6 ~AMBISIUS~

161 26 2
                                    

Setiap hidup pasti ada saja ujiannya.

Perlahan cahaya memaksa masuk kemata Nandia. Perlahan Nandia membuka mata. Menatap sepenjuru ruangan dengan nuansa biru langit yang cerah itu. Nandia yakin sudah berada dikamar tidurnya.

Namun sedikit kebingungan ada dibenak Nandia. Seingatnya tadi ia masih disekolah berjalan menuju ke UKS karna kepalanya terasa pusing. Yaa, dia inget bahwa sebelum sampai di UKS ia merasa gelap dan tak tau lagi apa yang terjadi.

Dengan kelemahan Nandia mencoba duduk ditepi kasur empuknya. Hendak meraih minum yang berada dimeja samping tempat tidurnya.

"Ini gara-gara mama, coba gak ketipu oleh pembeli tanah waktu itu pasti kita gak rugi."

"Tapi ini semua gak terjadi kalo papa terlalu senang-senang menghabisin uang hanya untuk kepentingan sendiri."

Nandia mendengar bentakan dari mama dan papanya. Nandia mencoba keluar kamar melihat dari lantai atas memang benar kedua orangtuanya sedang bertengkar.

Nandia menuruni tangga menuju kedua orang tuanya yang berada diruang keluarga. Terlihat televisi masih menyala dengan suara yang cukup keras namun hampir tak terdengar karna keributan itu.

"Ma.." panggil Nandia dengan suara yang lemah.

"Assalamualaik.." ucap kak Fariza terpotong saat melihat ada keributan didepan matanya. Kak Fariza baru saja dari rumah temannya untuk mengerjakan tugas kampus.

"MA..PA.. ADA APASIH?" Tanya Kak Fariza dengan sedikit membentak.

"Fariz udah pulang?." Tanya mama.

"Ini kenapa maa?" Tanya kak Fariza lagi.

Brukk.. brukk..

Semua terhenti dan tertuju dari suara jatuh itu. Nandia kembali pingsan. Dirinya sekarang sudah jatuh tersungkur dilantai. Wajahnya sangat pucat.

"Nan? Nan? Kamu kenapa?" Tanya papa panik yang langsung menghampiri putri bungsunya itu.

"Nan?" Tanya kak Fariza..

"Yaudah bawa kerumah sakit aja langsung pa.." usul mama langsung ditanggapi oleh papa Nandia.

"Fariz buka mobil."perintah papa.

"Iya pa." Kak Fariza langsung lari keluar membuka mobil dan mereka semua langsung menuju Rumah Sakit Medika.

***

Sampai di Rumah Sakit Medika Nandia langsung masuk Ruang UGD dan langsung ditangani oleh dokter beserta perawat-perawat yang ada disana.

Tubuh Nandia terlihat pucat pasih. Dengan perintah dokter seorang perawat memasangkang jarum infus ditangam Nandia. Seorang perawat kembali datang dengan membawa alat pengukur tensi untuk mengecek tekanan darah Nandia.

Tak berapa lama dokter menghampiri mama, papa dan kak Fariza.

"Apakah bapak ibu keluarga Nandia?" Tanya dokter laki-laki bertubuh jangkung itu.

"Iya dok gimana keadaan Nandia?" Tanya papa dengan khawatir.

"Tekanan darah Nandia rendah, sehingga tubuhnya lemah dan pingsan. Tapi sebaiknya Nandia dirawat inap beberapa hari untuk dia beristirahat. Dan kami akan mengambil darah Nandia untuk melakukan cek darah." Penjelasan panjang lebar dari dokter dengan Nama Tyo.

"Baik dok. Lakukan apa saja yang terbaik untuk Nandia!" Suruh papa khwatir.

" baik pak."

"Apa kami boleh menjenguk Nandia?" Tanya mama.

" boleh bu.."

Mama papa dan kak Fariza langsung menemuai Nandia yang masih lemas dia dengan jarum infus ditangan.

***

Jam masih menunjukan pukul 5 pagi. Namun, suara kerumun orang beserta roda berjalan telah terdengar dari ruangan berukuran 4×3 meter itu.

Terlihat Desi. Mama Nandia masih tertidur disamping tempat yang Nandia tidurin sekarang.

Krekk..

Suara pintu yang terbuka membuat Desi bangun dari tidurnya.
"Permisi ini air hangat untuk membasuh." Seorang pelayan dirumah sakit memberikan sebuah air hangat untuk membasuh pasien.

"Terimakasi bu." Jawab mama ramah walaupun masih dengan wajah mengantuk.

Nandia mendangi Desi yang kini mengambil air hangat tersebut mendekatkan padanya. Membasahi kain washlap lalu mulai membasuh diwajah anak bungsunya itu.

"Nandia udah bangun?" Tanya Desi saat mengetahui anak nya sudah bangun.

Nandia hanya mengangguk lalu tersenyum tipis.

"Sekarang apa yang dirasain? Pusing?"

"Iya ma."

"Yaudah istirahat aja lagi. Hari ini gak sekolah dulu. Papa nanti yang kasih surat izin ke sekolah." Nandia masih menjawab dengan anggukan.

***
Jangan lupa ktirik dan saran nya yaa..
Taklupa Vote and comment.

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang