18 ~ Memperbaiki Keadaan~

71 16 1
                                    

Rama mengangguk.

Suasana seperti awkard. Rama masih diposisi berdirinya. Nandia berdiri setelah selesai mengikat tali sepatunya.

"Lo-" Rama memilih bersuara. "masih mau lari?-" Rama menunjuk jalan didepannya dengan kaku.

Nandia menangkup kedua bibirnya. Ingin ketawa tapi ditahannya. Bagaimana tidak, melihat tingkah Rama yang seperti gugup baru bertemu orang yang tak dikenal.

"-eh. Mak- sud gue apa udah mau pulang?" tanyanya lagi.

Bulan sabit terganbar jelas diwajah Nandia. "Boleh!"

"Hah" Rama menautkan alisnya bingung.

"Kamu mau ajak lari bareng kan? Iya, boleh kok. Gue mau."

Nandia langsung berlari kecil mendahulu Rama yang masih bergeming menatapnya.

Senyum tergambar dari wajah Rama. Ia membuntuti Nandia. Menyamai langkah kaki Nandia agar berlari beriringan dengannya.

Nandia menoleh kearah Rama yang berada dikanannya. "Jangan kaku."

Rama hanya membalas dengan senyuman dan anggukan.

"Mulai sekarang kita gak usah bahas soal kemaren itu ya. Gua udah maafin lo. Kita jadi selayaknya teman biasa aja sebelum kejadian kemarin." Mereka kini tengah berjalan santai. Mengganti lari yang sudah lima belas menit dilakukan menjadi berjalan santai.

Bulan sabit melengkung di wajah Nandia. Walau tak menoleh kepada Rama tapi ia dapat mendengar dan mencerna perkataannya. Nandia menjawab dengan anggukan.

"Mungkin tingkah gue yang terlalu kekanakan. Maafin gue. Gue belum siap untuk mulai hubungan." Nandia menunduk memandangi kedua kakinya melangkah.

"Gue udah maafin. Gue juga yang terlalu gegabah."

Lanjutnya. "Mungkin bukan sekarang waktunya kita bersatu. Mungkin nanti."

Nandia memukul lengan Rama kesal. "ahh ini lo masih ngarep namanya."

Aww.  Rama mengeluh kesakitan. Mengelus lengannya yang dipukul Nandia dengan jurus seribu bayangannya.

"Lo pake jurus apa sih? Sakit tau!" cetus Rama.

"Biar lo kapok."

"Itu ngapa hidungnya ngembang ngempis gitu?" Rama menunjuk hidung Nandia yang mengembang mengempis dengan jari telunjuknya. Lucu. Ia suka.

Nandia kembali memukul. Namun, gagal. Rama telah lari menjauhinya. Menghindar agar tidak kena pukulan seperti beberapa detik yang lalu.

"Rama jangan lari." teriak Nandia.

Rama yang terintrupsi langsung menghentikan aksi larinya. Saat Nandia mendekatinya, ia memberikan aba-aba agar tidak memukulnya.

"Makan Bubur Pak Raum yuk!" Ajak Rama yang memegangi perutnya.

Nandia mengangguk. Ia langsung berlari meninggalkan Rama. Penjual bubur didepan kompleknya yang terkenal itu sudah berada di depan mata. Tak ingin didahulu Rama, ia berlari mendahuluinya.

"Mang, bubur ayam satu, banyakin ayamnya buburnya setengah aja." Ucap Nandia pada Pak Raum.

"Loh kok setengah Nan?" Tanya Rama yang kini sudah berdiri dibelakangnya.

"Kalo penuh gue gak abis. Terus ayamnya kurang dominan." Jelas Nandia.

Rama menjawab dengan ber - oh ria.

"Enak ya." Guman Rama sambil meletakan mangkukmya yanh telah kosong.

Nandia mengacungkan kedua jempolnya dengan ditambah lengkung senyum pada Rama. Menambah manis. "TOP"

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang