17 ~Bukan untuk pergi~

68 15 0
                                    


Alika berjalan keluar Cafe tersebut. Pikirannya berkecamuk kemana ia harus pergi saat ini.

kalo gue pulang kerumah bonyok bingung gak yaa? Tapi kalo gak pulang gue tidur dimana? Tanyanya pada diri sendiri.

"Apa mau gue anterin tempat Rere?" Suara laki-laki itu membuyarkan lamunan Nandia.

Nandia menoleh kearah suara tersebut. Seorang laki-laki duduk diatas motor ninja yang terparkir di halaman depan cafe.

"Lo mau berdiri disitu sampe besok pagi?" Tawar laki-laki itu.

"Lo gak marah sama gue Ram?" Tanya Nandia.

Rama memandang jam tangannya. "Takdir bilang kalo lo bukan buat gue."

Nandia masih diam ditempatnya.

"Lo mau balik gak? Gue anter lo, ini udah makin malem."

"Woi, Ngapain lo disini Ram?" Ravin berjalan keluar dari Cafe menghampiri Nandia yang masih berdiri didepan sana.

"Gue anter lo Nan!!" Kalimat isyarat jika Ravin akan mengantarnya pulang.

Suasana Cafe tersebut makin sepi. Beberapa orang berlalu lalang keluar dari Cafe tersebut.

Nandia menggaruk lehernya yang tak gatal. Bingung harus kemana? Memilih dengan Ravin atau dengan Rama? Satu ide bagus muncul dibenak Nandia, semoga ini pilihannya yang baik.

"Gue naik taxi." Satu kalimat. Nandia berjalan meninggalkan Ravin dan Rama menuju pinggir jalan untuk memberhentikan taxi.

Tidak menunggu waktu lama ia mendapatkan Taxinya. "Taxi."

***

Sinar Matahari telah menyusup memenuhi ruang kamarnya, melalu sela-sela jendela yang masih bertengger. Nandia enggan membuka matanya dan tetap bersembunyi dibalik selimut yang menghangatkan.

CLEKK..

"Astagfirullah.." Ucap seseorang yang memasuki kamarnya.

Nandia terlonjak kaget dari balik selimut tebalnya. Dengan mata berat dan rambut seperti nenek sihir ia menguap menatap kearah pintu kamarnya.

"lah, kenapa mama kaget kaya baru liat setan?" Lirihnya yang melihat mamanya sudah lari terbirit-birit.

Nandia melangkahkan kaki keluar dari kamar, menuruni anak tangga menuju dapur.

"Maa, kenapa kaya baru liat setan sih pas buka pintu kamar Ndia?"

"ASTAGFIRULLAH.." mama nya kembali kaget.

"Ini Nandia Serendhia Meda?" Tanya Mama.

Nandia melangkah maju mendekati Mama nya dengan muka yang berantakan dan bibir dimajukan kedepan hampit 5 meter. eh!5 cm maksdnya. wkwk.

"dih Mama mah."

Suara tawa menyerubungi seluruh isi dapur.

"Woi liat tuh muka lo udah kaya kuntilanak. Rambut berantakan iler kemana-mana." Ucap Kak Fariza.

huffftt.

Nandia kembali menaiki tangga menuju kamarnya. Membasuh diri kekamar mandi.

Drerrtt dreett. Dering ponsel Nandia.

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang