"Saiki-kun!" terdengar suara yang familiar memanggil Saiki yang sedang berkeliling mencari Keita di rumah sakit kampus. Saiki mencari arah suara dan terrsenyum semangat saat melihat Issei berjalan cepat ke arahnya.
"Sensei!" seru Saiki sambil berjalan juga ke arah Issei.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Issei yang tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya bisa bertemu Saiki.
"Sudah jauh lebih baik, Sensei lihat? bicaraku sudah lancar, hanya aku belum bisa berlari untuk main basket." jawab Saiki.
"Tidak apa, kamu coba saja latihan lari tapi jangan dipaksakan ya? soalnya, dengan keadaan sekarang, kadang-kadang mungkin kakimu akan terhenti saat bergerak cepat. Tapi bukan berarti kamu tidak bisa bermain basket lagi. Kamu perlu melatihnya lebih ekstra."
"Iya, aku juga susah mengingat. Jadi aku selalu bawa buku catatan kecil. Ponselku saja aku lupa aku letakkan di mana tadi." kata Saiki sambil tertawa.
Issei menatap Saiki sendu namun berusaha tersenyum. "Letakkan saja ponselmu di dekat ponsel Keita-kun saat di rumah, jadi kamu tidak kesusahan mencarinya karena Keita pasti akan membawakan ponselmu juga."
"Wah, ide bagus, Sensei. Biasanya ponselku memang sering ketinggalan di rumah. Oh ya, Sensei kenapa ada di sini?"
"Ada perlu sebentar dengan dokter di sini, Keita-kun BSL di sini ya?"
"Iya, aku sedang mencari dia karena aku lupa di mana bagian Neurologi."
"Kalau begitu ayo ke sana? aku temani."
"Eh? Urusan Sensei bagaimana?"
"Sudah selesai, setelah itu aku kembali ke rumah sakit. Ayo."
Saiki mengangguk dan mengiringi langkah Issei. "Sensei, boleh aku bertanya?"
"Ya, tentu saja."
"Tapi Sensei harus jawab jujur ya?"
Issei menoleh pada Saiki. Bisa menebak apa yang akan dia tanyakan. "Baiklah, kamu ingin bertanya apa?"
"Apa... aku tidak bisa kembali seperti sebelum kecelakaan?"
Issei menatap Saiki dan tersenyum. "Bisa, memang butuh proses. Tapi kalau kamu bersabar, pasti bisa."
"Soal daya ingatku?"
"Ada caranya, aku mungkin belum memberi tahu semuanya padamu sebelum terapimu selesai, kalau kamu tidak keberatan, kamu bisa telpon atau temui aku dan katakan apa saja masalah yang kamu alami, aku juga akan memberikan cara-cara agar daya ingatanmu bisa berkembang lebih baik, begitu juga dengan kakimu."
"Benarkah? Eh tapi... berapa aku harus membayar?"
"Tidak, aku tidak meminta bayaran, hahaha." Issei tertawa karena Saiki menatapnya bingung dan terlihat lucu sekali.
"Aku ingin membantumu, jadi jangan bicarakan soal bayaran. Kalau misalnya kamu mau, akan kuberikan nomor teleponku sekarang."
"Nomor telepon Sensei ada padaku. Yang kemarin."
"Bukan, itu khusus untuk di rumah sakit, ini nomor pribadiku, kamu bisa hubungi aku kapan saja, bahkan hari libur."
"Apa tidak menganggu Sensei?"
"Aku yang bersedia, kenapa harus terganggu?"
"Benarkah?"
"Iyaa, ayo mana ponselnya biar aku simpan."
Saiki mengeluarkan ponsel dan memberikannya pada Issei. Issei dengan cepat menyimpan nomornya di sana dan menatap Saiki sambil menyerahkan ponsel itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Two of Us (Yaoi) [Completed]
RomansaSaiki dan Keita mulai tinggal bersama di apartemen yang Saiki tempati. Saiki sering mencandai Keita kapan menikah sejak mendapat kabar Reishi dan Louis yang sudah menikah di Amerika. Kehidupan mereka berjalan dengan baik dan bahagia. Namun semuanya...