehilangan banyak darah. Dan Akashi, dia lebih parah. Dia diusir dari rumah karena kasus pembunuhan. Walau dia tidak dipenjara karena kekuasaan yang dimiliki Seijirou Grub. Tapi tetap saja, diusir secara tidak hormat dari rumah itu merupakan penghinaan terbesar untuk Akashi.

Dan kemarin. Ketika aku ingin menjenguk Teysu dirumah sakit. Aku melihat Akashi tertidur di sisi ranjang rumah sakit, dia menggenggam tangan Tetsu erat. Aku tak jadi masuk, dan diam mematung di depan kamar inap Tetsu. Ada sedikit rasa sakit di hati. Setelah susah payah merelakan bayanganku itu bermain basket bersama cahaya barunya Kagami Taiga. Dan sedikit lega karena sekarang Kagami di Amerika. Entah kenapa hati ini kembali merasa sakit ketika melihat tangan Akashi menggenggamnya. Rasanya jauh lebih sakit daripada dengan Kagami dulu.

"Dai-chan..." aku menurunkan tangan yang menutupi mataku. Mengerjap sedikit dan melihat siapa yang datang.

"Ada apa..??" Ucapku acuh.

"Harusnya aku yang bertanya. Ada apa denganmu? Membolos kelas lagi, dan malah tiduran disini." Ucapnya. Aku diam saja.

"Aku rindu Tetsu-kun. Aku juga rindu Akashi. Aku rindu kebersamaan kita." Dia menunduk, raut mukanya terlihat sedih. Tentu apa yang terjadi membuatnya sedih. Sebagai manajer tim Teiko yang sudah bersama selama 3 tahun. Dia tentu merasakan apa yang semua anggota tim rasakan.

Aku mendengus. Bukan kesal, tapi lemah. Kutatap Satsuki sebentar, kemudian menepuk pundaknya pelan.

"Semuanya akan baik-baik saja. Tetsu akan sadar, dan nanti kita tanyakan apa yang terjadi. Dan kau tahu, aku juga merindukannya." Ucapku pelan, sangat pelan di kalimat terakhir.

"Kau... tidak boleh. Tetsu itu milikku, kau tidak boleh berindukannya Ahomine." Ucap satsuki. Dia menepuk pundakku kasar sambil tertawa. "Sudahlah. Aku kembali kekelas. Kamu juga Dai-chan. Jangan terlalu memikirkan Tetsu-kun. Karena sekarang Akashi akan melindunginya." Ucap Satsuki sambil berlari.

Aku kembali tiduran. Menatap awan yang bergerak pelan. Aku dulu membuangnya ketika dia masih di Teiko, karena ego ku sendiri. Aku merasa kehilangan setelah tahu dia punya cahaya baru. Dan sekarang aku sangat menyesal karena tak bisa melindunginya.

Tetsu, bisakah kita kembali seperti dulu. Ketika kau ada disampingku, tertawa bersama. Aku merindukan Pass darimu, merindukan Toss yang selalu kita lakukan disetiap akhir pertandingan. Ahhh,, mungkin aku harus menyerah sekarang. Akashi bukan lawan yang mudah.

___***___

Bagaimana..???

Apakah karakter Ahomine disini bagus?
Aku ingin membuat serius Aoimine disini. Sama seperti saat dia kalah dengan Seirin.

Dia terlihat down, tanpa terlihat orang lain..

Ok..
Jangan lupa vote dan coment. Ditunggu juga kritik rasa baladonya..
Mueheheheheheheh...

See you next chapter....

BLUE SUNSETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang