"Sai..." panggil Louise mendekati Saiki yang termenung menatap jendela.
Saiki menoleh lemah ke arah Louise. Matanya bengkak dan bibirnya pucat. Semalaman dia tidak tidur karena tidak bisa menghubungi Keita. Harusnya dia sudah pulang. Tapi ponselnya malah mati dan dia belum pulang. Saiki yakin dia belum pulang karena kalau sudah pulang, Keita pasti mencarinya ke sini.
"Ini rasanya yah? Saat kamu tidak tidur dan bahkan tidak makan karena berjauhan dengan Senpai waktu di Osaka. Aku bahkan sekarang tidak tau kabarnya. Tidak bisa meneleponnya." Kata Saiki gemetar sambil menempelkan dahinya ke kaca jendela.
"Sai, aku tau kamu khawatir, tapi aku mohon, jangan menyiksa dirimu. Reishi sudah membuatkan sarapan. Kamu makan ya?" Pinta Louise menarik tangan Saiki.
"Tidak ada selera... aku tidak tau bagaimana kabar Keita sekarang..." jawab Saiki menahan tangannya lemah dengan suara teredam.
Louise menoleh keluar kamar saat terdengar bunyi bel. Dia melihat Reishi berjalan cepat melintasi kamar menuju pintu. Dan kemudian kembali lagi dan memasuki kamar.
"Saiki-kun, ada yang ingin bertemu denganmu." Kata Reishi.
"Siapa?" Tanya Saiki menoleh ke belakang.
"Kakaknya Keita."
Saiki berjalan cepat keluar kamar dan mendapat Shota berdiri di pintu.
"Kamu tidak mengajaknya masuk?" Tanya Louise pada Reishi yang menggeleng.
"Dia tidak mau, dia kelihatan panik sekali." Jawab Reishi. Keduanya saling pandang dengan bingung.
"Mana Keita Nii-san?" Tanya Saiki meremas pelan bahu Shota.
Shota menatap Saiki yang pucat dan dan matanya yang merah dan berkaca-kaca. Menyesal dalam hati kenapa dia harus datang kemarin memberi tahu hal ini. Merusak hidup mereka berdua hanya dalam hitungan jam.
"Maafkan aku, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Keita dikurung oleh Tou-san karena dia menolak Omiai itu. Dan aku kesini untuk memintamu datang menemui Ayahku. Aku berharap kamu bisa meminta agar Keita dibebaskan."
"Keita dikurung??" Tanya Saiki dengan jantung yang seperti dihantam batu besar.
"Ya, Ayahku tidak bisa ditebak. Aku tidak bisa membantu Keita keluar karena pintu kamarnya dijaga ketat."
Saiki meringis dengan air mata mengaliri pipinya. "Ada apa dengan Ayahmu? Keita memperjuangkan hak-nya dan Ayah kalian mengurung Keita? Memangnya aku bisa apa? Kamu sendiri yang anaknya tidak bisa apa-apa kan?"
"Makanya, datang ke sana sebagai sahabatnya, katakan padanya dia harus kuliah, atau apa saja. Aku sudah stres karena tidak tau bagaimana cara mengeluarkannya dari sana."
Saiki jatuh berlutut ke lantai sambil terisak. "Keita... harusnya kamu tidak pergi... apa yang harus aku lakukan untukmu? Keita..."
"Kami bisa melaporkannya ke polisi! Ini sudah tidak manusiawi!" Seru Louise marah.
"Tidak! Jangan laporkan Ayahku pada polisi! Aku tidak mau Tou-san berurusan dengan polisi." Kata Shota menggeleng keras.
"Apa dia tidak tau kalau Kei sekarang sedang di masa penting kuliahnya??" Tanya Reishi emosi.
"Dia tidak peduli. Yang dia inginkan adalah Keita menuruti kemauannya." Jawab Shota.
"Kusso!*" Seru Louise memukul dinding di sebelah kirinya.
"Aku akan ke sana." Kata Saiki. Ketiganya menoleh pada Saiki dengan kaget.
"Benarkah?" Tanya Shota menyentuh Saiki.
![](https://img.wattpad.com/cover/162625778-288-k560833.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Two of Us (Yaoi) [Completed]
RomanceSaiki dan Keita mulai tinggal bersama di apartemen yang Saiki tempati. Saiki sering mencandai Keita kapan menikah sejak mendapat kabar Reishi dan Louis yang sudah menikah di Amerika. Kehidupan mereka berjalan dengan baik dan bahagia. Namun semuanya...