14 ~ SEPI DITENGAH KERAMAIAN ~

93 17 2
                                    

Inikah yang dimaksud sepi ditengah keramaian?

***

Matahari telah menampakan sinar terangnya. Jalanan sudah ramai dengan kendaraan yang bersiap pergi beraktivitas.

Nandia berjalan dikoridor kelas 10. Beberapa anak tengah duduk dan berbincang dikursi depan kelas. Nandia berbelok kearah belakang kelas, menuju tempat favoritnya.

Gazebo belakang kelasnya. Tempat sepi, tidak banyak orang yang disana. Cukup nyaman buat dirinya yang masih terasa sembab akibat menangis semalaman.

Mengetahui keadaan sebenarnya kadang membuat seseorang begitu kecewa. Mengetahui tentang perasaan Rama cukup membuat Nandia tak habis fikir. Entahlah, apa yang membuatnya menjadi seperti ini.

Jika seorang perempuan akan senang dengan pengakuan dari seorang laki-laki tentang perasaan sesungguhnya. Tidak buat Nandia. Kenapa terasa menyakitkan bahkan membuat fikirannya kacau.

"Lo lagi ngapain?"

Suara itu membuyarkan lamunan Nandia. Ia menoleh kesumber suara. " Kak Ravin!"

Ravin menatap dengan tatapan menyelidik. "Lo abis nangis?"

Nandia menunduk tak menjawabnya.

"Lo ada masalah? Cerita aja ke gue kalo emang punya masalah." Ravin duduk disamping Nandia dengan rasa iba. Tak tega melihat Nandia yang terlihat murung.

"Masalah gak akan selesai kalo terus lo pendem sendiri. Kadang cerita bisa membuat beban terasa ringan." Ravin memainkan kakinya ditanah, menatap datar tanah yang diinjaknya.

"Gue gak tau apa yang harus gue lakuin."

"Lo bisa ngerubah pola fikir lo jadi lebih dewasa biar masalah lo gak terasa rumit."

Nandia menoleh ke arah Ravin yang masih memainkan  tanah. "Semudah itu?"

"Maybe." Ravin menatap Nandia. "Sebesar apa masalah lo, gue bakal bantu semampu gue." Ravin berdiri meninggalkan Nandia.

Baru beberapa langkah Ravin membalikan badan. "Lo jangan sungkan cerita ke gue."

"Siap kak Ravin." Ravin berlari meninggalkan Nandia.

***

Nandia menggoreskan pensil andalannya pada sebuah kertas putih. Membentuk lengkung yang tak tau akan menjadi apa. Matanya terfokus pada kertas, namun fikirannya tak tau kemana.

"Nan, Kantin yuk!" Ajak Rere yang sudah berdiri.

"Raka sama Rama kantin juga tuh yuk."

"Yuk Nan kantin!" Ajak Raka.

Nandia mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah dari sakunya. "gue titip cireng sama somay aja ya."

"Loh tumben titip? kenapa gak ikut aja sih Nan?" Protes Rere yang duduk kembali.

"kalo gak mau dititipin juga gapapa kok."

"Lo ngapasih? dari tadi pagi keliatannya murung?" tanya Rere.

"Re, aku sama Rama duluan aja yaa?" Raka menatap bingung.

"beliin aku sama Nandia cireng 2 porsi sama somay 1 porsi yaa!"

"siap Yang." Raka dan Rama pergi berlalu.

Nandia masih diam tak menceritakan kejadiannya dengan Rama kemarin.

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang