13

999 114 5
                                    

Hai Minna.... adakah yang kangen dengan cerita ini...???

Sampai dimana kita..??

#####

Author POV

Lelaki bertubuh gelap itu memandang nanar atap kamarnya. Tangannya mengepal erat. Melintas bayangan seorang bersurai biru muda didepannya.

#####

Aomine POV

"Selamat pagi aomine-kun" suara itu kambali terngiang dikepalaku. Aku kembali merutuki diri sendiri. Kenapa dulu tega meninggalkan seseorang yang sudah berkorban begitu banyak untukku? Kenapa dulu mencampakkan orang yang amat sangat mencintaiku? Bahkan tak mendengarkan pernyataan suka dari orang itu.

"Ting..." sesaat suara HP membuyarkan lamunanku.

"Aomine-cchi besok ketempat Akashi denganku ya." Kise selalu saja menggangguku.

" Tidak usah. Aku berangkat dengan Satsuki. Terlalu merepotkan jika kau harus menjemputku dulu." Aku enggan menanggapi makhluk kuning tak berguna itu.

"Aku tak masalah menjemputmu osu." Lihat, dia masih saja bersikukuh.

"Kubilang tak usah. Aku dengan Satsuki saja. Baka kise." Enggan menanggapi makhluk berisik itu. Aku mematikan HP. Beberapa hari ini Kise sering menggangguku. Sejak ucapannya malam itu. Tanpa sadar aku jadi menghindarinya. Apa maksudnya bilang suka padaku, tapi setiap hari selalu saja membicarakan Kuroko. Orang buta sekalipun tahu kalau Kise menyukai kuroko. Dan dengan bodohnya dia bilang menyukaiku. Walaupun semua orang bilang aku bodoh, aku tak akan tertipu oleh makhluk kuning menyebalkan dan berisik itu.

Aku putuskan untuk tidur saja. Besok bangun pagi untuk bersiap-siap kerumah baru Akashi. Mungkin terasa sangat menyakitkan melihat Kuroko tersenyum untuk orang lain. Tapi akan lebih menakutkan jika aku tak datang dan mendapat lemparan gunting Akashi.

#####

Aomine POV

Jam menunjukkan pukul 9 ketika aku membuka mata. Aku kekamar mandi sebentar, berganti pakaian, dan bersiap. Aku akan mampir supermarket dulu membeli daging dan sayuran, baru pergi kerumah Akashi.

Di supermarket, aku menemukan majalah dengan Kise sebagai covernya. Mukanya terlihat tenang, tatapan matanya terlihat tajam. Sangat berbeda ketika dia kersamaku, yang dia tunjukkan didepanku hanya kekonyolannya.

Lama aku memegang majalah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama aku memegang majalah ini. Memandang sedikit lebih lama foto Kise yang tengah berpose dalam beberapa pakaian. Dia sedikit lebih menarik.

"Apa kau ingin membeli majalah itu?" Tanya seorang pelayan kepadaku.

"Tidak." Jawabku pelan dan berjalan meninggalkan pelayan itu. Lebih baik menabung untuk membeli majalah Mai-chan dari pada membeli majalah kise bodoh itu.

Keluar dari supermarket. Aku berjalan kearah halte bis, perjalanan akan terasa panjang. Dan aku sendirian. Satsuki bilang akan berangkat bersama Aida, hubungan mereka membaik akhir-akhir ini. Entahlah.

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Aku turun dari bis, masih harus berjalan sekitar 20 menit lagi baru sampai ke rumah Akashi, atau apartemen kagami dulu.

Ketika sampai. Aku terdiam, genggaman tanganku terlepas, aku menjatuhkan daging yang kupegang erat dari tadi.

Disana, di beranda apartemen itu. Akashi tengah memeluk Kuroko erat, bibir mereka berpagutan. Mereka tak memperhatikan sekitar sampai tak sadar akan kehadiranku. Hatiku sakit, amat sangat sakit. Ingin aku berlari kesana dan memisahkan mereka. Memeluk kuroko untukku seorang, mencintainya seperti dulu dia mencintaiku.

Sesaat kemudian ciuman mereka berakhir. Dan ketika melihat senyuman yang merekah dari bibir kuroko, melihat semburat merah yang manis di pipinya, melihat tatapan mata tulus menatap Akashi. Aku sadar, hati Kuroko bukan untukku lagi. Hati itu berjalan menjauh, seiring dengan umpatan dan kekasaranku dulu.

Dan sekarang, yang bisa kulakukan hanya pasrah. Pasrah menerima hubungan mereka. Aku harus membuat Kuroko lebih bahagia, dan kebahagiaannya sekarang adalah Akashi. Aku tak ingin egois dan memaksanya bersamaku. Setidaknya aku mencintai kebahagiaannya, walau itu artinya aku harus melepaskannya.

######

Author POV

Pemuda berkulit gelap itu duduk sendiri, menyesap vanilla milkshake itu dalam diam. Sedetik kemudian air matanya mengalir, seiring dengan minuman yang habis. Dia meletakkan gelas kosong itu, menengadah sebentar. Menutup mata, dan menghembuskan nafas panjang. Dia mengusap kasar wajahnya.

Setelah mengatur nafas dan rasa sakit yang ada di dalam hatinya. Pemuda bersurai biru gelap dan tatapan mata setajam malam itu berdiri, keluar dari Magi Burger, memantapkan hati, dan berjalan kearah apartemen Akashi.

Mungkin hatinya telah ikhlas  menerima seseorang yang dia cintai, berbahagia dengan orang lain.

Seiring langkah kakinya berjalan menjauh dari Magi Burger, seiring air matanya yang mengering, dan bersama dengan hati yang berusaha dia tata kembali. Pemuda itu tersenyum, seakan sebuah beban berat di pundaknya terangkat.

"Aku hanya perlu minta maaf padanya. Aku akan melepaskannya, dan jatuh hati pada orang lain yang tulus dan sabar mencintaiku."  Gumam pemuda itu pelan. Senyuman masih terlukis indah dibibirnya.

######

Gomen,, gomen,,, Aomine masih tersakiti...

Entah kapan dia akan berbahagia,, tunggu saja kelanjutannya..

Ditunggu votenya, satu vote dari kamu buat aku semangat nulis kelanjutan cerita ini...

See you next chapter...
Bye- bye....

BLUE SUNSETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang