16

957 123 8
                                    

Part 16,, yoshhhh,,

Ternyata udah lumayan panjang ya cerita ini...

Lanjjooootttt....

########

Author POV

Terlalu banyak tawa disana. Banyak keisengan yang terjadi. Jam masih menunjukkan pukul 3 sore, anggota tim Seirin tengah asyik memanggang daging. Momoi dan Riko memotong-motong sayuran. Mitobe dan Himuro membuat Onigiri. Dan yang lain asyik bercengkrama diselingi candaan ringan.

" Akashi, maafkan aku. Takao sakit. Aku tak bisa kesana sekarang nanodayo." Ucap seseorang diujung telepon kepada Akashi.

"Tak apa Shintaro. Sembuhkan dulu kekasihmu itu." Jawab Akashi pelan.

"Dia bukan kekasihku nanodayo." Nada suaranya tersengar sedikit kesal.

"Shintaro. Aku mengenalmu dari dulu, kau tak akan begitu perhatian pada seseorang jika kau tak menyukainya." Ucap Akashi lagi, setenang mungkin. Diujung telepon masih terdiam.

"Baiklah Akashi. Selamat bersenang-senang disana. Aku titip salam untuk semua nanodayo."

"Akui perasaanmu Shintaro. Sebelum Takao merasa jengah dengan sifatmu itu. Kau tahu, kesabaran seseorang mempunyai batas. Dan seseorang seceria Takao pasti banyak yang suka, jangan sampai kau terlambat." Ucap Akashi kemudian mematikan panggilan itu.

"Siapa Akashi kun?" Seseorang menghampiri Akashi dengan menggenggam minuman favouritenya.

"Shintaro. Dia tak bisa datang, Takao sakit, dan dia tengah merawatnya." Ucap Akashi sambil mengelus pucuk kepala pemuda itu. "Kuroko, bukankah kau sudah menghabiskan vanilla milkshakemu tadi?"

"Ummm, ini dari Senpai. Ada juga dari yang lain, aku masukkan ke kulkas. Mereka membawakanku banyak Akashi." Jawab kuroko, sambil menunduk.

"Kau terlalu banyak minum itu Kuroko. Apakah kau tahu, minuman itu membuat badanmu bau Vanilla." Ucap Akashi sambil mengendus leher Kuroko.

"Eeehhhhh, benarkah Akashi kun?" Ucap Kuroko sedikit kaget.

"Benar. Dan bibirmu juga akan menjadi manis, semanis Milkshake. Seumur hidup aku tak akan minum minuman itu." Ucap Akashi menarik pinggang Kuroko pelan. Kemudian meletakkan kepalanya di bahu Kuroko.

"Maaf, Akashi kun." Ucap Kuroko, mukanya tampak sedih dan sedikit rona merah dipipinya.

"Aku menyukainya Tetsu. Aku tak akan minum minuman itu, aku cukup mencium dan menciummu untuk merasakan minuman itu." Ucap Akashi sambil mencium bahu kuroko, membuat sebuah tanda disana. Siempunya bahu hanya diam, wajahnya terasa panas dan pipinya sangat merah sekarang.

"Uhnnn, Akashi kun. Nanti yang lain melihat." Jawab Kiroko sambil menarik kepala Akashi menjauh dari bahu dan lehernya.

"Semua orang ada dibelakang Tetsu. Tak akan ada yang kesini. Mereka tengah sibuk makan dan memasak. Jadi ijinkan aku merasakan mains Vanilla dari bibirmu." Ucap Akashi lagi, dan mendekatkan bibirnya ke bibir Kuroko.

Kuroko hanya pasrah, dan memejamkan mata. Jika Akashi sudah mau, maka mustahil baginya untuk menolak.

"Hei, bisakah kalian lakukan itu dikamar saja. Tolong hargai jomblo sepertiku." Ucap seorang berkulit gelap. Dia memegang kantong fi tangan kirinya, dan tangan kanannya tengah mengorek telinganya. Menatap Akashi dan Kuroko dengan tatapan jahil.

Seketika sebuah gunting melesat cepat melewati pipi pemuda perusak suasana itu. Melukai pipi mulusnya.

"Oi, Akashi apa yang kau lakukan?" Ucap pemuda itu sambil mengusap pipinya yang sedikit berdarah.

BLUE SUNSETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang