Reishi dan Louise menoleh pada bunyi bel yang heboh. Mereka berjalan cepat ke pintu dan Louise membukanya dengan heran.
"Rui!" Saiki langsung memeluk Louise saat pintu terbuka. Dan menangis di dada Louise sampai susah bernafas.
"Astaga, Sai? Ada apa?" Louise kaget sambil memegang dagu Saiki mencoba melihat wajah Saiki.
Namun Saiki tidak bisa menjawab dan menyembunyikan kembali wajahnya di dada Louise.
"Ayo bawa ke dalam, aku akan buatkan teh hangat." Kata Reishi.
Louise mengangguk dan membawa Saiki yang masih memeluknya masuk rumah dan menutup pintu.
"Ayo duduk dulu..." Louise membawa Saiki duduk.
Saiki menunduk sambil terisak. Reishi duduk di depannya dan memperhatikan Saiki. Kemudian melirik Louise sambil bibirnya menyebutkan "Keita kah?"
"Mungkin." Bibir Louise juga menjawab tanpa suara.
"Maaf... hanya pada kalian... aku bisa mengadu..." kata Saiki di sela isaknya.
"Ada apa Sai? Aku khawatir padamu. Lihat, kamu bahkan tidak pakai jaket. Ini kan masih musim semi." Kata Louise mengusap lengan Saiki yang dingin. Reishi sudah membawa selimut dan menyelimuti Saiki.
Saiki mulai menceritakan semuanya dengan susah payah menahan tangis. Louise dan Reishi saling pandang dengan kaget dan bingung.
Lalu Saiki mengepalkan tangan dan memukul pahanya. "Kenapa dia tidak bertanya padaku dulu?? Kenapa dia memutuskan semuanya sendiri? Memang dia pulang untuk menolak, tapi, tapi kenapa dia tidak bertanya padaku? Apa dia tidak ingin tau bagaimana perasaanku? Apa aku akan mengizinkannya pergi? Apa aku akan baik-baik saja kalau dia pergi? Apa dia tau bagaimana diriku saat jauh darinya? Bagaimana perasaanku saat dia pergi untuk menolak Omiai itu? Apa dia tau hancurnya hatiku saat kakaknya datang dan mengatakan soal Omiai itu dan dia tau aku kekasihnya? Apa yang dia pikirkan saat mengatakan aku sahabatnya pada kakaknya? Hatiku sakit sekali, apa benar dia mencintaiku? Aku mulai ragu dengan hubungan ini. Aku ingin mengenalkan dia pada Tou-chan sebagai kekasihku. Tapi aku harus berpura-pura menjadi sahabatnya, aku... sakit... Rui... rasanya sakit..." Saiki membungkuk sambil meremas dadanya. Air matanya tak berhenti berjatuhan ke kakinya.
"Sai, Sai, tenang... tenang... jangan kamu pikirkan itu dulu, tenangkan dirimu... Keita memang salah, tapi jangan begini... aku sangat sedih melihatmu begini. Ayo tenangkan dirimu. Tutup matamu dan tarik nafasmu perlahan dan dalam... ayo..." Louise memeluk bahu Saiki membawa Saiki duduk tegak dan mengusap-usap punggung Saiki dengan lembut.
Saiki mencoba menarik nafasnya dengan dalam dan perlahan. Menutup matanya sambil menggenggam jemari Louise. Usapan Louise di punggungnya mulai menenangkannya. Saiki membuka matanya dan menghembuskan nafas panjang.
"Aku tidak bisa bernafas dari hidung." Kata Saiki mengambil tisu untuk mengosongkan hidungnya.
Reishi dan Louise hampir saja tertawa. Kenapa laki-laki ini selalu saja konyol walau keadaannya sedang krisis begitu.
Saiki menyandarkan kepalanya di dada Louise. "Maaf Senpai, hanya sampai aku tidur. Kepalaku sangat sakit."
Reishi tersenyum. "Tidak masalah, yang penting sekarang dirimu Saiki-kun."
Saiki tersenyum tipis dan menutup matanya. Louise mengusap pelan rambut Saiki. Mungkin lebih baik dia tidur agar saat bangun nanti perasaannya menjadi lebih baik.
###
"Saiki..." panggil Keita pelan.
Saiki membuka mata dan menatap Keita tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Two of Us (Yaoi) [Completed]
RomanceSaiki dan Keita mulai tinggal bersama di apartemen yang Saiki tempati. Saiki sering mencandai Keita kapan menikah sejak mendapat kabar Reishi dan Louis yang sudah menikah di Amerika. Kehidupan mereka berjalan dengan baik dan bahagia. Namun semuanya...