"Sacchan, maaf tadi agak lama, aku- eh? Sacchan?" Masaki kaget melihat kamar yang kosong.
"Uwaaah, kemana dia?" Masaki langsung lari keluar dengan panik.
"Otou-san?" Panggil Louise yang sedang berjalan ke arah ruangan Saiki saat Masaki keluar ruangan.
"Oh, Louise-kun, Sacchan kemana?"
"Ah, tadi waktu kesini, aku melihat dia sudah dibawa dokter yang kemarin." Jawab Louise.
Masaki menganga dan langsung berbalik. "Maaf, aku ke sana dulu ya!" Masaki berlari cepat dari sana.
"Kalau seperti itu, Otou-san mirip sekali dengan Sai." Kata Louise tersenyum dan berjalan menuju ruang perawatan Keita yang lumayan jauh dari sana. Dia rencananya mau meletakkan minuman untuk Saiki, tapi mengurungkannya. Berpikir nanti saja kembali ke tempat Saiki.
"Gawat, panas sekali." Kata Reishi sambil mengompres Keita yang wajahnya merah dan bernafas terengah. Dia tidak sadarkan diri dan bergerak sedikit dengan gelisah.
"Reishi, eh? Senpai kenapa? Kemarin dia sudah segar kan?" Tanya Louise berjalan cepat mendekati Keita yang terlihat sangat kesakitan.
"Louise... aku menyesal karena selama kita hanya fokus pada Saiki-kun saja, tanpa tau apa yang dihadapi Kei selama ini. Dia sudah sampai batasnya. Tanpa sadar dia menyiksa dirinya sendiri, Kei demam tinggi sampai tidak sadarkan diri. Astaga... kasihan sekali Kei, Louise..." kata Reishi dengan mata berkaca-kaca.
"Sai...ki... Sai... ukh... ai...aita...katt... uhuk! Uhuk..." Keita menggigau sampai terbatuk.
"Kei? Astaga, dia menggigau..." kata Reishi sambil mengusap keringat Keita yang mengaliri dahi dan pipinya.
"Reishi, bagaimana kalau kita hubungi keluarganya, agar dia tidak merasa sendiri, kita saja tidak cukup." Kata Louise mengambil kain kompres dan membasahinya dengan air dingin dan meletakkannya kembali di dahi Keita.
"Dia sudah minum obat?" Tanya Louise sambil mengusap kaki Keita yang dingin.
"Dia tidak bisa menelannya, sudah kuhancurkan juga dikeluarkannya." Kata Reishi.
Louise mengigit bibirnya berpikir dan menatap Reishi. "Kamu mau meminumkannya?"
"Hah?" Reishi menoleh kaget pada Louise.
"Ini darurat, dia tidak ada obat suntik kan? Hanya ada obat makan, kamu bisa?"
Reishi menganga menatap Louise. Louise tersenyum dan mengambil obat Keita dan membukanya. "Karena kalau dihancurkan pasti pahit sekali, kamu bisa masukkan secara utuh saja. Di sini juga ada kapsul."
"Louise... kamu serius?" Tanya Reishi menahan tangan Louise.
"Kalau begitu aku saja?" Tanya Louise.
Reishi menggaruk kepalanya dan mengambil 4 macam obat yang berbentuk kapsul dan kaplet. "Baiklah. Demi kesembuhan Kei."
Reishi meminum air dan memasukkan obat pertama ke dalam mulutnya dan dengan cepat membuka mulut Keita dan menempelkan bibirnya kemudian memasukkan obat itu sekalian airnya. Memastikan obat itu tertelan oleh Keita tanpa tersedak, Reishi masih menempelkan bibirnya.
"Ah, dia bisa menelannya." Kata Reishi sambil mengusap bibirnya.
Louise yang memperhatikan agak merasa aneh namun menghiraukannya karena ini ide dia dan Keita bisa lebih parah kalau tidak meminum obatnya.
Saat obat yang terakhir, obat kapsul itu terselip dan Reishi panik. Terpaksa memakai lidahnya agar obat itu bisa meluncur ke tenggorokan Keita.
"Kalau Saiki-kun melihat, apa yang ada di pikirannya ya?" Tanya Reishi dalam hati sambil berdiri lurus sambil mengusap bibirnya dan menatap Keita. Air yang Reishi alirkan mengalir sedikit melalui dagu Keita.
![](https://img.wattpad.com/cover/162625778-288-k560833.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Two of Us (Yaoi) [Completed]
RomanceSaiki dan Keita mulai tinggal bersama di apartemen yang Saiki tempati. Saiki sering mencandai Keita kapan menikah sejak mendapat kabar Reishi dan Louis yang sudah menikah di Amerika. Kehidupan mereka berjalan dengan baik dan bahagia. Namun semuanya...