26

860 114 3
                                    

Author POV

Pemuda bersurai kuning itu berjalan dengan riang. Dia melangkah pelan sambil bersiul. Karena tingkah anehnya itu, orang yang ditemuinya sepanjang jalan menatapnya heran.

Pemuda itu sampai didepan sebuah rumah. Tanpa memencet bel atau mengetuk pintu dia membuka pintu rumah itu. Dan masuk keruang tengah, mencari seseorang. Dia tak sabar ingin bertemu Senpainya. 2 hari ini pemuda bersurai kuning itu disibukkan dengan agenda pemotretannya. Dia merindukan Senpainya.

Tapi yang ditemukannya adalah darah yang menetes dilantai. Darah itu mengotori lantai. Pemuda itu tercekat sebentar kemudian mengikuti tetesan darah itu. Dia menatap horor ketika menemukan tubuh yang berlumuran darah tersender di depan pintu kamar. Tangan kiri orang itu tersayat, sedangkan tangan kanannya memegang bingkai foto keluarganya.

"KASAMATSU SENPAI......."

##########

Kise POV

Aku menungguinya. Dadaku sakit, amat sangat sakit. Aku terlambat, aku datang terlambat. Bagaimana bila nyawa senpai tak selamat? Bagaimana jika dia kehilangan banyak darah? Apa yang harus aku lakukan? Aku tak ingin kehilangannya, sungguh.

Duduk dikursi tunggu. Kemudian berdiri dan berjalan kearah pintu ruang operasi, menengok kedalam sebentar. Berjalan lagi kekursi tunggu, aku merasa gelisah. Kemudian berjalan lagi kearah pintu ruang operasi, menengok kedalam sebentar. Kembali duduk. Melirik lampu didepan ruang operasi, berharap lampunya berubah warna menjadi hijau. Berjalan lagi kearah pintu ruang operasi. Sampai akhirnya enggan meninggalkan pintu ini. Aku memutuskan ubtuk duduk didepan pintu sambil memeluk lututku. Tubuhku bergetar, perasaan takut mulai menghantuiku.

~

Tepukan pelan pada pundakku membangunkanku. Rupanya aku tertidur didepan ruang operasi. Bukan dikursi tunggu, tapi didepan pintu.

"Operasinya sudah selesai. Luka yang diderita pasien tidak fatal. Walau cukup dalam, tapi kami telah menjahit beberapa bagian yang robek karena tertusuk. Pasien juga kehilangan banyak darah, tapi stok darah dirumah sakit ini cukup untuknya." Kata Dokter. Aku menghembuskan nafas lega.

"Apa Kasa Senpai sudah sadar-ssu?" Tanyaku.

"Belum. Pasien akan kami pindahkan keruang rawat inap. Mungkin besok pasien akan sadar, jika kondisinya membaik." Ucap Dokter itu lagi. Aku hanya mengangguk. "Kamu pahlawan untuknya. Jika terlambat sedikit saja, nyawanya dalam bahaya." Ucap Dokter itu lagi.

Kami menyingkir dari depan ruang operasi ketika ranjang tempat Kasa Senpai tidur didorong oleh perawat. Aku mengikutinya kearah ruang rawat inap.

"Apakah Senpaimu punya masalah berat?" Tanya Dokter itu lagi sambil memandangku. Aku mengangguk.

"Tak heran kalau begitu. Kami menemukan beberapa luka memar ditubuhnya. Tulang jari-jarinya retak, beberapa sayatan ditangannya. Dan yang paling fatal adalah luka yang menembus perutnya. Aku sempat berfikir pemuda ini ingin sekali mengakhiri hidupnya." Aku tertunduk lesu mendengarkan penjelasan Dokter. Sebegitukah hancurnya Kasamatsu Senpai.

"Tapi karena kau ada disini. Pasti Senpaimu ini adalah orang yang berarti untukmu." Ucap Dokter sambil tersenyum. "Jaga dia. Jangan biarkan dia melukai dirinya lagi." Aku menjawabnya dengan anggukan.

Aku menunggui Kasamatsu Senpai ketika perawat telah selesai memasang segala peralatan medis diruangan rawat inap ini. Dan sekarang kami hanya berdua. Aku mengenggam tangannya erat, aku tak mau kehilangan.

Aku mengelus kepalanya pelan. Entah apa yang kurasakan saat ini. Perasaan senang, sedih, khawatir, ketakutan, was-was, kecewa, semuanya berkumpul jadi satu. Aku senang melihat operasinya berhasil dan tak ada hal fatal terjadi, juga sedih dan khawatir melihat kondisinya saat ini. Aku juga takut, amat sangat takut dia meninggalkanku selamanya. Dan juga kecewa kenapa dia sampai melukai dirinya sendiri.

BLUE SUNSETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang