Chapter 12

2K 191 18
                                    

"Kamu demam? sekarang sudah tidak apa?" tanya Keita saat ke rumah sakit. Keita mengusap dahi Saiki dan menghela nafas lega karena suhu tubuh Saiki normal.

"Jangan khawatir, kalau Issei-sensei tidak ada, mungkin demamku belum turun." jawab Saiki di tulisannya.

"Issei-Sensei?" tanya Keita dalam hati. Kemudian dia memeluk Saiki dengan hati iba.

"Maafkan aku tidak ada bersamamu saat kamu membutuhkanku. Harusnya aku yang merawatmu." ucap Keita pelan.

Saiki membalas pelukan Keita dengan lembut. Dia tidak mengerti kalau Keita merasa iba dan juga cemburu. 

"Bagaimana caranya? aku harusnya di sini, tinggal di sini menjaganya, tapi Ayahku juga di rumah, dan Ayah Saiki ada di sini. Aku tau kalau Issei-Sensei tertarik pada Saiki... aku sampai tidak fokus dengan BSL-ku." batin Keita dan menoleh ke pintu karena Issei memasuki ruangan.

"Ah, maaf. Aku menganggu, aku hanya ingin menyampaikan sebentar lagi kita terapi." kata Issei sambil tersenyum.

Keita masih memeluk Saiki yang bergerak ingin melihat Issei. "Aku akan mengantar Saiki ke sana."

Saiki tersenyum pada Issei dan mengangguk. Issei juga tersenyum pada Saiki kemudian membungkuk pelan. "Aku akan menunggu di ruangan." Kemudian dia pergi.

Keita menghela nafas lagi dan melirik Saiki yang memandangnya. "Saiki... nanti aku akan menginap di sini ya?"

Saiki mengangguk sambil tertawa dan menulis. "Senang sekali kamu akhirnya akan menginap di sini."

Keita tersenyum sambil mengusap rambut Saiki. "Tapi maaf ya tidak bisa setiap hari, aku berharap kamu bisa pulang secepatnya, jadi setiap hari, setiap malam aku ada bersamamu."

Saiki tersenyum sambil mengusap pipi Keita. "Aku juga ingin secepatnya pulang. Di sini sudah membosankan." batin Saiki.

"Apa yang dia pikirkan ya? ah aku rindu sekali bicara dengannya." batin Keita menatapi mata Saiki yang tak lepas memandangnya.

"Dia masih memandangku seperti sebelumnya..." batin Keita dan menarik kursi roda mendekati ranjang.

"Ayo kita pergi terapi, akan aku bantu." Keita menarik pelan tangan Saiki membantunya berdiri. Kemudian membimbing Saiki berjalan ke kursi roda dan duduk.

"Sepertinya Saiki sudah tidak susah menggerakkan kakinya. Syukurlah." batin Keita memandang Saiki yang juga menatapnya.

Keita hampir ingin menciumnya namun menahan diri karena Issei tidak menutup pintu saat pergi. Kalau ada perawat yang masuk hanya akan membuat canggung saja.

Keita mendorong kursi roda membawa Saiki ke ruangan terapi. Di sana Issei menunggu sambil mempersiapkan apa saja yang diperlukan Saiki.

"Saiki-kun, ayo coba berdiri sendiri ya?" Kata Issei sambil berjalan mendekati Saiki.

Saiki mengangguk dan mencoba menapakkan kaki kanan dan kirinya. Setelah merasa yakin dia mulai mengangkat tubuhnya dengan pelan dengan tangan bertumpu pada kursi roda yang ditahan dengan kuat oleh Keita.

Saiki berhasil berdiri dan Issei menunggu sampai berapa lama Saiki berdiri dengan kuat tanpa bantuan apapun.

Sekitar 5 menit Saiki masih berdiri dengan mantap. Issei tak menyangka perubahannya akan secepat ini. Issei tersenyum sambil menyentuh lengan Saiki.

"Bagus, kamu sudah bisa berdiri dengan kuat. Sekarang kita coba untuk berjalan tanpa bantuan. Keita-kun berdiri di sampingnya ya?" Kata Issei menoleh pada Keita yang memandangnya menyelidik.

"Ah, iya." Keita berjalan ke samping Saiki dan menunggu aba-aba dari Issei.

"Nah, Saiki-Kun, coba gerakkan kaki kananmu perlahan seperti biasa, bedanya sekarang kamu tidak bertumpu."

Just Two of Us (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang