12

1K 125 4
                                    

Hyyyyuuuuhhhhh...

Sudah sampai chap 12...

Perjalanan masih panjang...

#####

Takao POV

"Aku tunggu besok. Berangkatlah pagi, kita harus membeli daging terlebih dahulu."

"Siap, Shin-chan.. 😉😉"

Aku rebahkan badanku. Kembali menatap layar HP yang tak lagi berkedip. Shin-chan memang seperti itu. Dia tak pernah kirim email jika itu tidak penting. Atau dia hanya akan menghubungiku jika itu perlu.

Selalu aku yang memulai semuanya. Ucapan selamat pagi, ucapan selamat malam, selamat makan, dan lain sebagainya. Dan jawaban dari semua email ku hanya "ya,," atau "sudah." Dia tak pernah berinisiatif untuk bertanya balik padaku.

Menyukai seorang tsundere itu menyusahkan.

######

Midorima POV

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Dan aku tengah menyantap sarapan. HP kuletakkan didekat piring, menunggu kapan Bakao itu akan datang.

Hari ini keberuntungan Cancer rendah. Aku harus menyiapkan lucky item ku. Sebuah boneka karate beruang. Aku punya beberapa simpanan boneka beruang.

Tapi aku tak menemukan boneka beruangku dengan kostum karate. Dimana aku meletakkannya? Sudahlah, yang penting boneka beruang. Atau nanti aku akan membelinya lagi ketika diperjalanan.

Waktu terus berjalan. Jam menunjukkan pukul 9.30 pagi. Dan kenapa Takao belum sampai disini. Biasanya dia sudah siap dari pagi. Dia bahkan tak mengucapkan selamat malam dan selamat pagi padaku. Kenapa dengan orang itu.

Aku putuskan untuk berjalan kerumahnya. Jarak rumah kami hanya 2 blok. Butuh waktu 15 menit sampai dirumahnya.

Takao tinggal dengan keluarganya, sedangkan aku tinggal sendiri. Aku membunyikan bel, dan seorang perempuan setengah baya membukakan pintu.

"Ohh,, Shin-chan. Teman takao... mari masuk nak." Perempuan itu tersenyum.

"Tak usah bu. Saya hanya menjemput Takao. Kami janjian ingin menjenguk teman." Jawabku.

"Waaahhhhh,, menyenangkan sekali ya, waktu liburan jalan-jalan dengan pacar." Ucapnya sambil tersenyum, aku kurang paham apa maksudnya. "Tapi sepertinya Takao tak bisa menemanimu. Tadi pagi dia bilang kepalanya pusing, dan badannya sedikit panas."

Mendengar penjelasan ibunya. Aku langsung pamitan, masuk kedalam rumah, dan menuju kamar Takao. Jangan tanya kenapa aku tahu kamarnya, dia hanya sering bercerita tentang keluarga dan keadaan rumahnya.

Aku membuka pintu. Nampak tubuh yang berguling didalam selimut, tubuhnya terbungkus sempurna oleh selimut, hanya terlihat sedikit surai hitamnya.

Aku berjalan mendekat. Ku tatap wajah itu. Wajah itu memerah, terasa panas ketika aku menyentuh dahinya. Aku diam sejenak, memperhatikan wajah yang masih tertidur itu. Kemudian berjalan kedapur, mengambil air dingin untuk mengompres.

"Shin-chan... " lihat, bakao ini masih saja mengigau ketika tidur. Dan entah kenapa namaku yang dipanggilnya. Aku mengganti kain untuk kompres. Sudah hampir 1 jam aku menungguinya, suhu badannya sudah sedikit turun. Tapi dia masih lemah tertidur. Aku harus memberikannya obat.

"Takao.." ucapku sambil menguncangkan tubuhnya pelan. Tapi mata itu belum juga terbuka. Aku sedikit lebih keras mengguncang badannya. Takao mulai merasa terusik dan membuka matanya.

"Shin-chan...!!!" Ucapnya setengah berteriak. "Jam berapa sekarang? Gomen Shin-chan harusnya aku menjemputmu tadi pagi. Sekarang aku akan bersiap-siap kita berangkat ke tempat Kuroko." Takao berusaha bangun. Tapi kutahan tangannya.

"Bakao. Kamu sedang sakit. Istirahat saja. Ini masih jam 11. Aku akan telepon Akashi kita tak jadi kesana. Untuk sekarang sembuhlah dulu." Ucapku. Kulihat wajah Takao kembali memerah. Aku menempel kan dahiku di dahinya, mengecek suhu badannya. Suhu badannya normal, hanya sedikit lebih hangat dariku. Lalu kenapa wajahnya memerah?

#####

Author POV

Wajah Takao memerah. Perasaan hangat merayapi dadanya. Dia bersyukur bisa sakit untuk sekarang.

"Bakao,, bagaimana kau bisa sakit?" Tanya Mido sambil mengambil semangkuk bubur yang dimasakkan ibu Takao.

" Kemarin, sepulang dari mengantarkanmu. Aku mampir ke supermarket. Dan kehujanan saat pulang, malas menunggu sendiri di sana. Jadi aku pulang tanpa menunggu hujan reda. Dan pagi ini entah kenapa kepalaku terasa berat." Jawabnya sambil memakan bubur yang disuap oleh Mido.

"Kau seharusnya sedikit bersabar, Bakao. Kau sampai lupa mengirim pesan selamat malam dan selamat pagi padaku." Ucap Mido, masih sambil menyuapi Takao.

"Apa kau merindukan email dariku, Shin-chan?" Ucap takao sambil tersenyum. Wajah Mido memerah seketika. "Shin-chan, wajahmu merah. Apa kau tertular? Jangan dekat-dekat denganku, nanti kamu sakit juga."

"Bodoh. Aku tidak selemah dirimu. Yang hanya kehujanan sedikit langsung sakit." Ucap Mido sambil membenarkan kaca matanya.

"Baiklah. " ucap Takao, tangannya melingkar cantik dipinggang Mido. "Kalau begitu, sekalian kupeluk saja. Kamu tak akan tertular kan?" Ucap Takao sambil tertawa.

"Minggir Bakao. Minum obat dulu." Ucap Midorima, sambil mengambil obat diatas nakas. Dan masih dipeluk Takao.

"Ngak. Aku ngak mau minum obat. Pahit Shin-chan." Ucap takao. Melepaskan pelukannya dan menutup mulutnya.

Midorima hanya menatap diam. Takao masih menutup mulut sambil menggelengkan kepalanya. Midorima mengambil botol air memasukkan obat itu kedalam mulutnya, menarik kembali Takao ke pelukannya, dan meminumkan obat itu langsung dari mulutnya. Mereka berciuman secara singkat.

Setelah yakin Takao telah menelan obat itu, Midorima melepaskan ciumannya. Ada sedikit rasa aneh didadanya, perasaan nyaman ketika tangannya memeluk pinggang ramping takao. Ada rasa sayang ketika bibirnya bertemu dengan bibir hangat Takao. Dan mungkin mulai tumbuh perasaan yang selama ini tak ingin diakuinya.

Sedang Takao, wajahnya memerah. Dia kembali tertidur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia harus bisa mengendalikan gemuruh didadanya. Dicium oleh Midorima adalah salah satu dari impiannya. Dan dia sangat malu. Mata Takao yang dari tadi terpejam menahan malu, sekarang terbuka lebar ketika merasakan tangan Midorima memeluknya erat, mereka rebahan sekarang. Dengan posisi Takao membelakangi Midorima, dan Midorima memeluk Takao dari belakang. Midorima mengelus kepala Takao pelan.

"Tidurlah, kita akan memberi selamat pada Kuroko nanti, atau besok saja. Untuk sekarang sembuhlah dulu." Midorima mengecup pelan belakang kepala Takao. "Oyasumi..."

#######

Midotaka shipperrr.....

Berlayarlah kapalku...

Couple paling aku sayang.. 😍😍😍
Jumpa lagi di chap selanjutnya..

Vote dan coment'a ditunggu...

See you next chapter...

BLUE SUNSETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang