"Hmmm...." Saiki menatap jemarinya yang ramping dan panjang dengan intens. Dan membalik-baliknya beberapa kali.
"Kamu sedang apa Saiki?" Tanya Keita saat memasuki kamar dan mendapati kekasih tercintanya sedang memperhatikan jemarinya seakan itu adalah jemari yang paling indah. Tapi bagi Keita jemari-jemari itu memang sangat indah.
"Keita, kira-kira jari mana yang cocok untuk dipakaikan cincin?" Tanya Saiki sambil menoleh pada Keita yang memandangnya heran.
"Cincin? Kamu mau beli cincin?" Tanya Keita dan meneguk cola kaleng yang dingin.
"Keitaaa... cincin pernikahan kitaa.." kata Saiki sambil mengguncang pelan bahu Keita.
"Buh!!" Cola yang diteguk Keita menyembur dan membasahi bibir dan hidungnya. Dan wajah Saiki.
"Astaga, Saiki. Jangan bercanda saat aku sedang minum."
"Padahal aku suka begini pada Louis, sekarang aku kena batunya." Batin Saiki sambil mengusap wajahnya.
"Aku tidak bercanda, Keita. Aku ingin menikah denganmu." Kata Saiki sambil mencengkeram pelan kerah kemeja Keita.
Keita tersenyum dan mengecup bibir Saiki lembut dan menyengir. "Kamu bau cola."
"Kamu juga. Eh? Keitaaa, jangan alihkan pembicaraan." Saiki mengguncang-guncang bahu Keita yang tertawa.
"Aku tidak pernah tau ada pengantin sesemangat ini."
Saiki menatap Keita dan mengusap pipi Keita dengan lembut. "Keita... aku serius..."
"Aku tau sayangku, aku hanya tidak tau bagaimana cara menjawabnya sekarang, kalau kamu tanya hatiku. Dipikiranku sekarang adalah menikahimu, melanjutkan hidup dan masa depanku bersamamu. Menggantungkan harapan dan impianku padamu. Tapi aku harus mempersiapkan diriku dan hatiku. Pernikahan adalah hal yang sakral, pilihan hatiku tentu saja kamu, tapi Saiki. Aku tidak tau ke depannya akan bagaimana. Bisa saja kamu menjadi straight lagi dan melupakan aku..."
Saiki cemberut dan mendorong Keita dengan pelan. "Jangan bercanda, tidak akan semudah itu aku melupakanmu. Memang hatiku sangat cepat mencintaimu, tapi butuh waktu sampai aku mati baru rasa itu hilang. Tidak. Bahkan setelah aku mati pun, kalau aku tidak rela, aku akan menghantuimu, dan aku akan menyingkirkan siapa saja yang ingin memilikimu. Sampai kamu tua dan akhir hayatmu kamu hanya akan mengingat diriku. Aku tau itu egois, tapi mau bagaimana lagi. Kamu sudah membuatku tergila-gila. Aku tidak akan rela menyerahkanmu pada siapapun." Saiki mendekatkan hidungnya pada hidung Keita.
"Karena itu, aku ingin memiliki ikatan denganmu. Secepatnya. Ikatan yang hanya bisa diputus oleh kematian."
Keita menatap Saiki dengan mata berkaca-kaca dan memeluk Saiki lembut. "Saiki... kamu yang membuatku terus tergila-gila padamu... kalau kamu bicara seperti ini... kamu hanya membuat perasaanku semakin tidak terbendung. Aku tidak akan bisa hidup tanpamu Saiki."
"Aku juga Keita... kamu tau... aku lebih baik mati atau lupa ingatan daripada berpisah denganmu. Aku tidak akan bisa membayangkan bagaimana sakitnya kehilanganmu."
"Tidak... kamu tidak akan kehilangan diriku... jangan bicara begitu..."
"Yakinkan hatimu Keita... aku sudah sangat yakin, hanya kamu yang bisa menjadi pasangan seumur hidup dan matiku..."
"Saiki..." Keita mengecup bibir Saiki dengan air mata mengalir di pipinya. Dia tidak bisa menjawab karena keraguan besar di hatinya pada keluarganya. Dia tidak pernah memikirkan sejauh ini. Harusnya dia lebih bijak dalam memilih bagaimana dia menjalani hidup. Bukannya Keita menyesal telah jatuh hati pada Saiki dan menjalani hidup bersama laki-laki. Masalahnya lebih rumit dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Two of Us (Yaoi) [Completed]
Любовные романыSaiki dan Keita mulai tinggal bersama di apartemen yang Saiki tempati. Saiki sering mencandai Keita kapan menikah sejak mendapat kabar Reishi dan Louis yang sudah menikah di Amerika. Kehidupan mereka berjalan dengan baik dan bahagia. Namun semuanya...